Perubahan Iklim Ciptakan Kesempatan Tak Biasa pada Temuan Patung Moai

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Selasa, 12 September 2023 | 09:00 WIB
Misteri penemuan patung Moai terus memikat para peneliti . Apakah perubahan iklim memengaruhi penemuan ini? (Ian Sewell)

Nationalgeographic.co.id - Pernahkah anda menggunaan emoji Moai pada media sosial anda? Tren penggunaan emoji Moai di dunia digital agaknya makin meningkat beberapa tahun belakangan ini. 

Realita di dunia nyata, patung Moai masih terus membuat para peneliti penasaran. Apakah betul perubahan iklim mencetuskan penemuan patung yang diperkirakan jumlahnya ribuan ini?

Tersembunyi dibalik ilalang, pada awal tahun ini ahli arkeolog  menemukan patung Moai baru yang ukurannya lebih kecil dari sebagian besar monumen patung Moai lainnya yang ditemukan di Pulau Paskah. Patung ini merupakan penanda penting budaya dan warisan Rapa Nui. Masyarakat Rapa Nui mengukir hampir seribu patung Moai dari debu dan batuan vulkanik, antara abad ke-13 dan ke-16. Patung-patung tersebut diyakini mewakili nenek moyang atau pemimpin penting masyarakat dan disusun melingkar mengelilingi pulau.

Dikutip dari The Guardian, kepala komunitas Ma’u Henua masyarakat setempat mengungkapkan bahwa “Penemuan Moai ini sangat unik karena ini adalah pertama kalinya Moai ditemukan di dalam danau pada kawah Rano Raraku.” “Moai ini berada di tengah danau yang mulai mengering sejak tahun 2018,” lanjutnya.

Tidak lama sebelum penemuan patung Moai baru ini, ramai diberitakan Taman Nasional Rapa Nui di Pantai Barat Cili mengalamai kerusakan yang diakibatkan oleh kebakaran hutan seluas lebih dari 100 hektar. Lokasi sekitar gunung berapi Rano Raraku diberitakan paling terdampak akan kebakaran hutan yang juga menyebabkan kerusakan situs bersejarah Moai.

Di sisi lain tak lama setelah peristiwa kebakaran hutan ini terjadi, para arkeolog dihebohkan dengan penemuan Moai. Penemuan ini menambah catatan temuan patung Moai baru di pulau Cili, walau banyak patung sudah retak terbakar oleh peristiwa kebakaran hutan.  

Patung ini ditemukan terkubur di dasar danau yang kering, di area yang biasanya tidak dapat diakses oleh manusia, tetapi kini dapat dijangkau karena kekeringan akibat perubahan iklim. Para peneliti percaya bahwa perubahan iklim yang mengeringkan danau menyebabkan penemuan terbaru.

Patung Moai yang baru ditemukan setelah kebakaran hutan beberapa bulan sebelumnya ini, memiliki tinggi 1,6 meter dengan posisi terbaring menghadap ke langit. Penemuan ini dianggap sebagai penemuan yang sangat penting bagi masyarakat Rapa Nui.

Dilansir dari Ancient Origins, “Moai ini penting karena benar-benar mewakili sejarah masyarakat Rapa Nui,” ungkap Terry Hunt profesor arkeologi di Universitas Arizona. “Mereka adalah nenek moyang penduduk pulau yang didewakan. Mereka menjadi ikon di seluruh dunia dan benar-benar mewakili warisan arkeologi yang fantastis di pulau ini,” lanjutya.

Penemuan patung Moai yang baru ini telah menarik perhatian para peneliti, karena patung tersebut lebih kecil dari kebanyakan patung Moai lainnya di pulau tersebut dan bersembunyi di antara alang-alang tinggi di dasar danau yang kering. Keringnya danau selama bertahun-tahun ini disinyalir akibat perubahan iklim.

Para arkeolog percaya bahwa mungkin masih ada lebih banyak patung yang perlu diungkap. Para arkeolog sedang mencari bukti adanya Moai lain serta peralatan yang mungkin digunakan untuk membuatnya. Penemuan patung Moai baru dapat memberikan wawasan tentang budaya dan tradisi masyarakat Rapa Nui.

“Mereka tersembunyi oleh alang-alang tinggi yang tumbuh di dasar danau, pencarian masih terus dilakukan untuk mendeteksi apakah sebenarnya ada lebih banyak moai di sedimen dasar danau,” tambah Hunt. “Jika ada satu Moai di danau, mungkin masih ada lagi.”

Patung batu raksasa ini memiliki keajaiban arkeologi yang penuh teka-teki dan telah memikat imajinasi orang-orang di seluruh dunia selama berabad-abad. Terletak di Pulau Paskah di tenggara Samudra Pasifik, patung batu monolitik berukuran besar ini tingginya bisa mencapai lebih dari 9 meter, sementara Moai terbesar memiliki berat dari 75 ton hingga 82 ton.

Salah satu aspek paling menarik dari patung Moai adalah transportasi dan pendiriannya. Bagaimana peradaban kuno dengan sumber daya terbatas mampu memindahkan batu-batu raksasa ini dalam jarak yang jauh? Teori menyatakan bahwa mereka diangkut menggunakan kombinasi kereta luncur, tali, dan tenaga manusia.

Setiap patung Moai unik memiliki fitur wajah yang berbeda dan ukiran tersendiri. Mereka diyakini mewakili nenek moyang atau tokoh suku penting yang berfungsi sebagai penghubung antara alam spiritual dan komunitas yang hidup.

Moai ditempatkan di atas media batu yang disebut ahu, yang dibangun oleh masyarakat Rapa Nui. Ahu berfungsi sebagai pusat upacara dan sering kali terletak di dekat pantai. Moai biasanya ditempatkan dengan punggung menghadap laut dan disusun dalam barisan di sepanjang ahu.

Alasan mengapa masyarakat Rapa Nui mengukir dan mendirikan patung Moai masih menjadi misteri, meskipun diyakini bahwa patung tersebut mungkin berfungsi sebagai cara untuk menghormati leluhur, pemimpin, atau dewa.

Kemunduran peradaban Rapa Nui sering dikaitkan dengan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya pulau tersebut, termasuk penggundulan hutan di pulau tersebut dan hilangnya tanah subur, yang menyebabkan runtuhnya sistem pertanian di pulau tersebut. Penyebab pasti kemunduran peradaban Rapa Nui masih menjadi perdebatan di kalangan arkeolog dan sejarawan.

Patung Moai rentan terhadap kerusakan atau serangan. Beberapa patung hangus dan retak, baik karena perubahan iklim yang memudahkan terjadinya kebakaran baik yang sifatnya disengaja maupun tidak. Bahkan tuanya usia patung menyebabkan patung tersebut menjadi mudah terguling.