Nationalgeographic.co.id—Cleopatra VII, firaun Mesir Kuno terakhir adalah sosok yang telah memikat imajinasi orang selama berabad-abad. Dalam sejarah Mesir kuno bahkan dunia, Cleopatra dikenal karena kecantikan, kecerdasan, dan kecerdasan politiknya, dia telah menjadi subjek dari banyak karya seni.
Sangat sedikit tokoh sejarah yang menangkap imajinasi budaya seperti Cleopatra. Bisa dibilang salah satu wanita paling terkenal yang pernah hidup, Cleopatra memerintah Mesir selama 22 tahun. Dia telah mengumpulkan sebuah kerajaan dan mengendalikan negara terkaya di Mediterania.
Namun, salah satu aspek kehidupannya yang sering terabaikan adalah perannya sebagai seorang ibu dalam sejarah. Tahukah Anda? Cleopatra memiliki empat anak, dengan dua ayah yang berbeda, dan kisah mereka sama menariknya dan juga berakhir tragis.
Dari seorang putra yang dinyatakan sebagai wakil penguasa Mesir tetapi kemudian dieksekusi, hingga seorang putri yang menikah dengan seorang raja dan menjadi ikon budaya, kehidupan anak-anak Cleopatra adalah jendela menuju dunia kekuasaan, ambisi, dan pengkhianatan.
Cleopatra dalam Sejarah Mesir Kuno
Cleopatra VII adalah firaun terakhir Mesir Kuno, yang memerintah dari tahun 51 SM hingga kematiannya pada tahun 30 SM. Dia lahir di Aleksandria pada tahun 69 SM, dan merupakan anggota dinasti Ptolemeus, yang didirikan oleh salah satu jenderal Alexander Agung setelah kematiannya.
Cleopatra dikenal karena kecantikan, kecerdasan, dan kecerdasan politiknya, dan dia fasih dalam beberapa bahasa, termasuk Yunani, Mesir, dan Latin. Dia membentuk aliansi dengan orang-orang kuat, seperti Julius Caesar dan Mark Antony, dan menggunakan kecerdasan dan pesonanya untuk mempertahankan cengkeraman kekuasaannya di masa pergolakan politik.
Terlepas dari prestasinya, Cleopatra terkenal karena hubungan romantisnya dengan Caesar dan Antony dalam sejarah dunia yang telah menjadi subjek dari banyak buku, film, dan drama.
Setelah kekalahan Antony dan Cleopatra oleh Oktavianus, calon Kaisar Romawi Augustus, pada tahun 31 SM, Cleopatra bunuh diri daripada ditawan ke Roma. Lalu, bagaimana nasib anak-anak Cleopatra dalam catatan sejarah?
Caesarion
Anak pertama Cleopatra, seorang putra bernama Caesarion, lahir pada tahun 47 SM. Ayahnya tidak lain adalah Julius Caesar, jenderal dan politisi Romawi terkenal yang pernah menjalin hubungan singkat dengan Cleopatra selama dia tinggal di Mesir.
Caesarion dibesarkan di Mesir dan dinyatakan oleh Cleopatra sebagai rekan penguasa dan penerus takhta. Namun, klaimnya dibantah oleh putra angkat Caesar, Oktavianus, yang kemudian menjadi kaisar Romawi pertama, Augustus.
Pada tahun 30 SM, setelah kematian Cleopatra, Caesarion dieksekusi atas perintah Oktavianus, yang melihatnya sebagai potensi ancaman terhadap pemerintahannya sendiri.
Alexander Helios
Anak kedua Cleopatra, putra lainnya bernama Alexander Helios, lahir pada tahun 40 SM. Ayahnya adalah Mark Antony, seorang jenderal dan politikus Romawi yang bersekutu dengan Cleopatra melawan Oktavianus.
Alexander Helios, yang namanya berarti "matahari", dibesarkan di Mesir bersama saudara kembarnya Cleopatra Selene, dan dua saudara kandung lainnya.
Pada tahun 34 SM, Antony dan Cleopatra membawa anak-anak mereka dalam perjalanan besar ke Mediterania timur, menunjukkan kekuatan dan kekayaan mereka kepada dunia. Namun, aliansi mereka dengan Roma sudah runtuh, dan pada tahun 31 SM, Antonius dan Cleopatra dikalahkan oleh Oktavianus pada Pertempuran Actium.
Setelah kekalahan mereka, anak-anak dibawa ke Roma oleh Oktavianus dan diarak sebagai rampasan perang. Alexander Helios dan saudara-saudaranya kemudian dikirim untuk tinggal bersama saudara perempuan Oktavianus, Octavia, yang pernah menjadi istri Antony sebelum dia meninggalkannya demi Cleopatra. Alexander Helios menghilang dari sejarah setelah titik ini, dan tidak diketahui apa yang terjadi padanya.
Cleopatra Selena
Anak ketiga Cleopatra, seorang putri bernama Cleopatra Selene, lahir pada tahun 40 SM, dan seperti saudara kembarnya Alexander Helios, dibesarkan di Mesir.
Setelah kekalahan orang tuanya, dia dibawa ke Roma bersama saudara-saudaranya, di mana dia dibesarkan oleh Octavia.
Namun, pada 20 SM, dia menikah dengan Juba II, raja Mauretania, negara klien Romawi di Afrika Utara.
Cleopatra Selene dan Juba II menjadi pasangan yang kuat, terkenal karena kecerdasan dan pencapaian budaya mereka. Mereka memiliki beberapa anak bersama, dan keturunan mereka akan memerintah Mauretania selama beberapa generasi.
Ptolemy Philadelphus
Anak keempat dan terakhir Cleopatra, putra lainnya bernama Ptolemeus Philadelphus, lahir pada tahun 36 SM. Ayahnya adalah Mark Antony, dan seperti saudara kandungnya, dia dibesarkan di Mesir.
Setelah kekalahan orang tuanya, dia dibawa ke Roma bersama saudara-saudaranya, di mana dia dibesarkan oleh Octavia.
Namun, pada 30 SM, setelah kematian ibunya, dia dieksekusi atas perintah Oktavianus, bersama dengan saudara tirinya Caesarion.
Realitas Brutal Politik Romawi
Kesimpulannya, kisah anak-anak Cleopatra adalah kisah tragis yang ditandai dengan intrik politik, perang, dan kekerasan.
Namun, itu juga merupakan bukti ketahanan manusia, dan kekuatan abadi dari ikatan keluarga.
Keturunan Cleopatra, baik melalui anak-anaknya dengan Mark Antony maupun melalui putrinya Cleopatra Selene, akan terus memainkan peran penting dalam sejarah dunia Mediterania selama berabad-abad mendatang.