Sebagai ahli strategi yang cerdas, Aleksander tahu bahwa dia tidak bisa memerintah Yunani hanya dengan kekerasan. Maka, Aleksander menggambarkan serangannya melawan Kekaisaran Persia Akhemeniyah sebagai pembalasan atas invasi Persia ke daratan Yunani 1 abad sebelumnya.
“Aleksander menciptakan propaganda bahwa Makedonia menyerang Persia atas nama Yunani. Meskipun Makedonia bukan bagian dari Yunani kuno dan tidak berperang di pihak mereka dalam perang Yunani-Persia yang asli,” kata Wrightson. Namun dia menginvasi Persia untuk menghukum Persia karena berani menginvasi Yunani kuno.
Aleksander Agung melanjutkan perjuangan sang ayah
Aleksander melanjutkan apa yang ditinggalkan ayahnya dan berbaris ke Kekaisaran Persia Akhemeniyah pada tahun 334 Sebelum Masehi. Pasukannya yang berjumlah 50.000 orang akan diuji melawan kekuatan tempur terbesar dan paling terlatih di dunia kuno.
Diperkirakan Raja Darius III dari Kekaisaran Persia Akhemeniyah memimpin 2,5 juta tentara. Inti dari pasukan Persia adalah “Immortals”, sebuah resimen elite yang terdiri dari 10.000 prajurit infanteri. Kavaleri dan pemanah dari Kekaisaran Persia Akhemeniyah juga legendaris. Begitu pula kereta sabit yang menebas infanteri musuh dengan rodanya yang setajam silet.
Kemunduran Kekaisaran Persia Akhemeniyah jadi faktor yang menguntungkan bagi Aleksander Agung
“Namun ada juga tanda-tanda bahwa Kekaisaran Persia Akhemeniyah mulai mengalami kemunduran,” Roos menambahkan lagi. Setelah menderita kekalahan memalukan berturut-turut di Yunani kuno pada abad ke-5 Sebelum Masehi, Persia berhenti berkembang.
Menjelang pemerintahan Aleksander, Kekaisaran Persia Akhemeniyah semakin melemah akibat perang saudara dan pemberontakan internal lainnya. Darius masih memimpin pasukan dalam jumlah besar, namun kekaisarannya sedang mengalami kemunduran di kancah dunia. Di saat yang sama, Makedonia mempunyai momentum untuk menjadi kerajaan adidaya dengan militer yang berpengaruh.
Aleksander Agung berhadapan dengan Darius di Issus
Aleksander pertama kali melawan Darius dan tentara Kekaisaran Persia Akhemeniyah di dekat kota pesisir Issus. Strategi Darius adalah memutus jalur suplai Aleksander dari belakang dan memaksa pasukan Makedonia berbalik. Namun Darius merusak lokasi pertempuran yang akhirnya menetralisir keunggulan jumlah pasukannya.
Di Issus, Aleksander memulai strategi pertempuran yang akan menjamin kemenangan demi kemenangan. Mengetahui bahwa dia kalah dalam hal jumlah pasukan, Aleksander mengandalkan kecepatan dan gangguan. Dia akan menarik pasukan musuh ke satu sisi, lalu menunggu celah untuk menyerang kavaleri terlebih dahulu.
Aleksander secara pribadi memimpin pasukan kavaleri Makedonia di Issus. Ia memotong tepat ke jantung pertahanan Kekaisaran Persia Akhemeniyah sesuai rencananya. “Darius yang terkejut dilaporkan melompat ke atas kudanya dan melarikan diri,” ungkap Roos.