1,34 Juta Ton Limbah Nuklir Fukushima Dibuang ke Laut, Apa Dampaknya?

By Ricky Jenihansen, Selasa, 29 Agustus 2023 | 13:00 WIB
Sekitar 1,34 juta ton air limbah nuklir Fukushima Daiichi akan dibuang ke laut dalam waktu dekat dan memunculkan kekhawatiran dampak lingkungan. TEPCO menyatakan telah mengencerkan air untuk mengurangi tingkat radioaktivitas hingga 1.500 becquerel per liter (Bq/L). (Massachusetts Institute of Technology)

“Selama beberapa dekade (tidak ada) tidak ada bukti dampak lingkungan atau kesehatan yang buruk,” katanya.

Pengawas atom PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan pelepasan tersebut memenuhi standar internasional dan tidak akan menimbulkan dampak lingkungan atau kerusakan apa pun.

Namun demikian, tidak semua pihak setuju dengan hal tersebut. Greenpeace mengatakan pada hari Selasa bahwa teknologi yang digunakan untuk menyaring air memiliki kelemahan dan mungkin ada potensi dampak lingkungan.

Tidak hanya itu, bahwa faktanya IAEA sepenuhnya telah mengabaikan puing-puing bahan bakar radioaktif yang meleleh dan terus mencemari air tanah setiap hari".

Bahan bakar yang meleleh ini dapat melepaskan zat radioaktif dan berpotensi mencemari lingkungan sekitarnya jika tidak dikelola dengan baik.

“(Melepaskan) limbah ini ke laut akan berdampak pada seluruh planet. Jepang dengan sengaja menyebarkan unsur-unsur radioaktif,” kata Yukio Kanno, seorang warga Fukushima, pada protes yang diorganisir Greenpeace baru-baru ini.

Sementara itu, Tiongkok menuduh Jepang memperlakukan Samudra Pasifik seperti "saluran pembuangan". Beijing pada bulan Juli melarang impor makanan dari 10 prefektur Jepang dan memberlakukan tes radiasi yang ketat pada makanan dari negara lain.

Meskipun pemerintah Seoul tidak menyatakan keberatan, banyak warga Korea Selatan yang khawatir dan melancarkan demonstrasi – dan bahkan melakukan pembelian garam laut secara panik.

Muncul kekhawatiran air limbah nuklir akan mencemari hasil laut. (Shutterstock)

Pembuangan limbah nuklir ini akan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk diselesaikan. Bahkan rencana tersebut juga mendapat tentangan dari pihak Jepang sendiri yang khawatir dengan dampak lingkungannya.

Tentangan muncul khususnya dari industri perikanan, mereka khawatir ekspornya akan anjlok karena konsumen dan pemerintah menghindari makanan laut Jepang.

Apa yang telah dilakukan Jepang untuk meredakan kekhawatiran?Pemerintah telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mencoba memenangkan hati orang-orang yang skeptis di dalam dan luar negeri. Mulai dari studi wisata di Fukushima hingga video live streaming ikan yang hidup di air limbah.

Tokyo juga berupaya melawan disinformasi yang disebarkan secara online mengenai rilis tersebut, seperti foto-foto lama yang dimanipulasi dan klaim—yang dibantah oleh Jepang—bahwa mereka menyuap IAEA.

Di sisi lain, masih banyak tugas lain yang harus dilakukan. Tugas yang jauh lebih berbahaya adalah menghilangkan puing-puing radioaktif dan bahan bakar nuklir yang sangat berbahaya dari tiga reaktor yang mengalami krisis pada tahun 2011.

TEPCO berencana menggunakan robot untuk membuang bahan bakar nuklir itu. Namun ada kekhawatiran bahwa tingkat radiasi sangat tinggi sehingga dapat melumpuhkan mesin yang dikendalikan dari jarak jauh.

Keseluruhan proses yang sangat besar ini diperkirakan memakan waktu 30 hingga 40 tahun. Diperkirakan setidaknya menelan biaya sekitar delapan triliun yen ($55 miliar).