Perubahan Iklim karena Perang Nuklir Lebih Mengerikan dari Perkiraan

By Ricky Jenihansen, Minggu, 20 Agustus 2023 | 14:00 WIB
Perang nuklir dapat menyebabkan perubahan iklim mendadak dan menyebabkan zaman es nuklir. (Devian Art)

Nationalgeographic.co.id—Perang nuklir memang diyakini memiliki dampak yang mengerikan seperti yang diprediksi dalam Perang Dingin. Namun pemodelan iklim baru menunjukkan, perubahan iklim yang disebabkan perang nulir jauh lebih mengerikan dari perkiraan.

Saat ini diperkirakan ada 12.512 hulu ledak nuklir di seluruh dunia. Film biografi Christopher Nolan tentang J. Robert Oppenheimer telah menghidupkan kembali keingintahuan yang tidak wajar akan kekuatan penghancur senjata nuklir.

Perang nuklir, dengan bahkan hanya sebagian kecil dari bom ini diledakkan, akan menciptakan gelombang ledakan dan api yang mampu membunuh jutaan orang hampir seketika. Ledakan itu menyebabkan perubahan iklim mendadak di seluruh dunia.

Tidak hanya itu, kanker akibat radiasi dan kerusakan genetik juga akan mempengaruhi populasi yang tersisa selama beberapa generasi.

Lalu bagaimana kondisi dunia setelah peluruhan radioaktif?

Selama empat dekade terakhir, para ilmuwan yang memodelkan sistem Bumi telah menjalankan simulasi komputer untuk mengetahuinya.

Mereka menggunakan pengetahuan mereka tentang kimia dan pemodelan iklim. Ilmuwan atmosfer Paul Crutzen dan John Birks menulis sebuah makalah pendek pada tahun 1982. Ia menjelaskan perang nuklir akan menghasilkan awan asap yang sangat besar.

Setelah itu ledakan tersebut akan menyebabkan perubahan iklim mendadak dan menyebabkan apa yang dikenal sebagai musim dingin nuklir. Kondisi itu menurut mereka, akan menghancurkan pertanian dan dengan itu juga menghancurkan peradaban.

Setahun kemudian, para ilmuwan dari AS dan Uni Soviet mengonfirmasi pertama kali dampaknya pada kota-kota dan kompleks industri yang terkena senjata nuklir. Wilayah yang terkena ledakan nuklir itu akan menghasilkan lebih banyak asap dan debu daripada membakar kawasan hutan yang setara.

Akibatnya akan terjadi perubahan iklim mendadak. Lapisan kabut asap global ini akan menghalangi sinar matahari, menyebabkan kondisi di permukaan bumi menjadi lebih dingin, lebih kering, dan lebih gelap dengan cepat.

Perang nuklir menghasilkan konsekuensi yang mengerikan bagi semua orang. (Pavel López Lazo, _PL.Prensa Latina)

Pemodelan iklim menunjukkan berkurangnya sinar matahari itu akan menurunkan suhu global hingga 10 derajat Celsius selama hampir satu dekade.

Dengan kombinasi lebih sedikit sinar matahari bagi tanaman untuk berfotosintesis, kondisi beku ini akan menimbulkan konsekuensi bencana bagi produksi pangan global dan menyebabkan kelaparan massal di seluruh dunia.

Namun demikian, model iklim modern saat ini jauh lebih canggih daripada yang digunakan pada 1980-an, meskipun jumlah nuklir yang berfungsi saat ini lebih sedikit.

Hasil simulasi komputer yang lebih baru dampaknya jauh lebih mengerikan. Hasilnya menunjukkan bahwa ramalan suram yang disampaikan oleh para ilmuwan 40 tahun yang lalu mungkin sebenarnya telah meremehkan.

Bahaya yang jelas dan nyata

Tim ilmuwan lingkungan yang dipimpin oleh Alan Robock di University of Rutgers di AS berpendapat dalam sebuah makalah baru-baru ini. Menurut mereka teori musim dingin nuklir membantu mengakhiri proliferasi senjata nuklir selama perang dingin.

Pada tahun 1986, Presiden Ronald Reagan dan Sekretaris Jenderal Mikhail Gorbachev mengambil langkah pertama dalam sejarah. Tujuannya untuk mengurangi jumlah senjata nuklir sambil mengutip perkiraan konsekuensi dari musim dingin nuklir untuk semua kehidupan di Bumi.

Pada puncak perlombaan senjata pada pertengahan 1980-an terdapat lebih dari 65.000 senjata nuklir. Pengurangan persenjataan nuklir global menjadi lebih dari 12.000 (4.000 di antaranya siaga operasional).

Kondisi itu telah meredam ancaman perang nuklir habis-habisan, mendorong beberapa orang mempertanyakan apakah model iklim terbatas yang digunakan pada 1980-an telah mengecilkan konsekuensi perang nuklir global.

Model iklim yang lebih baru dan lebih canggih menunjukkan yang sebaliknya. Model iklim itu adalah model yang digunakan untuk memodelkan perubahan iklim di masa depan yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.

Ledakan atom menimbulkan cukup banyak debu dan puing-puing hingga hampir menutupi sinar matahari pagi. (Public Domain)

Dengan kemungkinan pertukaran nuklir terbesar antara AS dan Rusia, model-model baru menunjukkan lautan akan sangat dingin sehingga dunia akan didorong ke dalam "zaman es kecil nuklir" yang berlangsung ribuan tahun.

Tentu saja, ada tujuh negara nuklir lainnya: Tiongkok, Prancis, India, Israel, Korea Utara, Pakistan, dan Inggris.

Para ilmuwan telah membuat model bahwa bahkan perang nuklir terbatas antara India dan Pakistan dapat membunuh 130 juta orang dan menghilangkan 2,5 miliar makanan lagi setidaknya selama dua tahun.

Ancaman tetap ada

Pemodelan ilmiah memungkinkan kita untuk mengintip ke dalam jurang perang nuklir tanpa harus mengalaminya.

Empat puluh tahun penelitian ilmiah tentang kemungkinan ini mendorong adopsi perjanjian PBB tentang larangan senjata nuklir pada tahun 2017. Perjanjian itu yang kemudian diratifikasi oleh sebagian besar negara, tetapi bukan oleh sembilan kekuatan nuklir.

Kampanye internasional untuk menghapuskan senjata nuklir dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun yang sama. Kampanye itu menyoroti bencana yang diakibatkan oleh penggunaan senjata nuklir.

Namun perang di Ukraina telah membawa ketakutan lama ke permukaan. Presiden Vladimir Putin dari Rusia telah mengancam penggunaan terbatas senjata nuklir sebagai bagian dari konflik.

Satu peluncuran dapat meningkat menjadi pertukaran regional atau bahkan global. Pada gilirannya akan menjerumuskan miliaran orang ke dunia yang begitu mengerikan sehingga kita hampir tidak dapat memahaminya.

Robock mengatakan bahwa sekarang "lebih mendesak" bagi para ilmuwan untuk mempelajari konsekuensi dari peledakan senjata nuklir. Para ilmuwan juga harus memastikan sebanyak mungkin orang mengetahuinya.

Dan, pada akhirnya kita harus bekerja untuk menghilangkan senjata-senjata ini dan ancaman perang nuklir belum hilang. Zaman es nuklir yang akan membinasakan sebagian besar kehidupan di Bumi selama ribuan tahun masih mungkin terjadi.