Sekte Baru Buddhisme Bermunculan di Periode Heian Kekaisaran Jepang

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 18 Agustus 2023 | 13:00 WIB
Periode Heian menjadi abad keemasan Kekaisaran Jepang. (Historyskills)

Namun, mobilitas sosial, meskipun terbatas, dimungkinkan, seringkali melalui peran ulama di kuil-kuil Buddha atau naik pangkat menjadi elit prajurit provinsi.

Peran dan norma gender pada periode Heian secara khusus dibentuk oleh kelas sosial. Dalam masyarakat kelas atas, khususnya dalam batas-batas istana Heian, perempuan mengalami otonomi relatif dan pengaruh budaya.

Namun, di kelas bawah, kehidupan perempuan cenderung lebih terbatas pada peran tradisional.

Perkembangan Seni dan Budaya

Periode Heian sering dianggap sebagai puncak budaya klasik Jepang, dengan bentuk seni dan budaya yang berkembang menjadi gaya khas Jepang.

Era ini menyaksikan curahan ekspresi kreatif yang menyentuh setiap aspek kehidupan, mulai dari sastra dan puisi hingga seni visual, arsitektur, dan fashion.

Munculnya Penyebaran Sekte

Buddhisme pada periode Heian Kekaisaran Jepang terdapat penyebaran sekte dan filosofi baru. Dua yang paling berpengaruh adalah Tendai dan Shingon, yang masing-masing diperkenalkan oleh Saicho dan Kukai.

Kedua biksu tersebut membawa kembali bentuk-bentuk ajaran Buddha ini dari Tiongkok, yang menekankan pada ritual dan ajaran yang rumit.

Buddhisme Tendai dikenal karena pendekatannya yang inklusif mengakomodasi berbagai ajaran Buddha. Sementara Shingon atau Buddhisme Esoterik, berfokus pada ritual dan mantra sebagai sarana untuk mencapai pencerahan. 

Belakangan pada periode Heian, Buddhisme Tanah Suci memperoleh popularitas, terutama di kalangan masyarakat umum. Bentuk Buddhisme ini menekankan keyakinan pada Amida Buddha dan janji kelahiran kembali di Surga Barat.

Kesederhanaan dan aksesibilitasnya kontras dengan bentuk-bentuk Buddhisme yang lebih esoteris yang lazim pada periode Heian awal dan menjadikannya pilihan populer di kalangan massa.