"Penemuan pecahan kayu yang terbakar menunjukkan penggunaan teknik khas Tiongkok yang saling mengunci braket kayu, yang disebut dougong. Jalan landai mengarah ke dua galeri mengapit yang beratap, ruang terbuka menghadap akses ke paviliun utama."
Por Bajin berada di tengah danau, stepa Siberia yang dikeliling gunung, dan letaknya berada di ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut. Saat musim dingin tiba, tentunya pada lampau akan terasa sangat dingin. Namun, para arkeolog tidak menemukan sistem pemanas kota apa pun.
Para arkeolog memperkirakan benteng ini dibangun pada 757 Masehi. Pada masa ini, Siberia selatan merupakan kawasan kerajaan nomaden Kekhanan Uighur (744—840 M), yang terdiri dari masyarakat berbahasa Turki penunggang kuda.
Kerajaan Uighur Kaganate terbentang luas di Mongolia dan Siberia bagian selatan, dan bertetangga langsung dengan Kekaisaran Tiongkok dinasti Tang. Namun, lokasi Por Bajin masih menjadi tanda tanya karena letaknya yang terisolasi. Padahal, di dalamnya begitu kaya sebagai kawasan pemukiman dengan arsitekturnya.
Sebuah teori mengatakan bahwa Por Bajin merupakan istana musim panas oleh Bögü Qaghan, penguasa Kekhanan Uighur ketiga (berkuasa 759–780 M). Bögü juga muncul dalam catatan sejarah Tiongkok sebagai Yaoluoge Yidijian.
Pada masa itu, bangsa Uighur yang nomaden bertransisi dengan gaya hidup menetap, berasarkan catatan Dinasti Tang. Di Republik Tuva, yang merupakan lokasi Por Bajin, mungkin masih ada 15 kota pemukiman kuno dengan bentuk persegi atau persegi panjang dengan tatanan yang sama.
Menurut penelitian tahun 2020, Por Bajinmerupakan biara kepercayaan Maniisme. Kepercayaan ini berkembang sejak abad ketiga Masehi di Persia yang kemudian diadopsi oleh bangsa Uighur.
Khan agung Bögü mengadopsi kepercayaan ini untuk Kekhanan Uighur. Penelitian itu memperkirakan, Bögü menjadikan Por Bajin sebagai biara. Namun ketika ia tewas dibunuh pada 779, biara ini ditinggalkan. Bisa jadi, pemberontakan yang membuat Bögü tewas adalah konflik keagamaan menentang kepercayaan Maniisme.
Teori lain berpendapat bahwa Por Bajin ditinggalkan karena gempa. Ada banyak bukti bahwa di masa lalu terdapat gempa, bahkan pada masa sebelum Por Bajin didirikan. Bencana tersebut membuat penduduk situs harus berpindah pada awal abad kesembilan.