Nationalgeographic.co.id—Sepanjang sejarah manusia, salah satu mitos tertua dan paling bertahan lama adalah kucing hitam yang dianggap sebagai pembawa sial. Reputasi mereka semakin buruk ketika perayaan Halloween menjadi populer di zaman modern.
Bagaimana dan di mana hubungan antara kucing hitam dan nasib buruk itu dimulai sehingga menjadi mitos abadi?
Asal-usul mitos kucing hitam dalam sejarah manusia
Hubungan antara manusia dan kucing dapat ditelusuri kembali ke beberapa peradaban paling awal di dunia, terutama Mesir kuno. Di Mesir kuno, kucing dianggap sebagai simbol ketuhanan. Kucing juga muncul dalam mitologi Yunani, khususnya Hecate, dewi sihir, ilmu sihir, bulan dan sihir. Dewi Hecate digambarkan memiliki kucing sebagai hewan peliharaan.
“Menurut cerita rakyat Eropa, Kucing dianggap sebagai makhluk gaib yang membantu penyihir,” tulis Elizabeth Yuko di laman History.
Catatan tertulis menghubungkan kucing hitam dengan ilmu gaib muncul sejak abad ke-13. Saat itu, sebuah dokumen resmi gereja berjudul Vox in Rama dikeluarkan oleh Paus Gregorius IX pada 13 Juni 1233.
“Di dokumen tersebut, kucing hitam dinyatakan sebagai inkarnasi setan,” kata Layla Morgan Wilde, penulis buku Black Cats Tell: True Tales and Inspiring Images.
Dekrit itu menandai dimulainya inkuisisi dan perburuan bidat dan penyihir yang disetujui gereja. Awalnya itu dirancang untuk menghancurkan kultus Luciferian yang tumbuh di Jerman, tetapi dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa.
Kucing dianggap sebagai penyebar wabah dalam sejarah manusia
“Selama Abad Pertengahan, tidak jarang kucing dibunuh, mengingat hubungannya dengan kejahatan,” kata Yuko. Beberapa orang bahkan menyalahkan kucing karena menyebarkan wabah pes. Bahkan, orang di masa lalu menggunakannya sebagai alasan lain untuk membasmi kucing malang itu.
Namun, rencana buruk mereka menjadi bumerang. Pembunuhan kucing justru menjadi pemicu penyebaran wabah di kala itu. Dengan berkurangnya jumlah kucing untuk mengendalikan populasi hewan pengerat, penyakit ini menyebar dengan cepat.
Kucing hitam dan penyihir dipandang sebagai ancaman bagi gereja Kristen awal
Selain kaitannya dengan setan, kucing juga terkait erat dengan penyihir di Eropa abad pertengahan. Menurut Cerridwen Fallingstar, penulis Broth from the Cauldron: A Wisdom Journey through Everyday Magic, penyihir adalah praktisi pagan pra-Kristen di Eropa.
Gereja Kristen di Eropa pada mulanya hidup berdampingan dengan para penyihir. Namun ketika gereja semakin menyebar dan berkuasa, penyihir dipandang sebagai pesaing untuk menarik masyarakat.
Saat itulah gereja mulai memburu, menganiaya, menyiksa dan membunuh penyihir dalam jumlah besar, menurut Fallingstar.
Dalam sejarah manusia, penyihir menghormati alam, sangat menghormati tumbuhan dan hewan. Kasih sayang antara manusia dan hewan mulai dilihat sebagai hal yang jahat di masa itu. Bahkan, wanita tua yang memiliki kucing pun dipandang sebagai penyihir.
Karena alasan itu, kucing dan penyihir dianggap sebagai ancaman. Kucing, seperti penyihir, cenderung menunjukkan rasa tidak hormat terhadap otoritas. Tidak seperti anjing yang ramah terhadap manusia, kemandirian kucing justru dipandang secara negatif.
Pada titik tertentu, pasangan penyihir dengan kucing menyempit menjadi kucing hitam. Namun Fallingstar mengatakan tidak sepenuhnya jelas mengapa hal itu terjadi.
Hubungan antara penyihir dan kucing hitam, khususnya, mungkin hanya khayalan. Namun ada kemungkinan bahwa kucing hitam bisa menjadi pemburu tikus yang lebih baik. Karena mereka tidak dapat terlihat di malam hari sehingga memiliki keuntungan dalam berburu.
Akhirnya, ketakutan terhadap kucing hitam dan hubungannya dengan ilmu sihir menyebar ke seluruh Atlantik. “Hal itu menyebar berkat para penjajah Puritan,” kata Daniel Compora, profesor bahasa dan sastra Inggris di Universitas Toledo.
Gagasan bahwa penyihir bisa berubah menjadi makhluk gaib pun berubah. Akhirnya, seseorang yang memelihara kucing dianggap sebagai penyihir.
Mitos bahwa orang akan mengalami nasib buruk jika kucing hitam melintas di depannya
Di Eropa abad pertengahan, orang percaya bahwa setan dan penyihir bisa berubah menjadi kucing hitam. “Jadi masuk akal jika takhayul seputar kucing hitam yang melintas di depan seseorang pun berkembang,” kata Phoebe Millerwhite, seorang penulis cerita rakyat dan seniman.
Orang menganggap bahwa kucing hitam yang berjalan di depannya itu mungkin sedang menjalankan misi dari penyihir. Sederhananya, bisa jadi kucing hitam itu adalah iblis yang menyamar dan tidak ada seorang pun yang mau berpapasan dengan iblis. Hal ini menjelaskan mengapa kucing hitam yang melintasi jalan Anda dianggap pertanda buruk dalam sejarah manusia.
Gagasan ini berlanjut hingga zaman Renaisans, menurut Fallingstar. Ketika seekor kucing hitam melintasi jalan Anda mungkin mengindikasikan bahwa seorang penyihir telah mengirim makhluk gaibnya untuk menyakiti Anda.
Banyak petani yang ketakutan pada masa itu dan mungkin bergegas ke gereja terdekat. Mereka membayar pendeta untuk memberkati dan membebaskannya dari segala kutukan yang mungkin ditimbulkan oleh kucing tersebut. Karena ini adalah sumber pendapatan bagi gereja, ketakutan seperti itu mungkin saja beralasan.
Namun gagasan bahwa kucing hitam membawa nasib buruk tidaklah universal. Faktanya, beberapa budaya percaya bahwa kucing hitam membawa keberuntungan.
“Kemiripan kucing hitam dengan dewi kucing Bastet membuat mereka dihormati di Mesir kuno,” Yuko menambahkan. Di negara lain, seperti Skotlandia dan Jepang, kucing dianggap sebagai simbol kemakmuran.
Jadi, tidak semua memandang kucing hitam sebagai pembawa sial dalam sejarah manusia.