“Pigmen merah berfungsi sebagai identifikasi sosial yang mewujudkan perbedaan di antara orang mati. Hal ini dibuktikan dengan relatif sedikitnya individu, kebanyakan orang dewasa dan laki-laki, yang memiliki pigmen,” tulis para peneliti dalam penelitian tersebut.
Momen transformasi orang yang meninggal
Orang Chincha melukis garis tebal vertikal dan horizontal pada tengkorak. Menurut peneliti, hal itu menunjukkan bahwa jari digunakan sebagai alat untuk menorehkan cat merah pada tengkorak.
Campuran cat merah yang berbeda digunakan untuk tengkorak yang berbeda. Peneliti berpendapat bahwa ritual itu mungkin dimaksudkan untuk memberikan “kehidupan sosial baru” kepada orang mati.
Ritual cat merah adalah momen penting transformasi menuju kehidupan lain dan transisi penting dari satu keadaan ke keadaan lain. Ritual ini memberikan dasar bagi kehidupan selanjutnya bagi orang yang meninggal.
Bahkan tengkorak memanjang pun dicat merah
Untuk sampai pada kesimpulan ini, para peneliti mengambil sampel pigmen merah dari 38 artefak dan tulang berbeda. “Termasuk 25 tengkorak manusia,” tambah Cowie.
Sebagian besar tengkorak yang diuji adalah laki-laki, tulang perempuan, anak-anak, dan orang yang baru pulih dari cedera traumatis. Juga ada orang dengan tengkorak memanjang.
Tim menerapkan tiga teknik ilmiah untuk berhasil mengidentifikasi komposisi kimia cat merah. Pigmen pada 24 sampel adalah oker berbahan dasar besi seperti hematit. 13 campuran cat dibuat dari cinnabar berbahan dasar merkuri.
Analisis kimia juga menunjukkan bahwa cinnabar diimpor dari jarak ratusan kilometer, sedangkan hematit kemungkinan besar berasal dari sumber lokal. Perbedaan-perbedaan ini mungkin mencerminkan penggunaan pigmen oleh kalangan elite dan non-elite.
Melukis tulang merah untuk melindungi makam dari kerusuhan pasca penaklukan