Hou Yi, Kisah Pemanah Sembilan Matahari dalam Mitologi Tiongkok Kuno

By Sysilia Tanhati, Jumat, 8 September 2023 | 09:00 WIB
Dalam mitologi Tiongkok, Hou Yi dianggap sebagai pemanah terhebat sepanjang masa. Ia terkenal karena memanah sembilan matahari. (Xiao Yuncong)

Nationalgeographic.co.id - Dalam mitologi Tiongkok, Hou Yi dianggap sebagai pemanah terhebat sepanjang masa. Ia terkenal karena menikahi dewi bulan, Chang'e. Selain itu, Hou Yi merupakan pemanah sembilan matahari.

Sang pemanah legendaris ini pernah menjadi manusia abadi yang tinggal di istana Kaisar Langit. Namun, ia membuat keputusan untuk menjadi manusia demi membantu umat manusia pada saat dibutuhkan.

Siapa Hou Yi dalam mitologi Tiongkok?

Hou Yi menikah dengan Chang'e, yang kemudian mengkhianatinya dan menjadi dewi bulan. Meskipun Hou Yi dan Chang’e sama-sama merupakan tokoh populer dalam mitologi Tiongkok, hanya sedikit yang diketahui tentang keluarga mereka.

Hou Yi digambarkan sebagai seorang pemuda yang sangat kuat dan tidak berperikemanusiaan. Dia membawa busur besar yang terbuat dari tulang harimau dan anak panahnya dibuat dari urat naga. “Konon hanya Hou Yi yang mampu menarik busurnya itu,” tulis Mae Hamilton di laman Mythopedia.

Dalam seni, Hou Yi biasanya tampil dengan mengenakan pakaian tradisional tentara dan kulit binatang.

Hou Yi dan kisah sepuluh matahari di mitologi Tiongkok

Di masa ketika bumi masih sangat muda, ada sepuluh matahari yang bergantian menerangi planet ini. Saat itu, Kaisar Yao memerintah Tiongkok.

Kaisar Langit memberi tahu sepuluh matahari itu bahwa hanya satu yang boleh bermain di langit dalam satu waktu. Tujuannya agar kesepuluh matahari itu tidak menghancurkan bumi. Namun, karena masih muda, mereka memutuskan bahwa bermain bersama akan jauh lebih menyenangkan daripada sendirian.

Ketika kesepuluh matahari muncul di langit, suhu di bumi menjadi sangat panas. Bencana massal pun terjadi. “Tumbuhan layu dan orang-orang pingsan di jalanan saat bumi mulai terbakar,” ungkap Hamilton. Melihat adanya peluang untuk melakukan kerusuhan, monster muncul dari bayang-bayang dan mulai memangsa umat manusia.

Seorang pemanah terampil bernama Hou Yi melihat kehancuran yang disebabkan oleh matahari. Maka ia pun segera menemui Kaisar Langit. Dia memberi tahu bahwa jika matahari tidak berperilaku baik, dia harus menembak jatuh mereka untuk menyelamatkan bumi.

Khawatir akan nyawa cucu-cucunya, Kaisar Langit memarahi mereka dan memohon agar mereka kembali ke rumah. Namun matahari sedang bersenang-senang, sehingga mereka tidak dapat mendengar Kaisar Langit karena suara tawa mereka sendiri.

Meskipun Kaisar Langit menyayangi cucu-cucunya, tidak ada alasan bagi matahari untuk menimbulkan bencana bagi bumi. Akhirnya, dia memberi izin pada Hou Yi untuk melakukan apa yang harus dilakukan.

Ia membekali dirinya dengan busur besar yang terbuat dari tulang harimau dan anak panah yang terbuat dari urat naga. Pertama, Hou Yi membunuh monster yang meneror pedesaan. Setelah selesai, dia naik ke puncak gunung yang tinggi untuk menghadapi matahari secara langsung.

Sebelum mulai menembak, Hou Yi memberikan peringatan terakhir kepada matahari dan memohon agar mereka kembali ke istana Kaisar Langit. Ketika mendengar peringatan ini, matahari justru menjulurkan lidahnya ke arah Hou Yi. Mereka menyuruhnya untuk mengurus urusannya sendiri.

Hou Yi menarik kembali busurnya dan melepaskan sembilan anak panah ke matahari. Dalam sekejap, sembilan di antaranya jatuh dari langit. Matahari yang tersisa sangat ketakutan sehingga dia lari dan bersembunyi di dalam gua.

Bumi kini terjerumus ke dalam kegelapan dan dingin yang tak tertahankan. Setiap makhluk hidup di planet ini memohon agar matahari terakhir muncul. Namun dia sangat takut pada Hou Yi sehingga dia menutup telinganya dan mengabaikan permohonan manusia.

Setelah semua orang mencoba membujuk matahari untuk terbit, ayam jantan naik ke atas tempat bertenggernya dan berteriak, “Gege! Gege!” Gege berarti kakak laki-laki.

Suara ayam jago yang nyaring itu menjangkau matahari dan akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari guanya. Kini, setiap kali ayam jantan berkokok di pagi hari, matahari terbit menyambutnya.

Chang'e meminum ramuan keabadian

Sebagai imbalan atas jasanya, Xiwangmu memberi Hou Yi sebotol ramuan keabadian. Bila meminumnya, Hou Yi dapat kembali ke istana Kaisar Langit sebagai dewa. Hadiah itu membuat Hou Yi ragu. Meskipun ingin menjadi abadi, dia tidak tega untuk meninggalkan istrinya Chang’e sendirian. Hou Yi pun menyembunyikan ramuan itu sambil mempertimbangkan keputusannya.

Namun, sebelum Hou Yi mengambil keputusan, Chang'e mencuri botol itu darinya. Istrinya meminum isi botol tersebut dan melarikan diri ke bulan untuk menghindari murka suaminya.

Dalam mitologi Tiongkok, Chang'e menjadi dewi bulan setelah meminum ramuan keabadian yang ia ambil dari suaminya. (The Metropolitan Museum of Art)

Hou Yi sangat kesal dengan istrinya sehingga dia mengarahkan panah ke bulan untuk menembak jatuh istrinya. Akan tetapi pada akhirnya, Hou Yi tidak sanggup melakukannya.

Setelah beberapa waktu dan kemarahannya mereda, Hou Yi mulai meninggalkan makanan dan buah-buahan favorit Chang’e setiap malam. Hal itu dilakukannya untuk menunjukkan bahwa ia telah memaafkannya.

Tindakan Hou Yi memulai sebuah tradisi yang berlanjut hingga era modern. Bahkan saat ini, orang-orang meninggalkan persembahan bagi Chang’e selama festival Pertengahan Musim Gugur tahunan.

Dalam mitologi Tiongkok, Hou Yi dan Chang'e dikisahkan bertemu setiap tanggal 15. Hou Yi melakukan perjalanan dari istana matahari ke istana bulan yang dia bangun untuk istrinya.

Legenda Hou Yi dan Chang’e adalah salah satu legenda paling terkenal dalam mitologi Tiongkok. Kisah mereka merupakan bagian integral dari festival Pertengahan Musim Gugur. Di Tiongkok dan wilayah Asia lainnya, keduanya dianggap sebagai sepasang kekasih yang bernasib kurang beruntung.