Ketika Rambut Berfungsi sebagai Simbol Status Sosial di Mesir Kuno

By Sysilia Tanhati, Rabu, 16 Agustus 2023 | 17:14 WIB
Rambut mencerminkan status sosial dan identitas seseorang di Mesir Kuno. (Public domain)

Nationalgeographic.co.id - Rambut merupakan kanvas yang sangat baik untuk ekspresi diri bagi seseorang. Di masa kini, orang bebas memilih model rambut yang disukainya. Namun hal ini tidak berlaku jika Anda hidup di zaman Mesir kuno. “Pasalnya, rambut mencerminkan status sosial dan identitas seseorang di Mesir Kuno,” tulis Calry Silver di laman JSTOR Daily.

Hal itu diungkap oleh sejarawan seni Gay Robins. Menurutnya, makam Mesir kuno yang dibangun antara sekitar 1480 dan 1350 Sebelum Masehi menggambarkan stratifikasi jenis kelamin, status, dan usia. Uniknya, stratifikasi itu dilihat dari bentuk rambut.

Makam itu dibangun oleh pejabat pria berpangkat tinggi untuk menunjukkan versi ideal keluarga mereka. Dalam ikonografi, baik pria maupun wanita mengenakan wig. Di bawah wig, wanita memiliki rambut panjang. Sedangkan pria hampir selalu memiliki rambut pendek atau dicukur.

Sebaliknya, kaum non-elite yang bekerja di luar rumah sering ditampilkan dengan rambut alami mereka.

Lukisan makam juga menggambarkan anak-anak praremaja. Anak itu digambar dalam kondisi tidak mengenakan busana, mengisap jari telunjuk, dan dengan kepala dicukur. “Namun ada seikat rambut yang jatuh dari sisi kanan,” tambah Robins.

Tidak banyak penanda jenis kelamin sampai anak laki-laki dan perempuan mencapai usia pubertas. Ketika mencapai pubertas, anak-anak dilukiskan mengenakan pakaian. Mereka juga memiliki model rambut yang membedakan antara jenis kelamin satu dengan yang lain.

Jenis kelamin, pada kenyataannya, sangat penting, seperti status sosial. Pria elite dewasa mengenakan wig di atas bahu. Wig pria Mesir kuno diatur secara rumit dalam untaian, ikal, atau kepang.

Ternyata, mengenakan wig bukan hanya sekadar mode balaka di masa itu. Dengan mengambil rambut orang lain untuk dipakai sendiri, pria elite menggambarkan kekuatan untuk memerintah orang lain.

Anak laki-laki elite lebih rendah pangkatnya dari ayah mereka, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat yang lebih luas. Status yang lebih rendah itu terlihat di makam tersebut. Dalam lukisan, anak laki-laki ditampilkan mengenakan wig berambut pendek bulat atau kepala yang dicukur.

Rambut yang lebih sedikit bisa menandakan status tunduk, baik kepada dewa atau tuan di dunia fana. Maka, para pendeta dan pelayan rumah tangga di Mesir kuno selalu digambarkan dengan kepala yang dicukur.

Ketika pendeta mengambil peran metaforis seorang anak laki-laki dalam sebuah ritus, dia mengenakan rambut palsu dengan kunci samping.

Berbeda dengan rambut pria yang lebih pendek, rambut wanita elite dan pembantu rumah tangga wanita juga dibedakan. Wanita elite memiliki rambut panjang yang jatuh di bawah bahu, sering kali setinggi dada.

Robins berpendapat bahwa rambut wanita terkait erat dengan kesuburan. Pendapat itu memperkuat anggapan bahwa kematangan seksual adalah titik di mana gaya rambut untuk wanita muda berbeda dari gaya rambut pria muda.

Wanita Mesir kuno menandai tahap kehidupan lainnya dengan mengubah gaya rambut atau rambut palsunya. Kemampuan untuk memakai wig yang berbeda menyiratkan bahwa wanita memiliki waktu luang untuk dihabiskan untuk merawat rambutnya. Selain itu, wanita Mesir kuno ingin menunjukkan bahwa ia memiliki sumber daya untuk memerintahkan orang lain untuk melayaninya.

 “Adegan di makam tidak dimaksudkan untuk menunjukkan fakta yang sebenarnya. Bisa jadi lukisan itu mewakili cita-cita elite. Sistem identitas yang dibangun dalam seni mencerminkan sistem yang sesuai dalam kehidupan yang menentukan identitas dan tempatnya dalam masyarakat,” ungkap Robins.

Gaya rambut menunjukkan bahwa laki-laki elite mendapatkan status dan identitas mereka dari posisi mereka di luar rumah. Sementara perempuan membangun identitas mereka di atas monumen dalam hubungannya dengan laki-laki. Selain itu juga melalui status mereka sebagai anak perempuan, kerabat, dan istri seseorang.

Joann Fletcher, seorang ahli Mesir Kuno di University of York, melakukan studi terperinci tentang penggunaan wig di Mesir kuno.

Wig tidak hanya memungkinkan rambut ditata dengan sempurna. Selain itu, wig juga melindungi kepala.

Menurut hasil penelitian Fletcher, wig melindungi kulit kepala yang dicukur dari kerasnya iklim Mesir di masa itu. Penggunanya bisa menjaga kepala mereka tetap terlindung dari sengatan matahari dan aman dari kutu.

Kebanyakan orang Mesir menggunakan ekstensi rambut untuk "mengisi" celah yang tersisa di kulit kepala karena rambut rontok. Tujuannya untuk menyembunyikan rambut yang rapuh atau hanya untuk membuat kepangan alami tampak lebih subur.

Orang Mesir kuno menyukai kepang. Jadi, mungkin itu sebabnya salah satu bentuk ekstensi yang disukai adalah rambut yang dikepang. Beberapa menampilkan desain yang sangat rumit untuk menambah panjang dan gaya.

Meski tidak bebas memilih beragam model rambut seperti di zaman sekarang, rambut memiliki fungsi penting bagi orang Mesir kuno.