Beragam Jimat yang Disematkan pada Mumi dalam Sejarah Mesir Kuno

By Sysilia Tanhati, Minggu, 17 September 2023 | 10:00 WIB
Dalam sejarah Mesir kuno, penggunaan jimat dipercaya bisa mendatangkan bantuan dari para dewa di Dunia Bawah. (Metropolitan Museum of Art )

Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah Mesir kuno, praktik okultisme sangat umum, khususnya dalam penggunaan jimat sakti pada orang yang meninggal. Jimat ini dipercaya dapat mendatangkan bantuan dari para dewa di akhirat.

Bagi para pengamat di masa lalu, praktik okultisme bangsa Mesir kuno benar-benar menarik imajinasi. Tidak seperti agama-agama lain di zaman yang sama, orang Mesir kuno berusaha berusaha membuat dewa-dewanya untuk “melayani” mereka. Bagaimana caranya? Orang Mesir kuno melakukannya melalui mantra dan penggunaan jimat ajaib.

Penggunaan jimat ajaib dalam sejarah Mesir kuno

Bahan, warna, dan bentuk merupakan ciri-ciri yang relevan dari jimat Mesir kuno. Selama ribuan tahun, praktik memakai jimat sakti semakin dikaitkan dengan orang mati.

Dalam kebudayaan Mesir kuno, terdapat banyak dewa dewi. Namun ada tiga dewa inti yang berkaitan dengan kematian dan akhirat. “Mereka adalah Osiris, dewa Dunia Bawah, istrinya, Isis, dan putra mereka, Horus,” tulis Michael Arnold di laman The Collector.

Berdasarkan Book of the Dead, pendeta meminta keluarga ilahi ini untuk melakukan perintah orang yang meninggal saat di akhirat. Caranya adalah lewat jimat yang disematkan pada mumi

Dalam sejarah Mesir kuno, ada beragam jimat atau amulet yang disematkan pada orang yang meninggal. Setiap jimat itu memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam sejarah Mesir kuno.

Jimat jantung

Relevansi jantung manusia di Mesir kuno sebanding dengan gagasan manusia modern tentang otak. Menurut ahli Mesir kuno E.A. Wallis Budge, orang Mesir kuno menganggap jantung sebagai pusat kekuasaan dan kehidupan. Siapa pun yang menguasai jantung, akan dijaga di akhirat.

Maka, setelah seseorang meninggal, jantung ikut dalam proses mumifikasi. Faktanya, organ itu sendiri diubah menjadi jimat ajaib. Dan simbol terkaitnya adalah guci. Biasanya jantung jenazah akan diambil dan diamankan di dalam guci.

Setelah seseorang meninggal, jantung ikut dalam proses mumifikasi. Faktanya, organ itu sendiri diubah menjadi jimat ajaib. Dan simbol terkaitnya adalah guci. Biasanya jantung jenazah akan diambil dan diamankan di dalam guci. (Walters Art Museum)

Guci itu harus terbuat dari lapis-lazuli, batu biru tua yang terkenal akan kekuatan supernaturalnya. Batu ini dianggap sebagai batu yang sangat mulia. Jadi masuk akal untuk menggunakannya untuk melindungi organ yang paling penting baik di kehidupan maupun di Dunia Bawah.

Setelah kematian, diyakini bahwa jimat jantung akan dibawa ke Ruang Penghakiman Osiris. Di sana, jimat jantung akan ditimbang dengan sehelai bulu. Jika timbangannya seimbang, Osiris akan memberikan kehidupan abadi kepada orang yang meninggal. Jika tidak, jantungnya akan dimakan oleh binatang pengkhianat Ammut dan akan memutuskan hubungannya dengan para dewa selamanya.

Jimat gesper Isis

Gesper ikat pinggang Isis dibuat dari akik atau jasper merah. Batu semi mulia ini memiliki warna yang bervariasi dari oranye hingga merah darah. Batu ini melambangkan kemarahan dan kekuatan para dewa.

Gesper itu dianggap memungkinkan orang yang meninggal mengakses ke setiap bagian Dunia Bawah. Melalui perantaraan Isis, Bunda Agung dan dewi penyembuhan, hak istimewa untuk bergerak bebas ini menjadi mungkin.

Sebelum disematkan pada mumi, gesper tersebut harus dicelupkan ke dalam air bunga ankham secara ritual. Ritual itu adalah langkah penting yang membuka sifat magis jimat, menurut Book of the Dead.

Jimat scarab

Dalam sejarah Mesir kuno, scarab atau kumbang termasuk di dalam daftar hewan suci. Scarab melambangkan kebangkitan setelah kematian, kehidupan kekal, dan penciptaan.

Scarab juga dikaitkan dengan siklus matahari, sumber seluruh cahaya dan kehidupan di Bumi.

Setelah jantung diangkat selama mumifikasi, scarab sering kali ditempatkan mana jantung berada selama manusia hidup. Kata-kata yang penuh kekuatan harus ditulis di atasnya mengikuti petunjuk dari Book of the Dead. (Metropolitan Museum of Art)

Representasi scarab menggunakan batu kapur atau basal hijau. Scarab adalah amulet Mesir kuno yang sangat umum.

Setelah jantung diangkat selama mumifikasi, scarab sering kali ditempatkan mana jantung berada selama manusia hidup.

Kata-kata yang penuh kekuatan harus ditulis di atasnya mengikuti petunjuk dari Book of the Dead. Kemudian scarab akan berubah menjadi jimat — pelindung jantung fisik dan sumber kehidupan baru bagi orang yang meninggal.

Jimat burung bangkai

Jimat burung bangkai adalah jimat pelindung yang memanfaatkan kekuatan Isis untuk melindungi orang mati di akhirat. Sayapnya yang membentang menunjukkan kekuatan saat ia memegang simbol kehidupan di setiap cakarnya.

“Jimat ini biasanya terbuat dari emas yang ditambang dari Sahara Timur,” Arnold menambahkan. Dan hal ini terinspirasi oleh pengetahuan seputar perlindungan keibuan Isis.

Isis akan menjamin keselamatan almarhum pemakai jimat ajaib burung bangkai di akhirat.

Jimat kehidupan

Di Mesir kuno, simbol kehidupan banyak digunakan. Simbol ini tidak mewakili dewa tertentu dan bisa ditemukan pada semua dewa.

Tidak seperti banyak jimat lainnya, tidak ada satu pun bahan yang harus digunakan untuk membuat simbol kehidupan. Namun, simbol hampir selalu dipakai sebagai liontin baik oleh orang hidup maupun orang mati.

Jimat mata Horus

Horus, putra Isis dan Osiris, direpresentasikan sebagai hieroglif elang atau terkadang kepala elang dalam bentuk manusia. Dia dianggap sebagai personifikasi waktu dan suami dewi kesuburan, Hathor.

Selama pertarungan epik antara Seth dan Horus, Seth menghancurkan mata Horus menjadi enam bagian. Meskipun dewa jahat itu akhirnya dikalahkan, cerita tersebut melahirkan konsep Mata Horus.

Jimat mata Horus yang ditemukan di makam Firaun Tutankhamun. (Jon Bodsworth)

Jimat mata Horus bisa dibuat dari berbagai batu akik, porselen, lapis-lazuli, kayu, atau lainnya. Namun untuk mengakses kekuatannya, jimat mata dibuat dengan lapis-lazuli dan dilapisi emas. Hal ini hanya berlaku bagi firaun. Selain itu, pengurbanan harus dilakukan pada titik balik matahari musim panas.

Jimat tongkat papirus

Pemulihan masa muda dan kecantikan di akhirat adalah kegunaan dari jimat tongkat papirus. Jimat ini biasanya terbuat dari zamrud.

Jumlah zamrud sangat terbatas. Karena alasan itu, hanya firaun dan bangsawan saja yang memiliki akses terhadap jimat tongkat papirus.

Kerah emas

Bukan rahasia lagi bahwa orang Mesir kuno menyukai kemewahan. Kalung berdawai enam yang terbuat dari emas murni mampun menunjukkan kekayaan orang yang meninggal. Namun sayangnya, kemewahannya yang berkilauan tidak bisa dipamerkan selamanya. Pasalnya, orang yang meninggal akan segera dibungkus dan melalui proses mumifikasi.

Menurut Book of the Dead, kerah emas harus dipasang di leher orang yang meninggal pada hari pemakamannya. Kekuatannya memberinya kemampuan untuk melarikan diri dari Dunia Bawah.

Jimat jiwa

Khu atau roh di Mesir kuno dianalogikan dengan gagasan modern tentang jiwa (soul) di Barat. Orang Mesir kuno percaya bahwa setiap manusia memiliki dua elemen berbeda: tubuh dan roh.

“Jimat jiwa ditempatkan di atas dada mumi untuk memungkinkan penyatuan roh dan tubuh di Dunia Bawah,” ungkap Arnold. Jimat ini berbentuk elang berkepala manusia dan biasanya terbuat dari emas serta bertatahkan berbagai jenis permata berharga.

Jimat kepala ular

Mirip dengan gesper Isis, kepala ular terbuat dari jasper merah dan akik. Warnanya, yang erat kaitannya dengan Isis, dipercaya dapat mengusir kejahatan.

Kepala ular akan ditempatkan pada mumi untuk memohon perlindungan Isis dari ular di Dunia Bawah. Juga dikenal sebagai Dewi Ular Besar, Isis sering digambarkan menaklukkan ular.