Selisik Gashadokuro, Tengkorak Haus Darah dalam Mitologi Jepang

By Sysilia Tanhati, Rabu, 6 September 2023 | 13:00 WIB
Salah satu makhluk mitologi Jepang yang populer dan ditakuti adalah Gashadokuro. Konon, tengkorak raksasa yang haus darah ini dipanggil untuk membantu seorang samurai. Sejak itu, kisahnya terus menghantui masyarakat Jepang. (Utagawa Kuniyoshi)

Nationalgeographic.co.id—Mitologi Jepang kaya akan cerita, legenda, dan mitos. Sebagian mitos menggambarkan tentang roh dan monster yang tidak dapat dipercaya, supernatural, dan jahat. Mereka dikisahkan memiliki kekuatan khusus yang ditakuti oleh manusia.

Dalam cerita rakyat Jepang, monster dan entitas supernatural dikenal sebagai yokai. Semua yokai memiliki kepribadian dan perilaku yang berbeda-beda dan beragam manifestasinya.

Salah satu makhluk mitologi Jepang yang populer dan ditakuti adalah Gashadokuro. Konon, tengkorak raksasa yang haus darah ini dipanggil untuk membantu seorang samurai. Sejak itu, kisahnya terus menghantui masyarakat Jepang.

Nama makhluk mitologi Jepang yang menakutkan ini bervariasi. Gashadokuro (tengkorak kelaparan) dikenal dalam mitologi Jepang sebagai O-Dokuro, Dokuro-No-Kai, dan Mekurabe.

“Cerita rakyat Jepang menggambarkannya sebagai makhluk raksasa karena tingginya sekitar 10 meter atau lebih,” tulis A. Sutherland di laman Ancient Pages.

Gashadokuro memiliki taktik menyerang yang sangat spesifik. Dia membungkuk untuk menyerang korbannya. Kemudian makhluk mitologi Jepang itu menggigit kepala sang korban. Setelah korban tidak berkutik, Gashadokuro membiarkan darah mengalir ke kerangkanya.

Makhluk itu memiliki keinginan besar untuk membalas dendam dan suka meminum darah manusia.

Roh-roh yang menakutkan ini dianggap tidak dapat dihancurkan.

“Gashadokuro lebih suka berburu dan membunuh di bawah naungan malam mendung dan gelap,” tambah Sutherland. Korban tengkorak raksasa ini biasanya menyadari kedatangannya karena telinganya berdenging. Gashadokuro dikatakan mengeluarkan suara gemerincing dengan giginya.

Sayangnya, orang-orang ini tidak bisa lari ke tempat yang aman. Ketika mereka mendengar gemerincing, itu berarti sudah terlambat untuk melarikan diri. Gemerincing itu hanya terdengar sesaat sebelum makhluk itu menyerang.

Menurut mitos, Gashadokuro tidak dapat dihancurkan. Namun, jimat khusus Shinto dapat mengusir monster itu dan mengalihkan perhatiannya.

Ada banyak cerita berusia berabad-abad tentang kerangka besar yang haus darah ini. Beberapa orang menggambarkannya sebagai kombinasi animasi ulang dari banyak kerangka yang dibuat dari tulang orang mati. Menurut salah satu versi ceritanya, ia terbuat dari tengkorak orang yang tewas di medan perang.

Kerangka ini dapat berfungsi tanpa jaringan tubuh dan otot.

Satu-satunya peringatan bagi orang-orang yang bertemu dengan Gashadokuro adalah segera mencari tempat aman untuk bersembunyi dan menunggu matahari terbit. Namun, nasihat yang baik ini sering kali tidak membantu. Pasalnya, ia membelah dirinya dan bersembunyi di tempat-tempat yang berbeda.

Gashadokuro adalah sosok misterius yang berakar kuat pada cerita rakyat kuno. Namun sangat sulit menemukan jejak yang mengarah ke akar tersebut. Masyarakat Jepang percaya bahwa makhluk mitologi ini muncul setelah dipanggil oleh putri seorang samurai.

Seperti apa Gashadokuro itu?

Gashadokuro tidak bisa dihancurkan dan bisa menghilangkan diri dengan sesuka hatinya.

Kerangka Gashadokuro tetap terhubung dan berfungsi tanpa otot atau jaringan tubuh. Kerangka itu entah bagaimana terhubung melalui cara supernatural. Namun, otot anehnya masih tidak memungkinkannya berjalan sebagaimana manusia normal. Oleh karena itu, makhluk mitologi Jepang ini tampak bengkok dan bungkuk.

Ia kerap menggeliat di lantai karena kumpulan tulangnya berusaha mengikuti gerakannya.

Tengkorak Gashadokuro mungkin dianggap memiliki mata di rongganya. Terkadang mata tersebut mungkin digambarkan tampak gila (masing-masing iris menunjuk ke arah yang berbeda, terus-menerus berputar), berwarna merah, atau terbakar.

Dikatakan bahwa kadang-kadang, seluruh kerangka Gashadokuro menyala dengan api ketika sedang marah. Mereka juga kadang-kadang dikatakan memiliki lidah licin dan memanjang yang menyerap darah manusia.

Asal-usul Gashadokuro

Tidak ada yang tahu pasti tentang bagaimana kisah Gashadokuro muncul. Tapi ada berspekulasi tentang asal-usul makhluk mitologi Jepang itu.

Pada abad ke-10 di Kyoto, seorang samurai yang kuat (Taira no Masakado) memberontak melawan pasukan pemerintah. Dia memiliki seorang putri bernama Takiyasha-hime yang mencoba-coba sihir dan menganggap dirinya seorang penyihir.

Karena ayahnya jauh lebih lemah dibandingkan pemerintah, dia ingin melindungi ayahnya dan istana mereka. Takiyasha-hime menggunakan sihir gelap dan memanggil Gashadokuro yang muncul dari kehampaan untuk menyerang Ooya Tarou Mitsukini, samurai lawan.

Sejak ia dipanggil, sosok kerangka raksasa yang harus darah ini konon terus menghantui daratan. Kisah mitos ini digambarkan oleh seorang seniman bernama Utagawa Kuniyoshi dalam lukisan balok kayu yang kini sangat populer. Lukisan itu diberi judul “Takiyasha sang Penyihir dan Hantu Tengkorak”.

Ada argumen yang beredar, mengatakan bahwa karya seni yang menginspirasi cerita ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Gashadokuro.

Takiyasha-hime seharusnya memanggil banyak kerangka berukuran normal. Namun sang seniman, Utagawa Kuniyoshi, menggunakan imajinasinya untuk memutarbalikkan fakta. Ia mengubah “banyak kerangka” menjadi satu kerangka raksasa—yang kebetulan terlihat seperti Gashadokuro.

Sejak periode sejak itu, Gashadokuro yang jahat tampaknya terus meneror negeri itu, seperti yang dikatakan dalam legenda ini.

Akankah predator Gashadokuro berhenti memburu mangsanya? Tidak ada yang tahu. Mungkin ketika kemarahannya akhirnya dilepaskan, dan meninggalkan tubuh roh, tulang-tulangnya runtuh, dan Gashadokuro akan menghilang.