Mitologi Jawa di Balik Asal-Usul Gunung Bromo dan Masyarakat Tengger

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 15 September 2023 | 08:00 WIB
Mitologi Jawa tentang Gunung Bromo berasal dari penuturan masyarakat suku Tengger yang mendiami tempat. Mitologi ini pun menjadi alasan mengapa pengorbanan di Gunung Bromo diperlukan. (Afkar Aristoteles Mukhaer)

Masyarakat mendaki Gunung Bromo membawa persembahan kambing untuk dibawa ke kawah Gunung Bromo dalam upacara Kasada. (Dwi Oblo/National Geographic Indonesia)

Dalam semadi, suara gaib muncul yang mengungkapkan, mereka berdua akan mendapatkan keturunan dengan syarat mengorbankan anak terakhir ke kawah Gunung Bromo. Rara Anteng dan Joko Seger pun menepati suara gaib itu.

Akhirnya, Rara Anteng dan Joko Seger pun memiliki anak. Mereka memiliki 25 anak dengan anak terakhir bernama Kusuma yang cerdas dan tangkas. Hanya saja, pasangan suami istri tersebut belum kunjung menepati janjinya karena sayang dengan keturunan mereka.

Pada akhirnya Joko Seger ditegur dewa dari dalam mimpi untuk memenuhi janjinya untuk mengorbankan anak bungsunya ke kawah Gunung Bromo. Teguran itu memberikan ancaman, jika tidka ditepati maka desa akan terkena musibah.

Kusuma adalah anak yang patuh kepada orang tuanya. Ketika sang ayah menceritakan mimpinya, dengan penuh kebijaksanaan dan keteguhan hati, Kusuma bersedia memenuhi janji demi keselamatan masyarakat desa.

Pengorbanannya pun dilangsungkan pada tanggal 14 Bulan Kasada saat bulan purnama dalam kalender Hindu Tengger. Kusuma diantar oleh keluarga dan warga desa ke kawah Gunung Bromo.

Ketika hendak melompat, dia memberikan satu syarat agar masyarakat Tengger memberikannya hasil ladang setiap tanggal 14 Bulan Kasada. Sejak itu, masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo pun memperingati upacara Kasada.