Dewi Chimera Mitologi Yunani, Wujud Ketakutan Kuno terhadap Perempuan

By Ricky Jenihansen, Rabu, 6 September 2023 | 10:59 WIB
Dewi Chimera dalam mitologi Yunani adalah personifikasi ketakutan kuno terhadap perempuan.
Dewi Chimera dalam mitologi Yunani adalah personifikasi ketakutan kuno terhadap perempuan. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Dewi chimera dalam mitologi Yunani digambarkan dengan komposisi mengerikan yang memiliki bagian-bagian berbeda. Dewi chimera dalam mitologi Yunani tampaknya diciptakan sebagai personifikasi ketakutan kuno terhadap perempuan.

Ketakutan terhadap perempuan, sepertinya sama dengan penggambaran banyak dewi mitologi Yunani lainnya. Seperti misalnya Medusa, Lamia, Scylla dan Charybdis yang mengerikan

Dewi Chimera dalam mitologi Yunani, yang direferensikan pada abad ketujuh SM ditampilkan dengan komposisi berbeda. Penggambaran tersebut ditampilkan dalam karya Hesiod berjudul “Theogony” dan muncul dalam Iliad karya Homer.

Dalam mitologi Yunani, Dewi Chimera dibesarkan oleh Araisodarus, ayah dari Atymnius dan Maris. Dewi Chimera digambarkan dengan bagian-bagian berbeda yang mewujudkan ketakutan kuno terhadap perempuan.

Dia adalah seekor singa yang menakutkan di bagian depan, tubuh kambing di tengah (yang mewakili kemampuannya untuk merawat anak), dan berubah menjadi hewan mengerikan lainnya di bagian belakang, yaitu naga atau ular.

Dia tidak hanya menyemburkan api, tapi juga mampu terbang di udara dan menghancurkan kota-kota yang tak berdaya. Secara khusus, dia tampaknya sangat marah terhadap Lycia, sebuah distrik maritim kuno di wilayah barat daya Turki.

Begitulah, sampai seorang laki-laki, pahlawan Bellerophon, berhasil menancapkan tombak berujung timah di tenggorokannya dan mencekiknya sampai mati.

Menariknya, dalam mitologi Yunani, selalu ada sosok laki-laki yang membunuh dewi perempuan atau sosok lain yang seolah-olah mengancam laki-laki atau status quo laki-laki.

Dari semua monster fiksi dalam mitologi Yunani — dan tentunya semua monster wanita — Chimera mungkin memiliki akar terkuat di dunia nyata.

Penggambarannya menjadi subjek artikel belum lama ini oleh jurnalis dan kritikus Jess Zimmerman, yang berpendapat dalam “Women and Other Monsters: Building a New Mythology.”

Api Gunung Chimera di Turki modern mungkin telah mengilhami penciptaan dewi Chimera yang menakutkan.
Api Gunung Chimera di Turki modern mungkin telah mengilhami penciptaan dewi Chimera yang menakutkan. (Greek Reporter)

Bahwa “perempuan adalah monster, dan monster adalah perempuan, dalam cerita-cerita selama berabad-abad karena cerita adalah cara untuk mengkodekan harapan-harapan ini dan menyebarkannya.”

Memang benar bahwa makhluk perempuan yang menakutkan ada dalam tradisi budaya di seluruh dunia. Namun Zimmerman berfokus pada karya sastra dan seni Yunani dan Romawi kuno, yang sejauh ini memiliki pengaruh paling besar terhadap budaya Amerika.

Beberapa sejarawan, termasuk Pliny the Elder, berpendapat bahwa asal usulnya adalah contoh dari “euhemerisme”. Yaitu ketika mitologi kuno mungkin berhubungan dengan fakta sejarah.

Memang benar, masyarakat Lycia mungkin sangat ketakutan dengan aktivitas geologis di sekitar Gunung Chimera, sebuah kawasan panas bumi yang aktif.

Wilayah tersebut di mana gas metana terbakar dan merembes melalui celah-celah bebatuan. Sehingga seiring berjalannya waktu, gunung tersebut mengambil identitas seorang wanita yang seakan sering mengeluarkan api amarah.

Pada kenyataannya, perempuan secara historis umumnya memang diklasifikasikan sebagai orang yang manis. Namun selalu pemarah, sampai diasosiasikan dengan gunung berapi yang ditakuti.

Sementara itu, semburan api kecil yang keluar dari gunung begitu menakutkan masyarakat setempat. Sehingga terciptalah legenda tentang perempuan yang menakutkan.

Orang-orang Yunani kuno datang untuk bercerita tentang monster tersebut. Dewi Chimera memiliki kombinasi khusus antara binatang buas yang menakutkan dan berbahaya, serta tubuh kambing sebagai hibrida.

Bentuk tersebut merupakan sebuah kengerian kontradiktif yang mencerminkan cara pandang terhadap perempuan. Di satu sisi sebagai simbol kerumahtanggaan dan potensi ancaman di sebagian besar wilayah witologi Yunani.

Zimmerman menulis, tubuh kambing melambangkan peran sebagai ibu dan kemampuan destruktif. Tubuh kambing Chimera “memikul semua beban rumah, melindungi bayi dan memberi mereka makan dari tubuhnya.” Di sisi lain, elemen mengerikannya “mengaum, menangis, dan menyemburkan api”.

Bellerophon membunuh Chimera. Mosaik kerikil di pulau Rhodes, Yunani. (Speravir/Public Domain)

Dia menambahkan, “Apa yang (kambing) tambahkan bukanlah kekuatan baru, tapi jenis ketakutan lain: ketakutan terhadap hal-hal yang tidak dapat direduksi, terhadap hal-hal yang tidak dapat diprediksi.”

“Menyimpang dari narasi keibuan dengan cara apa pun berarti dijadikan monster, penghancur anak-anak,” tulis Zimmerman.

Menurut Hesiod, ibu Chimera adalah “dia” yang tidak dikenal, yang mungkin merujuk pada Echidna. Dalam hal ini, ayahnya mungkin adalah Typhon, meskipun mungkin Hydra atau bahkan Ceto lah yang dimaksud.

Homer memberikan gambaran tentang Chimera dalam Iliad, dengan mengatakan bahwa “dia berasal dari dewa, bukan manusia, di bagian depan adalah seekor singa, di belakang adalah seekor ular, dan di tengah-tengah adalah seekor kambing yang menghembuskan nafas api.”

Baik Hesiod maupun Apollodorus memberikan gambaran serupa. Makhluk berkepala tiga, dengan singa di depan, kambing yang bernapas api di tengah, dan ular di belakang.

Menurut Homer, Dewi Chimera adalah “kutukan bagi banyak orang. Seperti diceritakan dalam Iliad, pahlawan Bellerophon yang diperintahkan oleh raja Lycia untuk membunuh Chimera, malah membunuh Bellerophon.

Namun, sang pahlawan, yang percaya pada tanda-tanda para dewa, berhasil membunuh Chimera. Hesiod menambahkan bahwa Bellerophon mendapat bantuan dalam membunuh Chimera, dengan mengatakan "dialah yang membunuh Pegasus dan bangsawan Bellerophon."

Dari mitologi Yunani ini, istilah chimera erat dengan penggambaran makhluk mitos yang bagian tubuhnya diambil dari berbagai hewan. Bagian-bagiannya sangat berbeda, atau dianggap sangat imajinatif, tidak masuk akal, atau memesona.

Sementara di era modern, legenda dewi Chimera terbukti sangat berpengaruh, bahkan sampai masuk ke dalam bahasa ilmiah modern. Dalam dunia ilmiah, “chimera” sekarang mengacu pada makhluk apa pun yang memiliki dua set DNA.