Nationalgeographic.co.id—Herodotus dikenal sebagai Bapak Sejarah Dunia. Namun di sisi lain, dia juga disebut sebagai Bapak Pembohong. Lalu, bagaimana awal mula ini terjadi?
Herodotus adalah pionir sejarah Yunani kuno, seorang pria yang sering bepergian dan menulis kisah-kisah luar biasa tentang masa lalu. Kontribusi terbesarnya terhadap sastra Yunani adalah serangkaian buku berjudul The Histories, yang diterbitkan pada abad ke -5 SM.
Proyek ambisius yang monumental ini menampilkan peristiwa nyata sepanjang sejarah, termasuk kehidupan raja dan ratu, pertempuran terkenal, dan topografi geografis.
Menyusul kesuksesan The Histories, penulis Yunani Marcus Tullius Cicero menjuluki Herodotus sebagai “Bapak Sejarah”, dan nama tersebut telah melekat selama berabad-abad.
Selain itu, Herodotus juga dikenal karena kisah-kisahnya yang penuh warna dan terkadang sulit dipercaya, sehingga membuat banyak orang mempertanyakan keandalannya sebagai seorang sejarawan. Beberapa dongeng paling terkenal dari Histories Herodotus, termasuk ular terbang dan semut pembunuh unta.
Ular terbang
Salah satu cerita paling terkenal dari The Histories karya Herodotus adalah tentang ular terbang. Menurut Herodotus, di negeri Arabia terdapat ular yang bisa terbang.
Ular-ular ini akan melingkari dahan-dahan pohon, lalu melepaskannya dan melayang di udara, seolah-olah sedang terbang. Herodotus menyatakan bahwa orang-orang Arab akan mengumpulkan ular-ular ini dan menjualnya kepada orang-orang Mesir untuk digunakan di kuil-kuil mereka.
Meskipun mudah untuk menganggap cerita ini sebagai mitos belaka, mungkin ada benarnya. Ada spesies ular, seperti ular pohon surga, yang mampu meluncur di udara dengan meratakan tubuhnya dan menggunakan sisiknya untuk menciptakan gaya angkat.
Jadi meskipun ular yang ditulis Herodotus tidak mungkin benar-benar terbang, ada kemungkinan bahwa mereka mampu meluncur dalam jarak dekat.
Semut raksasa pembunuh unta
Kisah terkenal lainnya dari The Histories karya Herodotus adalah tentang semut pembunuh unta. Menurut Herodotus, di tanah India terdapat semut sebesar rubah, menyerang dan membunuh unta.
Herodotus menyatakan bahwa semut-semut ini akan menggali terowongan di pasir dan membuat perangkap untuk unta, lalu mengerumuni dan membunuh mereka dengan rahangnya yang kuat.
Seperti halnya ular terbang, mudah untuk menganggap cerita ini sebagai mitos belaka. Tidak ada spesies semut yang diketahui mampu membunuh seekor unta, dan kecil kemungkinannya spesies seperti itu pernah ada.
Namun, mungkin saja Herodotus sedang mendeskripsikan jenis hewan yang berbeda. Misalnya, ada spesies antlion yang dikenal suka membuat lubang di pasir dan menggunakannya untuk menjebak mangsa.
Raja yang gila menghukum laut dengan cambuk
Menurut Herodotus, Xerxes I, raja Persia, mencambuk laut sebagai hukuman atas badai yang menghancurkan jembatan yang dibangun pasukannya melintasi Hellespont (sekarang Dardanella) pada tahun 480 SM.
Xerxes telah memerintahkan tentaranya untuk membangun jembatan perahu melintasi Hellespont agar pasukannya dapat menyeberang dari Asia ke Eropa dengan tujuan menyerang Yunani.
Namun, badai menghancurkan jembatan, menyebabkan Xerxes menjadi marah. Dia memerintahkan tentaranya untuk menghukum Hellespont dengan mencambuknya tiga ratus kali dan melemparkan belenggu ke dalam air sebagai isyarat simbolis untuk memperbudak laut yang sulit diatur.
Peristiwa tersebut sering disebut-sebut sebagai contoh kesombongan Xerxes dan kurangnya pemahaman terhadap kekuatan alam.
Kisah Xerxes yang mencambuk laut telah diperdebatkan oleh para sejarawan, dan beberapa orang berpendapat bahwa itu mungkin hanya fiksi fiksi Herodotus. Namun, cerita tersebut diterima secara umum sebagai kisah akurat tentang perilaku Xerxes, dan telah menjadi contoh terkenal tentang kesombongan manusia dan kesia-siaan dalam mencoba mengendalikan alam.
Saat kuda nil tidak terlihat seperti kuda nil
Herodotus menulis tentang banyak hewan eksotik dalam karyanya, termasuk kuda nil. Namun, gambarannya tentang kuda nil sangat berbeda dengan apa yang kita ketahui tentang hewan tersebut saat ini. Herodotus menggambarkan kuda nil memiliki surai seperti kuda, kuku terbelah, dan punggung miring ke bawah menuju bagian belakang.
Ada beberapa alasan mengapa Herodotus salah dalam mendeskripsikan kuda nil. Salah satu kemungkinannya adalah dia tidak pernah benar-benar melihat kuda nil hidup, melainkan mengandalkan deskripsi dari orang lain atau sumber bekas.
Kemungkinan lainnya adalah dia salah atau bingung, karena dia menulis tentang hewan yang tidak dikenalnya dan pembacanya.
Penting juga untuk dicatat bahwa Herodotus menulis pada masa sebelum pemahaman ilmiah modern tentang hewan dan anatominya. Orang-orang Yunani kuno tidak memiliki akses terhadap tingkat pengetahuan dan pemahaman ilmiah seperti yang kita miliki saat ini, sehingga deskripsi mereka tentang hewan sering kali didasarkan pada pengamatan dan persepsi yang tidak selalu akurat.
Jadi, apakah Herodotus pembohong?
Herodotus sering disebut sebagai Bapak Sejarah karena karya rintisannya dalam mencatat dan menganalisis peristiwa sejarah. Dia menulis The Histories, sebuah catatan komprehensif tentang Perang Yunani-Persia dan dampaknya, yang dianggap sebagai karya sejarah pertama dalam sastra Barat.
Herodotus adalah sejarawan pertama yang menyelidiki dan mencatat peristiwa secara sistematis, melakukan wawancara dengan saksi mata, dan berupaya memverifikasi fakta melalui pemeriksaan silang dan pembuktian.
Namun, Herodotus juga dikritik oleh beberapa orang sezamannya karena terlalu percaya diri dan menerima desas-desus dan rumor. Faktanya, salah satu julukan terkenalnya adalah "bapak kebohongan", sebuah julukan yang kemungkinan besar diberikan kepadanya oleh para pengkritiknya yang menuduhnya membumbui atau mengarang beberapa cerita dalam karyanya.
Terlepas dari kritik tersebut, kontribusi Herodotus dalam bidang sejarah tidak dapat disangkal. Dia menetapkan standar untuk penyelidikan dan dokumentasi peristiwa sejarah yang cermat yang telah memengaruhi sejarawan selama berabad-abad.
Meskipun beberapa catatannya mungkin tidak akurat atau bias, karyanya tetap menjadi sumber informasi penting tentang dunia kuno dan terus menginspirasi para sejarawan dan penulis hingga saat ini dalam sejarah dunia.