Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa memanah merupakan salah satu keterampilan yang paling dihargai oleh bangsa Persia. Terutama di masa Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Pemanah ulung menjadi bagian penting dari pasukan Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Selama pertempuran, para pemanah adalah salah satu garis serangan pertama mereka. Pemanah akan berbaris dan berlindung di belakang pembawa perisai. Mereka kemudian melepaskan tembakan demi tembakan panah ke arah musuh.
Pemanah Kekaisaran Persia Akhemeniyah di medan perang
Kekaisaran Persia Akhemeniyah merupakan gabungan berbagai kerajaan, suku, dan masyarakat. Di medan perang, pemanah digunakan untuk memecah formasi musuh. Sementara kavaleri massal bermanuver untuk menyerang sisi sayap dan mencoba mengepung.
Sebuah anekdot yang diberikan oleh Herodotus tentang Pertempuran Thermopylae menggambarkan hal ini:
“Sebelum pertempuran dimulai, mereka mengatakan bahwa seseorang dari Trachis memperingatkan Dianeces berapa banyak orang Persia di sana. Ia mengatakan bahwa ketika mereka tentara Persia menembakkan busur, mereka menyembunyikan matahari dengan banyak anak panah. Dianeces, begitu ceritanya, meremehkan jumlah tentara Persia. Dia dengan tenang menjawab, 'Baik-baik saja, temanku dari Trachis. Jika Persia menyembunyikan matahari, pertempuran akan dilakukan di tempat teduh, bukan di bawah sinar matahari.’”
Gambaran ini menunjukkan bahwa para pemanah Kekaisaran Persia Akhemeniyah menembak dari jarak jauh dengan lintasan yang tinggi. Terlepas dari volume proyektil mereka, para pemanah ini tampaknya tidak banyak berpengaruh pada pertahanan Sparta. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa Sparta mempunyai lapis baja yang berat.
Pengujian modern menunjukkan bahwa anak panah yang dilepaskan dari busur komposit dapat menembus beberapa lapis pertahanan pada jarak hingga 180 meter. Namun tentara Kekaisaran Persia Akhemeniyah menggunakan anak panah yang ringan. Senjata itu mungkin tidak memiliki kekuatan yang diperlukan untuk menembus perisai atau lapisan pertahanan Sparta.
Selain itu, pasukan Sparta, yang sangat terlatih dan disiplin, mampu mempertahankan formasi stasioner yang ketat. Formasi itu memungkinkan mereka menahan tembakan panah tentara Kekaisaran Persia Akhemeniyah pada Pertempuran Thermopylae.
Selain itu, dengan menembakkan panahnya dari jarak jauh, tentara Persia mengurangi efektivitas senjata mereka. Namun demikian, pertempuran tersebut berakhir dengan kekalahan bagi Yunani, yang kalah jumlah dengan invasi Persia di bawah Raja Xerxes.
Namun di Pertempuran Plataea, pemanah Persia justru harus menghadapi kekalahan saat melawan Sparta.
Terlepas dari efektivitas pemanah mereka, Pertempuran Plataea akhirnya dimenangkan oleh Yunani kuno. Selain itu, sejarah menunjukkan bahwa pada akhirnya, Kekaisaran Persia Akhemeniyah tidak dapat menambahkan daratan Yunani ke dalam kekaisaran mereka.