Setelah bilah dibentuk dan ujungnya ditentukan, ia menjalani proses penting perlakuan panas yang dikenal sebagai yaki-ire.
Pedang tersebut kemudian dipanaskan dan dengan cepat dipadamkan dalam air. Pendinginan diferensial ini menciptakan dua zona berbeda di dalam bilah: tepi yang keras dan tajam, dan tulang punggung yang lebih lembut dan lebih lentur.
Setelah perlakuan panas selesai, bilah dikirim untuk dipoles. Ini bukan sekadar langkah estetika; pemolesan katana bisa memakan waktu selama proses penempaan itu sendiri.
Pemoles, yang dikenal sebagai togishi, menggunakan serangkaian batu yang semakin halus untuk menyempurnakan bilahnya. Proses ini menonjolkan keindahan hamon dan pola butiran baja terlipat, sambil memastikan ujung pedang setajam silet.
Pembuatan katana diakhiri dengan pembuatan dan perakitan gagang, pelindung, dan sarungnya.
Unsur-unsur ini sering kali dibuat oleh pengrajin khusus lainnya, yang mungkin menambahkan ukiran rumit, tatahan emas, atau detail lainnya pada perlengkapan pedang.
Masing-masing komponen ini merupakan karya seni tersendiri, yang semakin meningkatkan keindahan dan status katana yang sudah jadi.
Membuat katana adalah seni yang membutuhkan kesabaran, dedikasi, dan pemahaman mendalam tentang bahan dan proses yang terlibat.
Setiap pedang adalah produk unik dari keterampilan dan pengetahuan pembuatnya, mewujudkan tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Ritual untuk Merawat Katana
Memiliki katana bukan hanya tentang menggunakannya dalam pertempuran atau latihan. Tapi, juga melibatkan menjaga kualitas dan umur panjang pisau melalui perawatan yang cermat.
Perawatan katana yang tepat sangat penting untuk mencegah kerusakan seperti karat, tumpulnya bilah, atau degradasi gagang dan sarungnya.