Perseteruan Ramses II dengan 100 Anaknya Hancurkan Sejarah Mesir Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 5 Oktober 2023 | 15:00 WIB
Perseteruan Ramses II dengan 100 anaknya membuat jatuhnya dinasti ke-19 dalam sejarah Mesir kuno, (Historyskills)

Persoalan suksesi selalu menjadi persoalan rumit dan sering kali menjadi perdebatan dalam dinasti kerajaan, dan dalam kasus Ramses II, persoalan ini sangat rumit.

Dengan lebih dari 100 anak, garis suksesi tidak jelas, dan seiring bertambahnya usia firaun, permasalahan ini menjadi semakin mendesak.

Tahta Mesir bukan sekedar pusat kekuasaan; itu adalah mandat ilahi, simbol kemurahan hati para dewa, dan hubungan antara kendali politik, agama, dan militer.

Oleh karena itu, persaingan untuk mewarisinya merupakan persoalan ambisi duniawi dan kepentingan rohani.

Pendekatan Ramses II terhadap suksesi bersifat strategis dan pragmatis. Ia menunjuk ahli waris pada awal masa pemerintahannya, sering kali memilih putra yang telah membuktikan diri dalam peran militer atau administratif.

Namun, banyaknya calon penerus dan kompleksitas hubungan satu sama lain menjadikan proses ini penuh dengan tantangan.

Beberapa ahli waris Ramses II yang ditunjuk mendahuluinya, sehingga semakin memperumit masalah ini. 

Kematian seorang ahli waris bukan sekadar tragedi pribadi. Hal ini merupakan krisis politik, yang menciptakan kekosongan kekuasaan dan membuka pintu bagi persaingan dan intrik.

Persaingan di antara anak-anak Ramses II tidak hanya terjadi di tembok istana saja; mereka menyebar ke ranah politik yang lebih luas, memengaruhi aliansi, kebijakan, dan bahkan strategi militer.

Saudara kandung membentuk faksi, bersekutu dengan berbagai bangsawan dan pejabat, dan persaingan memperebutkan takhta menjadi permainan kekuasaan dan pengaruh yang kompleks.

Intrik dan konflik bukan hanya soal ambisi pribadi. Hal ini mencerminkan ketegangan yang lebih dalam di dalam kerajaan, ketegangan yang diperburuk oleh tantangan ekonomi dan ancaman eksternal.

Kemunduran dan Kejatuhan Dinasti ke-19