Kisah Petualangan Raffles Muda dalam Catatan Sejarah Kolonial

By Galih Pranata, Kamis, 24 Agustus 2023 | 11:00 WIB
Sir Thomas Stamford Bingley Raffles memiliki kisah dinamika masa muda yang berliku dalam catatan sejarah kolonial. (George Francis Joseph)

Nationalgeographic.co.id—Meski tak bergelar bangsawan, orang Inggris dan Singapura memanggilnya dengan panggilan kehormatan, Sir. Orang yang hatinya tertambat di Tanah Jawa, dialah Thomas Raffles.

Dalam catatan sejarah kolonial, Raffles telah meninggalkan banyak nama ilmiah untuk ragam kekayaan flora dan fauna di Nusantara. Sejatinya, "Raffles tidak pernah lahir di lingkungan istana," tulis Syafruddin Azhar.

Ia menulis sebuah pengantar dalam buku fenomenal gubahan Thomas Stamford Raffles, berjudul The History of Java yang dialih bahasakan ke Bahasa Indonesia, dan diterbitkan penerbit Narasi pada tahun 2014.

"Bayi yang diberi nama Thomas Raffles ini lahir nun jauh di lepas pantai Jamaika, dekat Port Morant, di atas geladak Kapal Ann, pada 6 Juli 1781," imbuhnya. Benjamin Raffles yang merupakan ayah dari Thomas Raffles, semula hanyalah koki kapal.

Ayahnya Raffles mulanya bukanlah seorang yang punya banyak uang. Untuk pendidikan Raffles sendiri, ayahnya hanya mengeluarkan sedikit uang untuk mengirim Raffles muda ke Mansion House Academy, Hammersmith, sekolah berasrama dengan harga terjangkau.

Sekolah tersebut menawarkan kurikulum bahasa Latin, Yunani, Prancis, aritmatika, pembukuan, dan geografi, yang khusus mempersiapkan seorang anak laki-laki untuk menjadi juru tulis atau tentara kelak.

Lama berselang, ia naik pangkat jadi kapten. Meski sempat promosi, setelahnya, keluarga Benjamin Raffles diterjang krisis ekonomi yang memaksa Thomas Raffles muda untuk bekerja, membantu perekonomian keluarganya.

Diketahui, ketika Benjamin memutuskan untuk mengakhiri karirnya dalam perdagangan Hindia Barat, hal itu menyebabkan kesulitan ekonomi yang signifikan bagi keluarganya.

Di tengah krisis ekonomi keluarganya, Raffles muda beruntung ketika teman ayahnya mengajaknya untuk bekerja di perusahaan Hindia Timur (The East India Company) di tahun 1795. Raffles dibawa untuk memulai perjalanan hidupnya yang berliku.

Berkat pendidikan formal yang cukup menunjangnya untuk bekerja di EIC, pemuda yang baru berusia 14 tahun itu mulai bekerja dengan tekun sambil menunjukkan kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.

Sejak awal karirnya di perusahaan itu, "Raffles menunjukkan integritas kerja yang tinggi. Barangkali ia pemuda yang mau belajar, beradaptasi dengan lingkungan kerjanya, serta kedisiplinan dan keuletannya mendorongnya melaju," terusnya.

Lukisan karya William Daniell berjudul, 'Candi Besar di Brambánan', dari buku karya Raffles, The History of Java Vol. 2. (The Fryer Library/University of Queensland Library)

Karirnya terus meningkat hingga ia dipromosikan ke posisi Asisten Sekretaris Philip Dundas, Gubernur perusahaan Hindia Timur di Penang, yang beroperasi di kawasan Kepulauan Melayu. Thomas Raffles mulai mengenal tentang kehidupan tropis yang berbeda dari lingkungan asalnya.

Sembilan tahun kemudian berselang setelah bergabung dengan EIC, ia memutuskan menikah. Pada tahun 1804, saat Raffles berusia 23 tahun ia memutuskan menikah dengan Olivia Mariamne Devenish, seorang janda yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua darinya.

Pemuda berusia 24 tahun itu terus menunjukkan kapabilitasnya sebagai orang penting di Perusahaan Hindia Timur. Ia. Kemudian dipromosikan lagi di perusahaan pusat di Kalkuta, Bombay dan Madras di India. 

Di India, Raffles bekerja di Gedung Pemerintah di George Town yang kemudian menjadi kawasan Convent Light Street yang telah dilestarikan sebagai bagian dari warisan sejarah kolonial pulau tersebut. Namun, Raffles tidak pernah naik pangkat lebih tinggi dari asisten sekretaris Gubernur di sana.

Sayangnya, setelah tiga tahun mengabdi, ia jatuh sakit karena kemungkinan tertular malaria. Raffles kemudian diberi izin untuk memulihkan diri di Malaka yang pada saat itu dianggap sebagai wilayah yang memiliki situasi lebih aman dan belum banyak ditemukan kasus malaria.

Reproduksi visual dari arsip yang menggambarkan Sir Stamford Raffles yang mengintervensi kehidupan istana di masa pemerintahan Hamengkubuwana III. (Pameran Suma Kala Keraton Yogyakarta)

Raffles baru menyematkan nama "Stamford" di tengah nama panjangnya ketika dirinya mulai disegani di kawasan Laut Cina Selatan. Pertemuannya dengan Tanah Jawa yang dikemudian hari menambatkan hatinya, dimulai pada tahun 1811.

Hal ini terjadi ketika tahun 1809 ketika ia menyiapkan laporan tentang kedudukan Malaka untuk Lord Minto yang menjabat Gubernur Jenderal India. Minto sangat terkesan dengan laporan tersebut sehingga Raffles dipanggil ke Kalkuta untuk menemuinya.

Pada saat yang sama, dalam pertemuannya dengan Lord Minto, Raffles mengemukakan gagasannya tentang skema untuk mencaplok Pulau Jawa dan dia membujuk Minto untuk melaksanakan rencana tersebut. 

Alhasil, Thomas Stamford Raffles ikut pada ekspedisi Tanah Jawa setelah ia ditunjuk sebagai Letnan Gubernur—dalam catatan sejarah kolonial disebut dengan Lieutenant Governor of Java—di bawah Gubernur Jenderal di India, Sir Gilbert Elliot Murray-Kynynmound.

Sir Gilbert Elliot Murray-Kynynmound kemudian lebih dikenal dengan nama Lord Minto yang menjabat hingga tahun 1817. Ia sangat menyukai Raffles "karena kecerdikan, keterampilan, dan kemampuannya dalam berbahasa Melayu, hingga dikirim ke Malaka," imbuh Syafruddin Azhar.

Mendengar konflik Belanda dan Prancis di Eropa, menjadi momentum Raffles untuk meracau hegemoni Belanda di Jawa. Upaya penyerbuan ke sektor-sektor vital Belanda di Jawa dipimpin oleh Admiral Robert Stopford, Jenderal Watherhall, dan Kolonel Gillespie.

Setelah dibuat kepayahan, Thomas Stamford Raffles memulai rencananya untuk melakukan perdamaian dan melanggengkan langkahnya menguasai Jawa. Selebihnya, Raffles mengupayakan penaklukan kerajaan lokal untuk melancarkan misinya.

Direbutnya Pulau Bangka yang kemudian menjadi salah satu basis kekuatan Inggris di Hindia Belanda untuk memulai sejarah kolonial Inggris. Dari sana, Raffles mulai menambatkan hatinya pada Hindia Belanda, terlebih kecintaannya pada Tanah Jawa.