Metode Penyiksaan Air ala Tiongkok, Sederhana namun Membuat 'Gila'

By Sysilia Tanhati, Selasa, 22 Agustus 2023 | 16:00 WIB
Dibandingkan dengan perangkat seperti rantai atau cambuk, penyiksaan air ala Tiongkok mungkin tidak terdengar menyakitkan. Namun faktanya, metode penyiksaan itu bisa membuat gila si terhukum. (Erik Palmqvist )

Perawatan ini juga digunakan untuk menyembuhkan sakit kepala dan insomnia. “Dan tentu saja tidak berhasil,” tambah Margaritoff.

Tidak jelas kapan istilah “penyiksaan air ala Tiongkok” mulai digunakan. Tapi pada tahun 1892, istilah itu masuk dalam leksikon publik. Bahkan, metode ini disebutkan dalam sebuah cerita pendek di Overland Monthly berjudul The Compromiser. Namun, pada akhirnya, Harry Houdini-lah yang membuat istilah itu terkenal.

Pada tahun 1911, ilusionis terkenal membangun tangki berisi air di Inggris yang disebutnya sebagai Sel Penyiksaan Air Tiongkok. Dengan kedua kaki ditahan, dia diturunkan ke air dalam posisi terbalik.

Setelah penonton mengamatinya melalui kaca depan tangki, tirai menutupi upaya pelarian ajaibnya. Houdini melakukan trik tersebut untuk pertama kalinya di depan penonton pada 21 September 1912 di Berlin.

Bentuk penyiksaan air lainnya

Ada metode lain yang menggunakan air untuk menyiksa korban. Salah satunya adalah waterboarding.

Dalam metode ini, air dituangkan ke dalam hidung dan mulut korban. Korban berbaring telentang pada bidang miring, dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.

Saat rongga sinus dan mulut korban terisi air, refleks muntahnya menyebabkan dia mengeluarkan udara dari paru-parunya. Hal itu membuatnya tidak dapat menghembuskan napas dan tidak dapat bernapas tanpa menyedot air. Air biasanya masuk ke paru-paru, namun tidak segera mengisinya, karena posisinya yang lebih tinggi terhadap kepala dan leher.

Ada metode lain yang menggunakan air untuk menyiksa korban. Salah satunya adalah waterboarding. Dalam metode ini, air dituangkan ke dalam hidung dan mulut korban. Korban berbaring telentang pada bidang miring, dengan kaki lebih tinggi dari kepala. (Public Domain)

Mulut dan hidung korban sering ditutup dengan kain. Hal tersebut memungkinkan air masuk tapi juga mencegahnya keluar. Sebagai alternatif, mulut korban dapat ditutup dengan plastik atau ditutup rapat untuk tujuan ini.

Penyiksaan akhirnya dihentikan dan korban dibaringkan untuk memungkinkan dia batuk dan muntah (air biasanya masuk ke kerongkongan dan perut). Penyiksaan juga dihentikan sementara untuk menyadarkan korban jika ia pingsan. Setelah itu, penyiksaan dapat dilanjutkan.

Waterboarding menghasilkan penderitaan fisik yang ekstrem. Juga perasaan panik dan teror yang tak terkendali. Semua itu biasanya terjadi dalam hitungan detik.