Mengapa Mumifikasi Hewan Dilakukan dalam Sejarah Mesir Kuno?

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 20 Agustus 2023 | 07:06 WIB
Mumifikasi hewan adalah salah satu praktik yang terkenal dalam sejarah Mesir kuno. (Historyskills)

Nationalgeographic.co.id – Mumifikasi hewan adalah praktik dalam sejarah Mesir kuno yang menarik dan mempunyai tujuan tertentu.

Dalam catatan sejarah, orang Mesir kuno terkenal dengan kepercayaan agama mereka yang kompleks, ritual yang rumit, dan pencapaian luar biasa dalam arsitektur dan seni.

Praktik mumifikasi hewan bukan hanya perpanjangan dari mumifikasi manusia, melainkan juga tradisi unik dan penting yang memiliki implikasi agama, sosial, dan ekonomi yang signifikan. 

Hewan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan kepercayaan spiritual orang Mesir kuno.

Mereka tidak hanya dilihat sebagai hewan beban atau sumber makanan, tetapi juga sebagai bagian integral dari masyarakat, agama, dan ekonomi dalam sejarah Mesir kuno.

Hubungan orang Mesir kuno dengan hewan memiliki banyak segi, mencakup aspek praktis, simbolis, dan ilahi. Hewan melayani berbagai peran dalam masyarakat Mesir kuno. Hewan peliharaan seperti sapi, kambing, dan babi menyediakan makanan dan material seperti kulit dan wol.

Keledai dan lembu digunakan untuk transportasi dan pekerjaan pertanian, sedangkan kucing dan anjing dipelihara sebagai hewan peliharaan dan juga dihargai karena kemampuannya mengendalikan hama.

Secara simbolis, hewan sering digunakan dalam seni dan mitologi Mesir kuno untuk mewakili berbagai konsep dan dewa.

Misalnya, singa melambangkan kekuatan dan kekuatan, ibis dikaitkan dengan kebijaksanaan, dan elang dikaitkan dengan langit dan dewa matahari, Ra.

Asosiasi simbolik ini meluas ke ranah tulisan hieroglif, dengan banyak simbol binatang digunakan untuk mewakili suara atau gagasan dalam sejarah Mesir kuno.

Pada tingkat ketuhanan, banyak hewan dianggap suci dan diasosiasikan dengan dewa dan dewi tertentu.

Kucing, misalnya, dikaitkan dengan dewi Bastet. Sedangkan ibis dan babon dikaitkan dengan dewa Thoth. Beberapa hewan bahkan diyakini sebagai manifestasi fisik dari para dewa itu sendiri.

Hewan suci ini sering disimpan di kuil dan dirawat serta dihormati selama hidup mereka. Setelah kematian mereka, mereka dimumikan dan dikuburkan dengan upacara besar dalam sejarah Mesir kuno.

Bagaimana Hewan Dimumikan dalam Sejarah Mesir kuno?

Mumifikasi hewan di Mesir kuno adalah proses yang sangat teliti dan sakral, yang mencerminkan rasa hormat yang mendalam dari orang Mesir terhadap makhluk-makhluk ini.

Meski metode khusus dapat bervariasi tergantung pada jenis dan ukuran hewan, tujuan mumifikasi, dan jangka waktu, proses ini umumnya memiliki banyak kesamaan dengan mumifikasi manusia. 

Langkah pertama dalam proses tersebut adalah pemurnian tubuh hewan. Ini biasanya dilakukan dengan membasuh tubuh dengan tuak dan dibilas dengan air dari Sungai Nil.

Setelah itu, tubuh hewan disiapkan untuk proses pengeringan. Pada hewan yang lebih kecil, seperti burung dan ular, organ dalam sering kali dibiarkan utuh karena ukurannya yang kecil.

Namun, pada hewan yang lebih besar, organ dalam biasanya diangkat dan diawetkan secara terpisah, mirip dengan proses mumifikasi manusia.

Langkah selanjutnya adalah pengeringan atau pengeringan tubuh. Ini dicapai dengan mengemas atau menutupi tubuh dengan natron, campuran garam alami yang banyak ditemukan di Mesir.

Natron efektif menyerap kelembapan tubuh, mencegah pembusukan dan mengawetkan tubuh. Proses ini bisa memakan waktu hingga empat puluh hari, setelah itu natron dikeluarkan, dan jenazah dibersihkan.

Setelah jenazah dikeringkan, tiba saatnya proses pembungkusan. Tubuh hewan itu dibungkus dengan lapisan perban linen, seringkali dengan jimat dan artefak keagamaan lainnya ditempatkan di dalam bungkusnya untuk perlindungan dan keberuntungan di akhirat.

Perban sering kali dilapisi dengan resin atau permen karet untuk membantu menahannya dan selanjutnya menyegel tubuh.

Langkah terakhir adalah dekorasi mumi. Bergantung pada hewan dan tujuannya, mumi dapat dicat atau disepuh, dan prasasti hieroglif dapat ditambahkan.

Mumi itu kemudian ditempatkan di peti mati atau lubang pemakaman yang disiapkan khusus, siap untuk perjalanannya ke alam baka.

Orang Mesir kuno memumikan berbagai macam hewan, masing-masing untuk tujuan tertentu.

Berdasarkan temuan arkeologi dan catatan sejarah, kita dapat mengkategorikan mumi hewan ini menjadi empat jenis utama yaitu; hewan peliharaan, persembahan nazar, hewan suci, dan mumi kemenangan.

Mumi Peliharaan

Kucing, anjing, monyet, dan bahkan burung sering dipelihara sebagai hewan peliharaan. Orang-orang Mesir kuno sangat berduka atas kematian hewan-hewan ini. Hewan peliharaan ini dimumikan dan dikubur bersama pemiliknya untuk menemani mereka di akhirat.

Mumi hewan-hewan ini sering disiapkan dengan hati-hati dan ditempatkan di peti mati atau lubang pemakaman yang dibuat khusus.

Persembahan Nazar

Mereka diciptakan sebagai persembahan kepada para dewa dan sering dijual kepada para peziarah di kuil, yang kemudian akan mempersembahkannya sebagai hadiah kepada para dewa.

Hewan yang dipilih untuk mumi ini biasanya diasosiasikan dengan dewa yang kepadanya mereka dipersembahkan. Misalnya, mumi ibis dipersembahkan kepada Thoth, dewa kebijaksanaan, sedangkan mumi kucing dipersembahkan kepada Bastet, dewi rumah, kesuburan, dan persalinan. 

Hewan Suci

Hewan-hewan tertentu diyakini sebagai manifestasi fisik dari para dewa itu sendiri. Hewan-hewan ini diperlakukan dengan sangat hormat selama hidup mereka dan dimumikan setelah kematian mereka.

Banteng apis adalah contoh utama hewan suci. Diyakini sebagai perwujudan dewa Ptah, banteng apis dirawat selama hidupnya dan setelah kematiannya, ia dimumikan dan dikuburkan dengan upacara besar di Serapeum di Saqqara.

Mumi Viktual

Mumi ini adalah persembahan makanan untuk dikonsumsi almarhum di akhirat. Mereka biasanya termasuk potongan daging, unggas, dan ikan. Mumi ini sering ditemukan di makam orang yang meninggal, ditempatkan di sana untuk memberikan rezeki bagi jiwa di akhirat.

Dalam catatan sejarah Mesir kuno, pada intinya mumifikasi hewan mempunyai makna dan tujuan masing-masing.