Nationalgeographic.co.id - Seolah belum cukup kita mendengar tentang bahaya dari keberadaan mikroplastik yang menyebar di mana-mana, baik di udara dan sebagian besar mengotori lautan indah kita. Kini, studi baru yang dilakukan oleh mahasiswa pascasarjana dari Duke University telah menemukan kemampuan baru dari mikroplastik yang ternyata bisa menembus hingga ke organ tubuh penting dari mamalia laut.
Partikel plastik mikroskopis ini telah ditemukan di lemak dan paru-paru dari dua pertiga mamalia laut. Kehadiran partikel dan serat polimer pada hewan ini menunjukkan bahwa mikroplastik dapat keluar dari saluran pencernaan dan bersarang di jaringan tubuh.
Kita semua sadar bahwa salah satu masalah global terbesar yang memengaruhi lautan kita adalah polusi plastik. Namun, sementara sebagian besar fokus masyarakat umum adalah membersihkan potongan plastik yang lebih besar dari pantai kita, ancaman terbesar bagi satwa liar dan kesehatan manusia adalah jumlah mikroplastik yang terus meningkat.
Mikroplastik ini dapat masuk ke dalam rantai makanan dan kita membutuhkan lebih banyak data ilmiah tentang distribusi dan konsentrasinya.
Bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh mikroplastik pada mamalia laut memang belum ditentukan, tetapi plastik telah diimplikasikan oleh penelitian lain sebagai kemungkinan peniru hormon dan pengganggu endokrin.
"Ini adalah beban tambahan di atas semua yang mereka hadapi: perubahan iklim, polusi, kebisingan, dan sekarang mereka tidak hanya menelan plastik dan bersaing dengan potongan besar di perut mereka, mereka juga diinternalisasi," kata Greg Merrill Jr., seorang mahasiswa pascasarjana di Duke University Marine Lab. "Sebagian massa mereka sekarang adalah plastik."
Hasil studi ini telah dipublikasikan di jurnal Environmental Pollution pada 2 Agustus 2023 bertajuk “Microplastics in marine mammal blubber, melon, & other tissues: Evidence of translocation”.
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari 32 hewan yang terdampar atau dipanen antara tahun 2000 dan 2021 di Alaska, California, dan Carolina Utara. Dua belas spesies terwakili dalam data, termasuk satu anjing laut berjanggut, yang juga memiliki plastik di jaringannya.
Plastik tertarik pada lemak, bersifat lipofilik dan diyakini mudah tertarik pada lemak, melon penghasil suara di dahi paus bergigi, dan bantalan lemak di sepanjang rahang bawah yang memfokuskan suara ke telinga bagian dalam paus.
Studi tersebut mengambil sampel ketiga jenis lemak tersebut ditambah paru-paru dan menemukan plastik di keempat jaringan.
Partikel plastik yang teridentifikasi dalam jaringan rata-rata berkisar antara 198 mikron hingga 537 mikron. Sebagai perbandingan, sehelai rambut manusia berdiameter sekitar 100 mikron. Merrill menunjukkan bahwa, selain ancaman kimia apa pun yang ditimbulkan oleh plastik, potongan plastik juga dapat merobek dan mengikis jaringan tubuh.
"Sekarang kami tahu plastik ada di jaringan ini, kami melihat apa dampak metabolisme yang mungkin terjadi," kata Merrill. Untuk tahap selanjutnya dari penelitian disertasinya, Merrill akan menggunakan garis sel yang tumbuh dari jaringan ikan paus yang dibiopsi untuk menjalankan uji toksikologi terhadap partikel plastik.
Serat poliester, produk sampingan umum dari mesin cuci, adalah yang paling umum dalam sampel jaringan. Seperti halnya polietilen, yang merupakan komponen wadah minuman. Plastik biru adalah warna yang paling umum ditemukan di keempat jenis jaringan.
Sebuah makalah tahun 2022 di Nature Communications memperkirakan berdasarkan konsentrasi mikroplastik yang diketahui di lepas Pantai Pasifik California, bahwa paus biru yang makan menggunakan filter mungkin menelan 95 pon sampah plastik per hari saat menangkap makhluk kecil di kolom air. Paus dan lumba-lumba yang memangsa ikan dan organisme lain yang lebih besar juga mungkin mendapatkan akumulasi plastik pada hewan yang mereka makan, kata Merrill.
"Kami belum menghitungnya, tetapi sebagian besar mikroplastik mungkin melewati usus dan buang air besar. Namun sebagian darinya berakhir di jaringan hewan," tutur Merrill.
"Bagi saya, ini menggarisbawahi keberadaan plastik laut di mana-mana dan skala masalah ini," tegas Merrill. "Beberapa dari sampel ini berasal dari tahun 2001. Sepertinya, ini telah terjadi setidaknya selama 20 tahun."