Dibangun sebuah rumah adat di halaman pangkalan pendaratan ikan yang cukup permanen berupa rumah panggung. Di rumah adat tersebut, tempat ritual nyalamaq dilauq diselenggarakan.
Ritual nyalamaq dilauq dilaksanakan pada bulan Muharam. Ritual ini dipelihara sejak bertahun-tahun silam dengan diwariskan dari generasi ke generasi.
Sebelum acara puncak, dilakukan ngaririk kerbau. Ngaririk kerbau artinya menuntun atau membawa kerbau yang akan disembelih pada hari puncak dengan tali berkeliling desa, seperti karnaval.
Namun, sebelum kerbau diririq, terlebih dahulu dimandikan, dibersihkan, dan diberikan langir, diminyaki dengan minyak bauq, dirias, dipunggungnya diletakkan kain pusaka, di lehernya digantung pisang, dan lain-lain, dan kerbau ini diririq di depan sandro.
Setelah dibersihkan, kepala kerbau itu dibawa berjalan mengelilingi kampung dengan menyusuri pantai diiringi dengan suara takbir, salawatan, dan rombongan karnaval membawa ula-ula (panji-panji) berwarna putih, merah, kuning, dan hitam.
Puncak pelaksanaan ritual nyalamaq dilauq dilakukan dengan melarung kepala kerbau yang telah diletakkan pada rakit dikki (rakit kecil) tepat di atas gugusan terumbu karang cincing yang terletak ±150 meter dari dermaga perikanan ke arah tenggara.
Seusai pelarungan kepala kerbau tersebut, peserta ritual nyalamaq dilauq, seperti peserta karnaval laut, penonton, dan tamu undangan yang berada di pinggir pantai melakukan siram-siraman dengan air laut.
Proses konservasi lingkungan dilakukan dengan acara menutup laut dari segala aktivitas melaut dan aktivitas lainnya di kawasan pesisir selama tiga hari. Selama tiga hari, semua nelayan termasuk nelayan desa atau desa tetangga tidak diperkenankan melaut.
Selama tiga hari, seluruh aktivitas di kawasan pesisir tidak perkenankan, perahu ditambatkan, wisatawan tidak boleh masuk kawasan pantai Tanjung Luar dan sekitarnya, dan pasar ikan tutup sementara waktu.
Ritual nyalamaq dilauq bukan hanya sekedar upacara, namun untuk mengingatkan masyarakat pesisir tentang dampak pencemaran lingkungan pesisir. Lingkungan pesisir, seperti air, oksigen, cahaya matahari, garam, pasir, batu, dan lain-lain.
Ritual nyalamaq dilauq bukan hanya sekedar upacara, namun untuk mengingatkan masyarakat pesisir tentang dampak pencemaran lingkungan pesisir. Lingkungan pesisir, seperti air, oksigen, cahaya matahari, garam, pasir, batu, dan lain-lain.
Nilai-nilai edukasi ini tergambar dari prosesi ritual ngalamaq dilauq sebagai bentuk kepedulian masyarakat pesisir terhadap lingkungannya. Tak heran, notabene peserta ritual ini adalah generasi milenial dan remaja sebagai pelestari laut di masa mendatang.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.