Proyek itu mengajarkan cara menerapkan, menghargai dan menilai informasi laut dengan tujuan untuk menjembatani kesenjangan antara data laut dan pengguna di komunitas nelayan lokal.
Informasi laut dan proyek itu dapat meningkatkan literasi laut. Sehingga memungkinkan nelayan menggunakan informasi laut dan cuaca dalam aktivitas sehari-hari mereka.
“Peristiwa cuaca ekstrem semakin meningkat. Di Indonesia, banyak kegiatan yang dilakukan di wilayah laut dan pesisir Indonesia," kata Nelly Florida Riama, Direktur Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG.
"Penting bagi nelayan untuk menerapkan pengetahuan tentang laut dan pola cuaca ketika mereka pergi bekerja.”
Sekolah Lapangan Cuaca Nelayan Indonesia bekerja untuk memastikan akses mudah para nelayan ke prakiraan cuaca. Dan yang paling penting, mengajarkan cara menafsirkan dan menerapkan informasi laut untuk meningkatkan keselamatan mereka.
Pendidik proyek telah mengunjungi 159 komunitas masyarakat pesisir dan lebih dari 10.000 nelayan, hingga penduduk setempat lainnya yang melakukan aktivitas di laut.
Mereka memberikan kelas praktis tentang analisis dan penggunaan data informasi laut dan cuaca.
“Selama kelas kami, kami juga mendidik orang-orang tentang pentingnya instrumen yang digunakan untuk mendapatkan pengamatan ini,” kata Dava Amrina, Manajer Proyek Sekolah Lapangan Cuaca Nelayan atau Fisherman Weather Field School.
“Misalnya, drifter - instrumen yang mengapung di permukaan laut untuk mengumpulkan pengamatan - cukup sering tersangkut jaring ikan, dan sebelumnya sering kali berarti kehilangan data yang berharga."
"Sekarang alumni kami tahu betapa pentingnya untuk menginformasikan BMKG tentang pertemuan tersebut dan mengembalikan instrumen ini.”
Selain itu, sebagai pengguna akhir data pengamatan laut, para nelayan yang berpartisipasi dalam proyek memainkan peran penting dalam menilai data ini dan memberikan umpan balik.