Ketika orang Jepang secara bertahap mendorong suku Ainu ke utara, mereka memperkuat struktur internal mereka dan menjalin ikatan yang lebih kuat dengan budaya kontinental. Catatan sejarah menunjukkan bahwa seorang kaisar Silla Korea (dalam bahasa Jepang, Shiragi) mengirim 80 musisi ke pemakaman seorang penguasa Jepang pada tahun 453.
Buddhisme Tiongkok secara resmi diperkenalkan sebagai agama di Jepang pada abad keenam, orang-orang terpilih dikirim ke Tiongkok untuk pelatihan ritual musik dari keyakinan itu.
Seorang musisi Korea, Mimaji atau dalam bahasa Jepang Mimashi, diyakini telah memperkenalkan tarian dan hiburan topeng dan musik Tiongkok selatan ke istana kekaisaran Jepang pada tahun 612.
Pada abad delapan kekaisaran Jepang telah menghasilkan catatan sejarah tertulisnya yang pertama bernama Kojiki atau Records of Ancient Matters di tahun 713 dan Nihon shoki atau Chronicles of Japan di tahun 720. Kedua catatan sejarah tersebut menceritakan asal muasal musik dalam mitologi Jepang sebagai bentuk hiburan yang digunakan para dewa.
Salah satu bentuk musik tradisional Jepang yang paling terkenal adalah gagaku, yang sudah ada sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Gagaku memadukan melodi yang elegan dengan gerakan tarian yang anggun, menciptakan pertunjukan memukau yang membawa pendengarnya ke waktu dan tempat lain.
Genre populer lainnya adalah shigin, yang melibatkan pembacaan puisi klasik diiringi alat musik seperti koto atau shamisen. Bentuk seni ini menampilkan keindahan bahasa dan sastra kekaisaran Jepang sekaligus menampilkan keterampilan dan kreativitas para pemainnya. Musik tradisional Jepang mencakup berbagai genre, masing-masing memiliki gaya dan instrumen yang berbeda. Dari suara meditatif seruling shakuhachi hingga ketukan drum taiko yang semarak.
Musik tradisional kekaisaran Jepang adalah bentuk seni yang menawan yang telah dihargai selama berabad-abad. Dengan melodinya yang unik, ritme yang rumit, dan makna budayanya musik ini terus memikat penonton di seluruh dunia.