Ritual Khusus Pemakaian Katana, Pedang Samurai Kekaisaran Jepang

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 18 Agustus 2023 | 17:37 WIB
Katana, pedang samurai Kekaisaran Jepang bukan hanya digunakan dalam pertempuran tetapi dalam pemakaiannya mempunyai ritual tersendiri. (Japanese Station)

Desain katana adalah studi tentang keseimbangan, memadukan bentuk dan fungsi menjadi satu kesatuan yang harmonis. Dibuat dengan cermat untuk memenuhi tuntutan pertempuran, itu lebih dari sekadar senjata, tapi karya seni, objek penghormatan, dan simbol kehormatan seorang samurai.

Kelengkungan katana juga membuatnya menjadi senjata yang sangat efektif baik untuk gerakan tebasan yang biasa dilakukan dalam perang berkuda maupun gerakan menusuk yang diperlukan untuk pertarungan berjalan kaki.

Inti katana terletak pada komposisi materialnya yang unik. Baja tradisional yang digunakan untuk pembuatan katana dikenal sebagai tamahagane, sejenis baja Jepang yang dihasilkan dari pasir besi dan arang dalam tungku tanah liat tatara.

Proses ini menghasilkan baja yang mengandung berbagai kandungan karbon, menghasilkan campuran baja lebih keras, rapuh, dan lebih lunak.

Komposisi ini sangat penting untuk desain katana karena kombinasi baja yang berbeda memungkinkan pedang memiliki ketajaman dan daya tahan.

Cara Membuat Katana

Pembuatan katana adalah proses sakral, tindakan seremonial yang mendalami tradisi dan disempurnakan selama berabad-abad. Hal ini melampaui logam sederhana. Kerajinan yang sangat terspesialisasi, berakar kuat pada kepercayaan budaya dan spiritual Jepang.

Setiap pedang adalah produk dari kerja keras selama berjam-jam dan bukti pengabdian tunggal penciptanya. Prosesnya dimulai dengan pembuatan tamahagane, baja mentah yang digunakan untuk bilahnya.

Baja diproduksi di tatara, tungku peleburan tradisional Jepang, dari campuran pasir besi dan arang.

Proses yang melelahkan, dikontrol dengan cermat dan biasanya dilakukan selama tiga hari tiga malam tanpa gangguan. Setelah tamahagane siap, pembuat pedang memulai proses pelipatan dan penempaan yang rumit.

Baja berulang kali dipanaskan, dipalu, dan dilipat dengan sendirinya, sebuah proses untuk membantu mendistribusikan kandungan karbon secara merata.

Selain itu, pelipatan berulang menciptakan ribuan lapisan di dalam baja, memberikan pola khas pada bilah dan meningkatkan kekuatannya.