Praktik Berbaring Saat Pesta Untuk Hormati Dewa di Sejarah Romawi Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 3 September 2023 | 10:00 WIB
Budaya pesta berakar kuat pada nilai-nilai, kepercayaan, dan struktur sosial masyarakat di sejarah Romawi kuno. (Wikimedia Commons)

Percakapan adalah elemen penting lainnya dari etiket makan Romawi. Bangsa Romawi sangat menghargai wacana intelektual dan kecerdasan, sehingga para tamu diharapkan berkontribusi dalam diskusi mengenai topik-topik seperti filsafat, politik, sastra, dan seni.

Membahas topik yang vulgar atau kasar dianggap tidak sopan. Sebaliknya, para tamu bertujuan untuk menunjukkan kefasihan, pengetahuan, dan kecerdasan mereka dalam percakapan mereka.

Peran para budak di pesta Romawi juga patut diperhatikan. Budak melakukan berbagai tugas selama pesta, mulai dari menyajikan makanan dan anggur hingga memberikan hiburan, dan kehadiran mereka merupakan simbol kekayaan tuan rumah.

Namun perlakuan terhadap budak juga dipandang sebagai cerminan karakter tuan rumah. Tuan rumah yang baik diharapkan memperlakukan budaknya dengan baik dan penuh hormat, dan perlakuan buruk sering kali berujung pada ketidaksetujuan sosial.

Meskipun orang Romawi senang menikmati makanan dan anggur, sikap moderat sangat dihormati. Pemanjaan berlebihan tidak disukai dan dipandang sebagai kurangnya pengendalian diri. Para tamu diharapkan untuk menghargai makanan dan anggur berkualitas yang ditawarkan, tetapi tidak sampai merasa mabuk atau terlalu kenyang. 

Selain itu, memperhatikan urutan layanan yang benar juga sangat penting. Tuan rumah, sebagai orang dengan kedudukan tertinggi yang hadir, dilayani terlebih dahulu, disusul tamu-tamu lainnya berdasarkan status sosialnya.

Proses ini menggarisbawahi hierarki sosial dan penghormatan terhadap status dalam masyarakat Romawi.