Perubahan Iklim, Restorasi Mangrove dan Masa Depan Masyarakat Pesisir

By Ricky Jenihansen, Rabu, 16 Agustus 2023 | 13:00 WIB
Restorasi mangrove dapat menjadi kunci menangkal dampak perubahan iklim dan juga bernilai ekonomi. (One Earth)

Inger Andersen, Direktur Eksekutif Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), menggambarkan program tersebut sebagai “contoh luar biasa" dari kerja adaptasi yang cerdas dan berwawasan ke depan dengan aksi.

“Ini adalah model yang layak ditiru tentang bagaimana negara dapat menggunakan alam untuk menangkal dampak parah perubahan iklim sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat,” kata Andersen.

Ada momentum yang berkembang di balik misi Dekade PBB untuk melestarikan dan meregenerasi ekosistem di darat dan laut. Misi itu untuk mengatasi krisis akibat perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi.

Manusia telah secara signifikan mengubah tiga perempat lahan kering Bumi dan berdampak pada dua pertiga lautannya.

Pada Desember 2022, negara-negara menyepakati Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global baru yang mencakup target restorasi mangrove yang ambisius. Di bawah kerangka tersebut, negara-negara berjanji untuk memulihkan setidaknya 30 persen lahan dan perairan yang terdegradasi.

Lepas pantai Demak, pemanasan global menaikkan permukaan laut, gelombang dan arus menguat. (UNEP)

Air naik, tanah tenggelam

Nelayan dan petambak Demak mengarungi garis pantai dan perairan dengan perahu bercat merah, hijau, dan biru langit. Akan tetapi kapal-kapal ceria itu melewati ladang terbengkalai dan tambak udang, rumah-rumah yang banjir, batu nisan yang setengah terendam.

Apa yang mereka lewati itu dapat menjadi pengingat bahwa dampak perubahan iklim itu nyata. Mereka telah melihat dan akan mengalami dampak yang mungkin lebih buruk dari itu.

Penyebabnya bermacam-macam. pemanasan global menaikkan permukaan air laut, meningkatkan risiko banjir, gelombang laut menguat, dan meningkatkan erosi.

Sementara itu, sebagian besar sabuk pelindung hutan mangrove ditebang untuk membuat lebih banyak kolam ikan, sehingga tanah tenggelam karena ekstraksi air tanah yang berlebihan.

“Garis pantai Demak telah bergerak jauh ke belakang, sedemikian rupa sehingga sebagian besar daratan pesisirnya terendam,” kata Muhammad Yusuf, Direktur Pengelolaan Pesisir dan Pulau Kecil di Kementerian Kelautan Indonesia. “Ratusan ribu hektar lahan hilang.”