Membongkar Sejarah Ninja Kekaisaran Jepang Sebenarnya, Seperti Apa?

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 21 Agustus 2023 | 09:00 WIB
Ninja dalam catatan sejarah Kekaisaran Jepang disebut sebagai Shinobi. (Varavin88)

Klan ninja Kekaisaran Jepang sangat pandai dalam apa yang mereka lakukan sehingga orang lain yang mengaku sebagai ninja tampak lebih seperti preman biasa. 

Klan Iga dan Kōga memasok para penguasa Jepang dengan ninja selama hampir seratus tahun sampai panglima perang saingan semuanya memusnahkan mereka.

Zaman keemasan ninja berlangsung dari abad ke-15 hingga abad ke-16. Zaman ini bisa dibilang sebagai zaman yang sangat berdarah dalam buku-buku sejarah Jepang, di mana semua panglima perang berjuang untuk menguasai negara dan menyatukannya.

Bukan kebetulan bahwa periode ini juga sejalan dengan naik turunnya klan Iga dan Kōga. Bahkan setelah jatuhnya klan ninja, mereka masih sangat dicari sebagai spesialis dalam operasi rahasia. 

Hanya ketika Jepang bergerak maju ke masa damai, jumlah ninja Kekaisaran Jepang pun mulai menurun.

Lalu apa senjata yang digunakan ninja? Salah satunya menggunakan shuriken yaitu senjata tradisional yang berbentuk bintang yang dilemparkan kepada musuh.

Tapi, tahukah Anda? Bintang lempar ini bukanlah satu-satunya yang digunakan ninja. Shuriken juga merupakan alat Samurai Kekaisaran Jepang yang banyak digunakan.

Tujuan dari shuriken adalah untuk mengalihkan perhatian lawan untuk menciptakan celah serangan mematikan. Sementara shuriken bisa mematikan jika dilemparkan di tempat yang tepat dengan kekuatan yang cukup, mereka benar-benar dimaksudkan untuk membuat lawan tersentak.

Saat beraktivitas di siang hari, ninja mengenakan pakaian dan warna apa pun yang sedang menjadi mode saat itu untuk berbaur dengan orang banyak. Tak melulu berawarna hitam seperti yang banyak digambarkan, para ninja Kekaisaran Jepang juga secara teratur menyamar sebagai pedagang, biksu, pengemis, atau apa pun yang diperlukan untuk misi mereka.

Sebuah pusat penelitian yang didedikasikan untuk sejarah ninja dibangun di Iga. Universitas Mie Jepang telah mengembalikan studi ninja ke Iga hampir lima ratus tahun setelah klan ninja Iga musnah, tetapi para siswa tidak akan belajar bagaimana menjadi ninja.

Sebaliknya, gelar master studi ninja berfokus pada sejarah ninja, dengan beberapa topik tentang berbagai keterampilan ninja.

Hal itu tidak menghentikan lulusan pertama dari gelar tersebut untuk melatih keterampilan seni bela dirinya dan hidup sedekat mungkin dengan seorang ninja.

Masalah dalam menemukan informasi yang akurat tentang ninja Kekaisaran Jepang bermuara pada dua faktor: mereka tertutup, dan spesialisasi mereka kurang terhormat dibandingkan samurai, jadi perhatian ilmiah yang diberikan kepada mereka lebih sedikit.