Mitologi Timur Tengah Klasik: Cerita Iblis 'Melebur' dengan Lucifer

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 8 Oktober 2023 | 08:00 WIB
Lukisan tentang Iblis yang enggan sujud kepada Adam saat para malaikat melakukannya. Ilustrasi ini berasal dari manuskrip di Persia sekitar tahun 1415 - 1416. Dalam mitologi Timur Tengah klasik, kisah Iblis justru menyerupai Lucifer. (Public Domain)

Mengingat posisi Azazil adalah berasal dari kalangan Jin—yang masih satu golongan dengan malaikat—kemudian diturunkan dari surga, Fikri berpendapat bahwa cerita ini punya kesamaan dengan cerita Taurat.

Dalam cerita Taurat, terdapat Lucifer yang sering disebut sebagai "Malaikat yang Jatuh dari Surga". Lucifer disebutkan adalah kalangan tertinggi dari para malaikat, yang kemudian dijatuhkan dari surga karena cemburu dengan keistimewaan manusia (riwayat Kekristenan menyebut manusia tersebut adalah Yesus Kristus).

Iblis tidak sendirian dalam pengasingannya di dunia, tetapi ditemani berbagai jenis setan. Dalam beberapa mitologi Timur Tengah klasik yang berkembang, setan adalah keturunan Iblis.

Salah satu setan yang dikenal sebagai makhluk yang dekat dengan Iblis adalah Ghoul. Keberadaan Ghoul dalam mitologi Timur Tengah dipopulerkan oleh al-Qazwaini. Ghoul sejatinya merupakan mitologi Arab pra-Islam yang disebutkan sebagai makhluk yang mengincar darah manusia.

Al-Qazwaini menggunakan Ghoul ini sebagai setan yang mencoba mencuri dengar informasi dari langit. Namun Ghoul kerap gagal karena sering dilempari dengan bintang berekor. Cerita ini memang ada dalam Al-Qur'an, tetapi hanya menyebut "para setan yang mencuri dengar" tanpa menyebut Ghoul.

Ada pula cerita tentang Iblis yang begitu simbolik terhadap hewan dalam mitologi Timur Tengah klasik. Cerita ini begitu kuat bagi masyarakat muslim dan Timur Tengah karena pemaknaan simbol hewan telah berlangsung lama, bahkan sebelum Islam berkembang.

Mitologi Timur Tengah klasik menyebutkan bahwa Iblis sempat berusaha kembali ke surga. Saat hendak masuk, ia dilarang oleh malaikat penjaga pintu surga. Iblis pun memilih berdiri di depan pintu surga selama ratusan tahun sambil beribadah. Bahkan, dia menjadi salah satu dari malaikat yang paling bertakwa.

Iblis dalam mitologi Timur Tengah klasik (pojok kiri di atas barisan para malaikat, berkulit gelap) sedang berupaya merayu Adam dan Hawa. Ilustrasi mengandung ular berkaki dan merak ini merupakan mitologi Timur Tengah yang berkembang dalam peradaban Islam. (Ja'far al-Sadiq/Wikimedia Commons)

"Hal tersebut tentu saja tidak masuk akal bahkan untuk ukuran sebuah dongeng," terang Fikri. "Seharusnya, para malaikat sudah mengetahui siapa Iblis dan menyaksikan pelanggarannya atas perintah Allah dan pengusiran yang dilakukan terhadapnya."

Singkat cerita, upaya Iblis masuk melibatkan burung merak yang indah, tetapi gagal. Sampai akhirnya ia menjumpai ular surgawi yang memiliki kaki. Iblis meminta izin untuk masuk ke dalam mulutnya. Pada cerita ini, sedikit tidak masuk akal jika Iblis—sebagai makhluk yang punya kemampuan, berkedudukan tinggi, dan angkuh— meminta izin kepada hewan.

Dengan ular tersebut, Iblis merayu Adam dan Hawa. Dikisahkan, Iblis dalam tubuh ular berkaki sedang sedih sehingga Adam dan Hawa datang kepadanya. Iblis sedih karena kedua makhluk sempurna itu tidak hidup kekal. Mereka pun termakan rayuan untuk memakan buah keabadian (khuldi) dan selanjutnya seperti diriwayatkan dalam Al-Qur'an.

Adam dan Hawa tidak sendiri ketika diusir dari surga. Iblis, merak, dan ular pun juga turun ke Bumi. Atas tindak pengkhianatannya, Tuhan memotong kaki ular dan harus berjalan melata menggunakan perut.

Cerita ini muncul dari ahli tafsir dan teolog Islam Ja'far al-Sadiq (732–765) dalam kitab "Fālnāmeh".

"Cobalah bayangkan seekor ular yang berwarna dengan tubuh yang besar lagi indah serta memiliki kaki, pasti Anda mednapati bahwa kita sedang membicarakan makhluk legendaris bernama naga, yang menurut dalam pandangan Kekristenan menjadi simbol setan," ungkap Fikri.