Kekaisaran Maurya, Peradaban Besar dan Masyhur dalam Sejarah India

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 27 September 2023 | 08:00 WIB
Agama Buddha berkembang pesat pada Kekaisaran Maurya, terutama pada masa Ashoka. Terbukti dengan adanya pilar Ashoka yang tersebar dalam sejarah India, yang berfungsi menyebarkan darma Buddha ke seluruh negeri. (Bpilgrim/Wikimedia)

Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah India, ada banyak kerajaan kecil dan suku yang memenuhi anak benua India. Mereka saling bertempur untuk memperebutkan kuasa demi wilayah yang lebih luas.

Salah satu di antaranya adalah Kekaisaran Magadha yang berdiri sejak abad ketujuh SM. Kekaisaran ini memang dikenal sebagai sumber tertua pembuatan epik Ramayana dan perkembagnan awal agama Buddha.

Meski demikian, pada abad keempat SM, Kekaisaran Magadha menyurut karena rajanya sangat tidak populer, kejam, dan tarif pajak yang tinggi. Sumber teks rohaniawan Buddha pada masa itu mengungkapkan bahwa raja sering menggali dasar Sungai Gangga dan mengubur emasnya di sana.

Pergerakan kekuatan baru muncul dalam sejarah India. Pergerakan ini kelak akan menyatukan India yang terpecah-pecah. Pergerakan ini dipimpin Chandragupta Maurya yang kemudian mendirikan Kekaisaran Maurya pada sekitar 322 SM. Kekaisaran ini pun menggantikan kekaisaran Magadha yang pada awalnya berkuasa di sebagian besar wilayah India timur dan utara.

Perluasan Kekaisaran Maurya berlangsung selama kepemimpinan Chandragupta dalam sejarah India. Ia mengalahkan banyak suku dan kerajaan kecil, termasuk menyatukan kerajaan dalam Mahajanapadas (16 kerajaan atau republik oligarki dalam sejarah India kuno). Kekaisaran ini pun mulai bergerak ke arah barat.

Di barat, suku-suku kecil India yang berada di Lembah Sungai Indus berada di cengkeraman Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Kemudian, Aleksander Agung dari Makedonia menggantikan kekuasaan tersebut. Dia pun merebut kembali kawasan Lembah Sungai Indus yang enggan tunduk kepada penguasa Persia-Makedonia yang baru pada 327 SM.

Namun, Aleksander Agung tidak berkuasa lama, dan wafat muda pada 323 SM—satu tahun sebelum Kekaisaran Maurya berdiri. Kemudian, kekuasaannya pun terlepas seiring dengan munculnya konflik politik internal untuk perebut kekuasaan.

Hal ini membuat Kekaisaran Maurya menguasai Lembah Sungai Indus dan beberapa suku dan kota yang pernah dikuasai Aleksander Agung. Seleucos I Nicator, salah satu pemimpin militer Aleksander Agung yang menjadi satrap, dikalahkan oleh Chandragupta.

Konon, di antara kekuasaan Aleksander Agung dan Kekaisaran Magadha, terdapat Kekaisaran Nanda. Dikisahkan, dalam sebuah legenda sejarah lokal, seorang brahmana Kekaisaran Nanda bernama Chanakya mengabarkan Kaisar Dhana tentang ekspedisi Aleksander. Kaisar justru menghina brahmana tersebut.

Kekaisaran Maurya dalam puncak kejayaannya dalam sejarah India. (Avantiputra7/Wikimedia)

Chanakya menaruh dendam kepada Kaisar Dhana, dan bersumpah akan menghancurkan Kekaisaran Nanda. Dia pun menjadi penasihat untuk Chandragupta dan bergabung dengan Kekaisaran Maurya yang baru berdiri. Kekaisaran baru yang bergerak ke barat itu pun menghancurkan Kekaisaran Nanda.

Versi lain mengatakan bahwa Chanakya sudah mendidik Chandragupta sejak kecil dengan ajaran agama Buddha. Keduanya menaruh dendam kepada Kekaisaran Nanda yang begitu kejam, karena memperlakukan hukum semena-mena dan memungut pajak yang berat bagi rakyatnya.