Nationalgeographic.co.id—Bastet adalah dewi yang dipuja sebagai simbol perlindungan, kesuburan, dan rahmat dalam sejarah Mesir kuno. Wajahnya sering digambarkan sebagai singa betina atau wanita berkepala kucing domestik. Orang Mesir juga mengadakan festival Bubastis untuk menghormati keberadaan sang dewi.
Pemujaan terhadap Bastet dapat ditelusuri kembali ke periode awal dinasti pada tahun 2890 SM, ketika ia pertama kali dihormati sebagai dewa singa betina. Sifat Bastet yang garang dan protektif disukai oleh orang-orang Mesir serta menganggapnya sebagai pelindung dan pejuang.
Pusat pemujaan utama Bastet berada di kota Bubastis terletak di Delta Nil. Kota ini menjadi identik dengan sang dewi dan kuil megahnya, yang dihiasi dengan relief dan patung rumit, menjadi tempat ziarah bagi para pemujanya.
Festival Bubastis, sebuah perayaan di pusat pemujaannya di Bubastis digelar setiap tahun untuk menghormati Bastet. Festival ini ditandai dengan musik, tarian, dan pesta, menarik ribuan orang dari seluruh Mesir dan sekitarnya.
Herodotus, sejarawan Yunani kuno, menggambarkan festival ini sebagai salah satu festival yang paling dirayakan secara luas di seluruh Mesir.
Pengaruh Bastet tidak hanya terbatas pada Bubastis saja. Kuil dan tempat suci yang didedikasikan untuknya ditemukan di seluruh Mesir, dan pemujaannya bahkan meluas ke wilayah tetangga seperti Nubia dan Levant.
Firaun dan rakyat jelata sama-sama mencari perlindungan dan berkahnya. Bastet menjadi tokoh terkemuka dalam ikonografi kerajaan.
Hubungannya dengan dewa lain juga berkembang. Awalnya dianggap sebagai putri Ra, dewa matahari, ia kemudian dikaitkan dengan dewi lain seperti Sekhmet dan Hathor.
Diantaranya hubungan Bastet dengan Ra. Bastet digambarkan sebagai Mata Ra, pelindung ganas yang akan melampiaskan amarahnya kepada mereka yang menentang tatanan ilahi.
Bastet sering disamakan dengan dewa singa betina lainnya seperti Sekhmet. Hubungannya dengan Ra juga menghubungkannya dengan siklus harian matahari, dengan aspek lembutnya dikaitkan dengan sinar matahari pagi yang memelihara dan aspek ganasnya dengan terik matahari tengah hari.
Mitos juga menceritakan peran Bastet dalam pertempuran dewa. Dalam satu cerita, dia berlayar bersama Ra dengan kapal solarnya untuk menangkis ular Apep, simbol kekacauan dan kehancuran.
Keganasannya dalam pertempuran dirayakan, dan himne dinyanyikan untuk menghormatinya, memohon kekuatan dan keberaniannya.
Hubungan Bastet dengan kesuburan dan persalinan semakin memperluas signifikansi mitologisnya. Dia dipanggil oleh wanita yang ingin hamil dan dipercaya untuk menjaga wanita hamil dan anak kecil.
Gambarannya sebagai ibu yang mengasuh sering kali digambarkan dalam seni, memperlihatkan dia bersama anak kucing atau menyusui mereka, melambangkan perannya sebagai ibu ilahi.
Sinkretisme ini mencerminkan sifat cair dari agama Mesir kuno, di mana para dewa sering kali saling berhubungan dan atribut-atribut mereka menyatu. Salah satu aspek paling menonjol dari mitologi Bastet adalah sifat gandanya sebagai singa betina dan kucing domestik.
Dalam wujud singa betina, dia adalah dewi pejuang, pelindung firaun dan bangsa. Raungannya diyakini dapat mengusir roh jahat, dan citranya digunakan pada saat perang dan konflik.
Sebaliknya, sebagai kucing rumahan, ia melambangkan keanggunan, kesuburan, dan keharmonisan rumah tangga. Dualitas ini memungkinkannya menempati ruang unik dalam jajaran dewa Mesir, mewujudkan aspek feminitas yang liar dan mendidik.
Bagaimana Bastet Disembah?
Inti dari pemujaan Bastet adalah kuil megahnya di Bubastis. Bangunan megah ini, dihiasi dengan emas dan dipenuhi patung serta relief dewi, merupakan pusat pemujaan terhadapnya.
Peziarah dari seluruh Mesir dan wilayah sekitarnya akan melakukan perjalanan ke Bubastis untuk memberi penghormatan, mencari berkah, dan berpartisipasi dalam ritual.
Ritual yang paling terkenal adalah Pesta Bubastis, sebuah perayaan tahunan yang menarik puluhan ribu umat.
Digambarkan oleh Herodotus sebagai salah satu festival paling menggembirakan di Mesir, festival ini ditandai dengan musik, tarian, pesta, dan prosesi sungai.
Pria dan wanita akan berlayar menyusuri Sungai Nil, bernyanyi dan bertepuk tangan, perahu mereka dihiasi bunga.
Festival ini tidak hanya merupakan acara keagamaan tetapi juga pertemuan sosial, yang mencerminkan aspek komunal dari spiritualitas Mesir kuno.
Peran Bastet sebagai pelindung juga diwujudkan dalam berbagai ritual. Jimat bergambar dirinya dipakai untuk perlindungan, terutama oleh wanita dan anak-anak.
Di masa perang, kemiripannya digunakan untuk melindungi tentara dan negara. Sifat protektifnya meluas ke bidang kesehatan, dan dia sering dipanggil untuk mengusir penyakit dan roh jahat.
Kaitannya dengan kesuburan dan persalinan menghasilkan ritual khusus yang ditujukan bagi wanita yang ingin hamil atau memastikan kehamilan yang aman.
Persembahan makanan, dupa, dan patung-patung kecil dibuat di kuil atau tempat pemujaan rumah tangganya.
Wanita juga akan meminta perantaraan pendeta wanita Bastet, yang diyakini memiliki pengetahuan dan kekuatan khusus terkait kesuburan dan persalinan.
Kucing, sebagai hewan suci Bastet, memainkan peran unik dalam pemujaannya. Membunuh kucing, bahkan secara tidak sengaja, dianggap sebagai pelanggaran berat.
Banyak keluarga yang memelihara kucing sebagai hewan peliharaan dan memandang mereka sebagai perwujudan hidup dewi.
Dalam beberapa kasus, kucing bahkan dikuburkan bersama pemiliknya, yang mencerminkan hubungan spiritual yang mendalam antara manusia dan Tuhan.
Imamat Bastet adalah bagian penting dari praktik keagamaannya. Para pendeta dan pendeta wanita tidak hanya bertanggung jawab memelihara kuil dan melaksanakan ritual, tetapi juga bertindak sebagai perantara antara dewi dan para pengikutnya.
Mereka adalah cendekiawan, tabib, dan pembimbing spiritual yang melestarikan tradisi serta ajaran yang terkait dengan Bastet.
Penemuan Arkeologi
Salah satu situs arkeologi paling penting yang terkait dengan Bastet adalah kuil megahnya di Bubastis dalam sejarah Mesir kuno.
Penggalian situs ini telah mengungkap kemegahan dan kompleksitas pemujaannya. Reruntuhan candi, dengan relief dan prasasti yang rumit, memberikan gambaran sekilas tentang praktik keagamaan, festival, dan ritual yang didedikasikan kepada sang dewi.