Dampak Polusi terhadap Perairan dan Ekosistem Pesisir Indonesia

By Utomo Priyambodo, Senin, 25 September 2023 | 15:00 WIB
Polusi di perairan dan ekosistem pesisir Indonesia telah menjadi masalah genting. Masalah polutan ini merupakan dampak antropogenik ini perlu segera diselesaikan. (kkp.go.id)

Nationalgeographic.co.id—Pencemaran yang menjadi masalah di Indonesia saat ini bukan hanya polusi udara, melainkan juga polusi tanah dan air. Salah satu yang patut disorot adalah polusi wilayah pesisir dan perairannya.

Indonesia pernah dinobatkan sebagai negara terbesar kedua yang paling banyak menyumbang sampah ke lautan. Sebuah makalah studi yang terbit di jurnal Marine Pollution Bulletin pada 2021 pernah juga membahas masalah pencemaran di perairan dan ekosistem pesisir di Indonesia.

Studi bertajuk "Anthropogenic impact on Indonesian coastal water and ecosystems: Current status and future opportunities" itu menyabut bahwa sebagian perairan pesisir Indonesia berada dalam status kualitas buruk.

"Unsur hara, logam berat, polutan organik, dan sampah plastik merupakan polutan antropogenik yang paling banyak dipelajari," tulis para peneliti dalam makalah studi tersebut. Makalah studi ini memberikan gambaran studi polutan antropogenik di perairan dan ekosistem pesisir Indonesia dari tahun 1986 hingga 2021.

Hasil dari "82%, 54% dan 50% penelitian lapangan melebihi batas baku mutu lingkungan unsur hara, logam berat, dan polutan organik", tulis para peneliti gabungan dari institusi di Amerika Serikat dan Indonesia itu.

"Polutan antropogenik terestrial mempunyai dampak paling besar terhadap ekosistem terumbu karang Indonesia, diikuti oleh mangrove dan padang lamun," tambah mereka lagi.

Para peneliti menyoroti bahwa Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat, telah berjuang melawan polusi air pesisir dalam beberapa dekade terakhir.

"Dengan meningkatnya populasi di kota-kota pesisir, semakin banyak polutan dari daratan yang berpindah ke perairan pesisir dan berdampak buruk pada ekosistem tropis," tulis mereka.

Dalam makalah ini, isu-isu ekosistem pesisir dan kualitas air di Indonesia disusun, dijelaskan, dan dibahas. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan antara tahun 1986 dan 2021, para peneliti menemukan bahwa masalah yang paling mendesak adalah terkait dengan polusi unsur hara (nutrien).

"Karena 82% penelitian yang kami tinjau menunjukkan konsentrasi unsur hara melebihi batas standar, dibandingkan dengan logam berat (54%) atau polutan organik (50%)," tulis mereka.

Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Bank Pembangunan Asia yang menyatakan bahwa kualitas air pesisir relatif buruk dan memerlukan perhatian segera (Asian Development Bank, 2016).

Studi menunjukkan bahwa kelebihan nutrien pada ekosistem pesisir berkorelasi dengan kejadian ekologi seperti hipoksia, eutrofikasi, atau HAB. "Selain itu, kami menemukan bahwa tingginya kandungan nutrien telah mengakibatkan penurunan tutupan habitat, jumlah spesies, komposisi, dan keanekaragaman ekosistem."

Berdasarkan makalah-makalah yang dikaji, berbagai sumber polutan berkontribusi terhadap fluks dan tingkat polutan yang berlebihan di wilayah pesisir Indonesia. Mulai dari air limbah perkotaan, minyak dan pertambangan, serta aktivitas industri, hingga pertanian, urbanisasi, pengembangan tata guna lahan, dan pembuangan air tanah.

"Meskipun banyak penelitian yang mencakup berbagai zat terlarut (nutrien, logam berat, polutan organik, sampah plastik, dan mikroplastik) telah dilakukan di Indonesia, beberapa fokus penelitian masih perlu dipelajari secara rinci untuk memperkirakan dengan lebih baik kontribusi dan pengaruh berbagai zat terlarut di air perairan pesisir Indonesia," tulis tim peneliti.

Mereka juga menyarankan, secara khusus, diperlukan peraturan untuk sampah plastik/mikroplastik, serta logam berat dan polutan organik di sedimen, karena konsentrasinya biasanya lebih tinggi di sedimen dibandingkan kolom air.

"Mengikuti tren saat ini dalam penyimpanan dan pengarsipan big data di seluruh dunia, kami merekomendasikan untuk mengoptimalkan database lingkungan, database akses publik terbuka yang disediakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (https://dataalam.menlhk.go.id/). Basis data ini berpotensi memfasilitasi dan mempercepat studi ekologi di masa depan dengan menyediakan akses cepat ke penelitian yang telah dilakukan sebelumnya." Tim peneliti menyarankan perlunya penelitian di masa depan mengenai dampak potensial perubahan iklim serta titik panas (hotspot) polusi pesisir baru di Indonesia bagian timur. Mereka juga menyebut perlunya pembahasan terkait sumber antropogenik laut, polutan lama/yang baru muncul, dan kontaminasi biologis, untuk peluang masa depan pesisir Indonesia.

Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih BumiSisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.