Nationalgeographic.co.id—Ramses II adalah firaun Mesir kuno yang paling terkenal. Pemerintahan Ramses II ditandai dengan kemenangan militer, keajaiban arsitektur, dan keluarga besar yang terdiri dari lebih dari 100 anak dalam sejarah Mesir kuno.
Di bawah permukaan kejayaan dan kekuasaan tersebut, terdapat intrik, ambisi, dan dinamika kekeluargaan yang pada akhirnya menyebabkan kemerosotan dinasti ke-19. Bagaimana nasib dinasti tersebut dipengaruhi oleh banyaknya anak Ramses II?
Ramses II naik takhta Mesir pada tahun 1279 SM, menandai dimulainya pemerintahan yang identik dengan kemegahan dan kekuasaan.
Kehidupan awalnya dibentuk oleh pelatihan militer dan pengalaman dalam pemerintahan, mempersiapkannya untuk tanggung jawab memerintah sebuah kerajaan yang luas dan kompleks.
Sebagai seorang firaun muda, ia memulai banyak kampanye militer, memperluas pengaruh Mesir dan mengamankan perbatasannya.
Kemenangannya tidak hanya bersifat militer tetapi juga diplomatik. Dia berhasil merundingkan perjanjian damai dengan bangsa Het, salah satu saingan berat Mesir.
Namun pemerintahan Ramses II tidak semata-mata ditentukan oleh pertempuran dan diplomasi, hal itu juga ditandai dengan program pembangunan yang luar biasa.
Dia menugaskan bangunan-bangunan monumental, kuil-kuil, dan patung-patung, banyak di antaranya mempunyai kemiripan dengannya.
Kota Pi-Ramesses, ibu kotanya menjadi simbol ambisi dan visinya. Hal ini yang mencerminkan seorang penguasa yang berusaha meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di lanskap Mesir.
Prestasi arsitektur ini bukan sekadar proyek sia-sia; itu adalah pernyataan keilahian dan kekuasaan, yang memperkuat statusnya sebagai raja dewa.
Masalah kehidupan pribadi Ramses II adalah keluarganya, jaringan istri, selir, dan lebih dari 100 anak. Istri utamanya adalah Nefertari. Hubungan mereka banyak diabadikan dalam seni dan prasasti.
Anak-anak Ramses II bukan sekadar penonton di istana, mereka merupakan bagian integral dari administrasi dan kehidupan keagamaan kerajaan.