Perjuangan Cyrus the Great bagi Kejayaan Kekaisaran Persia Akhemeniyah

By Sysilia Tanhati, Senin, 18 September 2023 | 07:00 WIB
Melalui penaklukan militer dan pemerintahan toleran, Cyrus the Great mengubah sekelompok suku semi-nomaden menjadi Kekaisaran Persia Akhemeniyah yang perkasa.
Melalui penaklukan militer dan pemerintahan toleran, Cyrus the Great mengubah sekelompok suku semi-nomaden menjadi Kekaisaran Persia Akhemeniyah yang perkasa. (William Ambrose Spicer)

Nationalgeographic.co.id—Melalui penaklukan militer dan pemerintahan toleran, Cyrus the Great mengubah sekelompok suku semi-nomaden menjadi Kekaisaran Persia Akhemeniyah yang perkasa. Dalam waktu kurang dari 15 tahun, kepemimpinannya menghasilkan kekaisaran adidaya pertama di dunia kuno.

Kebangkitan Cyrus the Great

“Lahir sekitar tahun 600 Sebelum Masehi, Cyrus berasal dari suku Pasargadae semi-nomaden,” tulis Christopher Klein di laman History. Sedikit yang diketahui secara pasti tentang masa muda atau garis keturunan Cyrus the Great (juga dikenal sebagai Cyrus II). Namun yang pasti, ia adalah bagian dari keluarga Dinasti Akhemeniyah, baik itu melalui kelahiran atau pernikahan.

Pada 558 Sebelum Masehi, ia naik takhta menjadi raja bawahan Kekaisaran Media. 5 tahun kemudian, Cyrus menyatukan para kepala suku Persia lainnya dan memimpin pemberontakan melawan Raja Media Astyages. Dengan bantuan jenderal Media yang membelot, Cyrus mengalahkan pasukan Astyages di Pertempuran Pasargadae. Ia pun berhasil merebut ibu kota Ecbatana pada tahun 550 Sebelum Masehi.

“Bangsa Persia yang pernah ditaklukkan kini menjadi penakluk,” Klein menambahkan. Namun, alih-alih membalas dendam, Cyrus menunjukkan pengampunan dan pengendalian diri. Ia menganugerahkan masa pensiun sebagai pangeran kepada Astyages. Penguasa baru itu mempertahankan Ecbatana tetap utuh sebagai ibu kota musim panasnya.

Bahkan, Cyrus memberikan posisi tinggi di istana kepada para bangsawan Media. Namun belas kasihannya ada batasnya. Cyrus membunuh menantu dan cucu Astyages karena mereka jadi ancaman terhadap kekuasaannya.

Cyrus the Great menaklukkan Lydia dan memperluas Kekaisaran Persia Akhemeniyah

Kekuasaan Cyrus menyusahkan Croesus, Raja Lydia, yang menduduki bagian barat Turki. Croesus mengirim utusan untuk berkonsultasi dengan Oracle Yunani di Delphi. “Jika Croesus berperang, dia akan menghancurkan sebuah kerajaan besar,” kata perantara dewa itu.

Didukung oleh pesan ilahi, Croesus memimpin pasukan besar menyeberangi Sungai Halys dan menyerang Persia pada tahun 547 Sebelum Masehi. Setelah pertempuran yang tidak menentukan, Cyrus mengejutkan pasukan Lydia yang mundur. Ia dan pasukannya mengikuti pasukan Lydia melewati musim dingin menuju ibu kota Sardis.

Cyrus sangat toleran terhadap adat istiadat dan agama setempat. Namun dokumentasi juga menunjukkan bahwa ia merampas harta serta melakukan perbudakan.
Cyrus sangat toleran terhadap adat istiadat dan agama setempat. Namun dokumentasi juga menunjukkan bahwa ia merampas harta serta melakukan perbudakan. (Maximilien de Haese/Museum of Fine Arts, Boston)

Karena pasukan Persia kalah jumlah dalam Pertempuran Thymbra yang menentukan, Harpagus, membawa unta ke garis depan. Bau busuk unta begitu mengusir kuda-kuda Lydia yang menyerang sehingga mereka lari dari medan perang. Mundur ke dalam tembok Sardis, bangsa Lydia akhirnya menyerah setelah pengepungan Persia.

Kata-kata peramal Yunani kuno kepada Croesus terbukti benar. Sebuah kerajaan telah hancur—tapi itu adalah kerajaannya.

Seperti halnya bangsa Media, Cyrus menggunakan pendekatan perdamaian terhadap bangsa Lydia. Dia menyimpan perbendaharaan di Sardis dan membawa Croesus ke istananya. Dia mengizinkan budaya, agama, dan hukum lokal dipertahankan. Semua itu membantunya mendapatkan loyalitas dari rakyat barunya.

“Cyrus mampu dengan cepat mengasimilasi atau mengambil alih struktur administratif yang ada di tempat-tempat yang ia taklukkan. Ia sering kali membiarkan elite lokal tetap berkuasa,” kata John W. I. Lee, profesor sejarah di Universitas California.

Namun, keringanan hukuman raja Persia tidak bersifat mutlak. Ketika bangsawan memberontak, Cyrus mengeksekusinya dan memperbudak pengikut mereka.

“Ada banyak mitos tentang Cyrus sebagai penguasa yang baik hati,” kata Lee. Cyrus sangat toleran terhadap adat istiadat dan agama setempat. Namun dokumentasi juga menunjukkan bahwa ia merampas harta serta melakukan perbudakan.

Pasukan Kekaisaran Persia Akhemeniyah jadi penyebab kejatuhan Babilonia

Ketika Kekaisaran Persia Akhemeniyah tumbuh, militernya pun semakin kuat. Cyrus mengembangkan korps elite prajurit berkuda yang terampil menembakkan panah dengan menunggang kuda. Juga mengerahkan kereta perang dengan bilah yang menempel pada rodanya.

“Pasukannya tampaknya memiliki motivasi tinggi dan terlatih dengan baik dan Cyrus sendiri tampaknya adalah pemimpin yang inspiratif,” kata Lee. Cyrus the Great mampu menggerakkan pasukannya lebih cepat dari perkiraan musuh, bahkan selama musim dingin.

Setelah pasukannya menaklukkan wilayah timur Persia, Cyrus mulai menaklukkan kekuatan besar terakhir yang tersisa di barat Asia—Kekaisaran Neo-Babilonia.

Pada tahun 539 Sebelum Masehi, pasukan Persia menyerbu kekaisaran yang kaya dan subur itu. Mereka mengusir tentara Babilonia untuk merebut kota strategis Opis di Sungai Tigris. Seminggu kemudian, tentara Kekaisaran Persia Akhemeniyah mencapai tembok Babilonia, kota kuno terbesar di dunia. Para pasukan Persia berhasil merebutnya tanpa perlawanan.

Menurut Cyrus Cylinder, Raja Persia dengan penuh kemenangan memasuki Babilonia dengan damai dan kegembiraan.

Tak lama setelah jatuhnya Babel, Cyrus membebaskan orang-orang Yahudi Babilonia yang ditawan oleh Nebukadnezar II. Setelah dibebaskan dari pengasingan di Babilonia, banyak yang kembali ke Yerusalem.

Dengan penaklukan Kekaisaran Neo-Babilonia, wilayah Kekaisaran Persia Akhemeniyah terbentang dari Laut Aegea di barat hingga Sungai Indus di timur. Cyrus menciptakan salah satu kekaisaran terbesar yang pernah ada di dunia kuno. Dan ia mengungkapkan kebanggaannya dengan berujar, “Saya Cyrus, raja alam semesta.”

Kekaisaran Persia Akhemeniyah terus berjaya sepeninggal Cyrus the Great

Sedikit yang diketahui tentang kematian Cyrus yang terjadi sekitar tahun 529 Sebelum Masehi. Menurut beberapa catatan, ia meninggal karena luka di medan perang selama serangan militer di perbatasan timur kekaisaran.

Jenazahnya dikembalikan ke Pasargadae. “Ia ditempatkan di sarkofagus emas dan dimakamkan di sebuah makam batu besar yang menghadap matahari terbit,” Klein menambahkan lagi.

Cyrus digantikan oleh putranya, Cambyses II, yang terus memperluas batas kekaisaran dengan menaklukkan peradaban kuno lainnya di Mesir. Kekaisaran Persia tetap makmur dan stabil selama 2 abad hingga jatuh pada tahun 330 Sebelum Masehi. Saat itu, Aleksander Agung dari Makedonia berhasil menaklukkan kekaisaran yang pernah berjaya di dunia kuno.