Hal ini dapat membahayakan ekosistem penting. Di pulau Jawa yang berpenduduk padat. Misalnya, hutan mangrove di kawasan yang tidak dilindungi telah mengalami deforestasi dan degradasi dalam skala besar.
Konsekuensinya sangat buruk, peningkatan hilangnya hutan mangrove di Indonesia sebesar 1% dapat mengakibatkan penurunan pendapatan rumah tangga perikanan tahunan antara 5,3% dan 9,3%.
Kawasan lindung yang ditetapkan akan menciptakan peluang untuk memulihkan ekosistem yang terdegradasi sekaligus meningkatkan penghidupan masyarakat pesisir.
Misalnya, hutan mangrove di kawasan lindung di Belitung (pulau di tenggara Sumatera) telah berhasil direstorasi dan kini menciptakan lapangan kerja dari budidaya ikan dan pariwisata.
Mengintegrasikan pengelolaan kawasan lindung dan zona penangkapan ikan
Kawasan konservasi sangat penting bagi perikanan berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi nelayan skala kecil. Perikanan berkelanjutan harus menjaga keseimbangan antara konservasi dan profitabilitas.
Untuk melakukan hal tersebut, Indonesia terus membangun lebih banyak kawasan konservasi. Baik kawasan lindung yang dikelola pemerintah atau dengan status konservasi lainnya, di dalam zona penangkapan ikannya.
"Saat ini, proporsi kawasan lindung di dalam kawasan perikanan penting masih sangat rendah," menurutnya.
Di tempat-tempat yang memiliki potensi penangkapan ikan yang besar seperti Maluku dan Natuna hanya sebagian kecil wilayahnya (masing-masing 7,7% dan 7,2%) yang ditetapkan sebagai kawasan lindung. Keduanya berada di wilayah barat dan timur Indonesia.
Indonesia sedang mengubah strategi pengelolaan wilayah penangkapan ikannya dengan tidak lagi berfokus pada ikan yang menguntungkan seperti tuna. Itu karena strategi tersebut belum efektif dalam mencegah penangkapan ikan yang berlebihan.
"Sebaliknya, negara ini mengadopsi pendekatan baru untuk meningkatkan pengelolaan perikanan dan melestarikan sumber daya untuk masa depan dengan mempertimbangkan faktor lingkungan," katanya.
Mendorong bidang pendukung lainnya