Bouboulina, Kegigihan Pejuang Wanita Yunani Melawan Kekaisaran Ottoman

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 9 September 2023 | 17:00 WIB
Laskarina Bouboulina Pinotsis adalah seorang komandan armada yang berpartisipasi dalam Perang Kemerdekaan Yunani melawan Kekaisaran Ottoman. Yunani memberi Bouboulina gelar kehormatan laksamana setelah kematiannya dan orang-orang Yunani terus mengenangnya. (National Museum of History, Athens)

Nationalgeographic.co.id—Laskarina “Bouboulina” Pinotsis adalah seorang komandan armada yang berpartisipasi dalam Perang Kemerdekaan Yunani melawan Kekaisaran Ottoman.

Bouboulina adalah putri kapten kapal Yunani Stavrianos Pinotsis. Dia dilahirkan di penjara di Konstantinopel ketika ibunya mengunjungi suaminya yang sekarat di sana. Ayah Bouboulina ditahan karena ikut serta dalam pemberontakan yang gagal tahun 1769-1770 di Peloponnese.

Stavrianos meninggal tidak lama setelah ia dipenjara. Ibunya, Skevo, membawa pulang Bouboulina yang masih bayi ke Pulau Hydra. 4 tahun kemudian, mereka pindah ke Pulau Spetses dan ibu Bouboulina menikah dengan seorang kapten laut.

Gadis muda itu tumbuh dengan kebencian terhadap Kekaisaran Ottoman. “Ia mengembangkan minat pada kapal dan laut,” tulis A. Sutherland di laman Ancient Pages. Ayah tirinya juga mendorongnya untuk belajar sebanyak mungkin tentang perahu dan bisnis keluarga.

Semasa hidupnya, ia memiliki dua orang suami, salah satunya adalah kapten kapal. Tragisnya, kedua suaminya tewas saat berhadapan dengan bajak laut Aljazair yang sering menyerang pantai Yunani.

Bouboulina Bergabung dengan gerakan Filiki Etairia

Ditinggal dengan harta warisan yang melimpah dan sembilan orang anak, Bouboulina bisa hidup dengan nyaman. Namun rupanya ia ingin berbuat lebih banyak lagi bagi tanah airnya. Bouboulina mengambil alih pengelolaan bisnis pelayaran kedua suaminya. Sebelumnya, dia berhasil menyelamatkan uangnya dari penyitaan dan memerintahkan pembangunan armada kapal perang.

Di Konstantinopel pada tahun 1818, Bouboulina bergabung dengan gerakan Masyarakat Ramah (Filiki Etairia). Gerakan ini merupakan sebuah perkumpulan rahasia yang didedikasikan untuk membebaskan Yunani dari kekuasaan Kekaisaran Ottoman.

Filiki Etairia didirikan oleh pedagang asing. Ratusan orang tergabung dalam organisasi bawah tanah yang berpengaruh ini. Mereka adalah kaum intelektual, pemilik kapal, pendeta, pemilik tanah, dan pedagang Yunani yang kaya dan terpelajar.

Bouboulina adalah satu-satunya anggota perempuan di antara mereka. Anehnya, namanya tidak muncul di antara 1.093 nama dalam daftar anggota gerakan Filiki Etairia yang masih ada.

Meski namanya tidak tercantum dalam daftar anggora, Bouboulina mengabdikan armada dan kekayaannya untuk gerakan kemerdekaan.

Pada tahun 1820, Agamemnon, kapal sepanjang 33 meter yang dipersenjatai 18 meriam berat, selesai dibuat oleh Bouboulina. Mereka sempat banyak kendala dari pihak berwenang Turki. Sementara itu, Bouboulina dan rakyatnya mengumpulkan banyak amunisi dan senjata. Gerakan tersebut mulai mendukung pemberontakan melawan Kekaisaran Ottoman.

Perang Kemerdekaan Yunani dimulai pada 25 Maret 1821. Bouboulina sudah siap. Saat itu, ia adalah seorang wanita berusia 50 tahun dan komandan empat kapal selain 'Agamemnon'. Ia memimpin pasukan pribadi yang terdiri dari 'pemuda pemberani'. Mereka memanggilnya kapetanisa (nyonya kapten).

Segera setelah perang pecah, Bobboulina berlayar untuk menghadapi musuh Ottoman. Agamemmon adalah armada terbesar dan paling mengesankan di armada Yunani pada saat itu.

Dia memblokir pelabuhan di Nafplion, benteng strategis Kekaisaran Ottoman. Pada saat itu, Nafplion dianggap tidak dapat ditembus karena memiliki pertahanan yang kuat, termasuk 300 meriam. Bouboulina menunjukkan bahwa semua orang salah.

Sejarawan Yunani abad ke-19, Anargyros, Hatzi-Anargyrou, menulis laporan saksi mata tentang penyerangannya terhadap Nafplion.

Pada tanggal 4 Desember 1821, Bouboulina memberi perintah agar kapal-kapal tersebut menyerang benteng. Mereka segera berlayar ke depan, namun hujan peluru dan tembakan meriam dari benteng pantai membuat pemuda pemberani mundur sejenak.

Seperti Amazon yang marah, menyaksikan pertempuran di sisi perahunya, dia kemudian berteriak, “Apakah kalian perempuan dan bukan laki-laki? Maju!” Para petugasnya patuh, berkumpul kembali, dan menyerang.

Mereka bertempur tetapi mati sia-sia karena benteng tersebut tidak dapat ditembus melalui laut. Karena alasan ini, dia mendarat dengan pasukannya dan tinggal sampai jatuhnya benteng pada tanggal 30 November 1822. Bouboulina memimpin pasukannya dalam pertempuran, menghabiskan kekayaannya.

Setelah Nafplion, Bouboulina yang pemberani berpartisipasi dalam beberapa konfrontasi militer melawan Kekaisaran Ottoman. Insiden paling kritis terjadi pada bulan September 1821, setelah posisi Turki di Tripolis jatuh ke tangan pasukan Yunani yang mengepung. Kota ini jatuh setelah 3 hari pembantaian dan penjarahan, yang mengakibatkan 30.000 orang tewas.

Kematian Mendadak Komandan Pemberani Bouboulina

Bouboulina tidak mati seperti seorang prajurit pemberani dalam salah satu pertempuran untuk kebebasan Yunani. Pada akhir tahun 1824, selama perang dengan Kekaisaran Ottoman, terjadi perang saudara antara faksi-faksi pemberontak yang saling bertentangan. Mereka saling berseteru untuk menentukan kepemimpinan negara Yunani yang baru.

Bouboulina bukan hanya musuh Kekaisaran Ottoman, tapi dia juga punya satu musuh pribadi. Konon amarahnya yang berapi-api menyebabkan kematian pejuang wanita ini.

Pada tahun 1825 akibat perselisihan keluarga di Pulau Spetses, seseorang menembak Bouboulina. Dia terkena tembakan di bagian dahi dan tewas seketika. Pembunuh dalam insiden tragis ini tidak pernah teridentifikasi.

Dia menjadi miskin pada saat kematiannya; kekayaannya telah hilang dalam upayanya mencapai Kemerdekaan Yunani. Bouboulina bahkan kehilangan putra dan armadanya.

Sang pejuang wanita nan pemberani itu meninggal pada tanggal 22 Mei 1825. 5 tahun setelah kematiannya, pembentukan negara Yunani merdeka diakui oleh Eropa.

“Yunani memberi Bouboulina gelar kehormatan laksamana setelah kematiannya dan orang-orang Yunani terus mengenangnya,” tambah Sutherland.