Konon ada dua dewa yang mencatat waktu dan tanggal lahir seseorang serta kapan tepatnya mereka akan meninggal. Ketika buku takdir menyebutkan bahwa kehidupan seseorang akan berakhir, bahkan dewa pun tidak memiliki kekuatan untuk mengubahnya.
Mitos dan legenda berfungsi untuk memperkuat gagasan tentang takdir dalam budaya Tiongkok. Dalam kisah Yue Lao, pria dan wanita tidak bisa memilih orang yang akan dinikahinya karena sudah dituliskan dalam buku takdir.
Seperti banyak budaya kuno, orang Tiongkok mempraktikkan perjodohan. Orang tua dan pencari jodoh menentukan calon menantu yang menguntungkan dan cocok. Hal ini sering kali dilakukan tanpa memedulikan keinginan atau pendapat calon pengantin.
Dalam beberapa kasus, perkawinan semacam itu dapat diatur pada masa bayi atau bahkan sebelum kelahiran. Hal ini biasanya terjadi di kalangan atas.
Jika pernikahan diatur oleh takdir, tidak ada alasan bagi anak untuk berdebat atau marah terhadap pilihan orang tuanya. Seperti yang diilustrasikan oleh kisah Wei Gu, tidak ada jalan keluar dari pernikahan yang ditentukan oleh takdir. Usaha untuk mengubah nasib ini hanya akan membawa pada ketidakbahagiaan di masa depan.