Lebih 30 Persen Terumbu Karang Pesisir Indonesia dalam Kondisi Buruk

By Ricky Jenihansen, Selasa, 5 September 2023 | 14:00 WIB
Memudarnya warna terumbu karang. Pada satu hingga tiga meter di bawah laut, karang yang memutih terlihat dari pemukiman terdekat. Karang ini terletak di pulau Yensawai Barat, Kepulauan Rajaampat, Papua Barat, Indonesia. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Meskipun hal ini positif, terumbu karang di Indonesia bagian barat masih menghadapi banyak pemicu stres utama, termasuk pemicu stres dari polutan antropogenik, polusi laut, sedimentasi, dan salinitas rendah.

Indonesia TengahDi Indonesia bagian tengah, kondisi terumbu karang membaik hingga tahun 2015, namun kondisinya semakin memburuk dalam 4 tahun terakhir.

Sebelum terjadinya pemutihan global pada tahun 2015, persentase kondisi terumbu karang yang Cukup Baik dan Baik terus mengalami peningkatan.

Namun sejak tahun 2015, persentase terumbu karang yang buruk meningkat hampir dua kali lipat, meningkat dari 21% menjadi 36% dari seluruh terumbu karang di Indonesia bagian tengah.

Indonesia bagian tengah dan barat juga terkena dampak pemanasan suhu laut yang mengalir dari Samudera Hindia setiap 3-7 tahun sekali akibat aktivitas alami El Nino Southern Oscillation (ENSO).

Akibatnya, jika dibarengi dengan pemanasan iklim, polutan antropogenik, pemanasan tambahan ini telah mempercepat penurunan terumbu karang.

Indonesia TimurSebaliknya, kondisi karang di Indonesia bagian timur semakin menurun. Sejak tahun 1993, proporsi terumbu karang yang sangat baik terus menurun dari 10% menjadi 4% dan terumbu karang yang baik telah menurun dari 30% menjadi 24%.

Sementara itu, terumbu karang yang cukup besar telah meningkat secara signifikan, dari 23% menjadi 39%.

Terumbu karang yang buruk telah mengalami fluktuasi yang sangat besar, namun saat ini sedikit lebih rendah dibandingkan titik awalnya pada tahun 1993, yang saat ini berada pada angka 34%.

Perbedaan mencolok antara Indonesia bagian timur dengan wilayah barat dan tengah kemungkinan besar berkorelasi. Hal itu berkaitan dengan meningkatnya eksploitasi sumber daya yang dimulai pada awal tahun 2000, ketika berpindah dari Indonesia bagian barat.

Penyebab stres utama lainnya yang mempengaruhi wilayah Indonesia bagian timur adalah rendahnya kesadaran masyarakat. Kemudian lemahnya penegakan hukum dan pengawasan yang memungkinkan terjadinya praktik dan eksploitasi penangkapan ikan yang merusak.

Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.