Penciptaan Manusia Pertama Menurut Mitologi Timur Tengah Klasik

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 4 Oktober 2023 | 09:00 WIB
Lukisan dari abad ke-16 yang bercerita tentang Nabi Adam dan Hawa di surga sebagai manusia pertama. Masyarakat pada masa kejayaan Islam membuat mitologi Timur Tengah klasik tentang manusia pertama yang dapat melenceng jauh dari ajaran Islam.
Lukisan dari abad ke-16 yang bercerita tentang Nabi Adam dan Hawa di surga sebagai manusia pertama. Masyarakat pada masa kejayaan Islam membuat mitologi Timur Tengah klasik tentang manusia pertama yang dapat melenceng jauh dari ajaran Islam. (New York Public Library)

Nationalgeographic.co.id—Peradaban Timur Tengah begitu beragam dan sangat tua. Di kawasan yang kita kenal sebagai Irak dan Iran, pernah berdiri Persia, Babilonia, dan paling tua adalah Mesopotamia. Di Mesir, pernah berdiri peradaban kuno yang maju dan berumur panjang. Pada kawasan Turki, Romawi dan Yunani kuno pernah berdiri.

Kawasan yang kita kini kenal dengan Palestina dan Israel, pernah berdiri peradaban Fenisia, Filistin dan Israel kuno. Peradaban ini juga mewariskan agama abrahamik, termasuk di Jazirah Arab

Semua peradaban masa lalu di Timur Tengah meninggalkan mitologi terkait asal-usul manusia. Pada masa kejayaan Islam, mitologi tersebut melebur dalam cerita penciptaan menurut ajaran Islam. Pada akhirnya, mitologi Timur Tengah melebur dengan cerita yang sedikit berbeda—atau bahkan berbeda jauh—dari yang tertera di Al-Qur'an dan hadis.

Mitologi Timur Tengah berkembang pada masa kekaisaran, kesultanan, dan dinasti Islam. Sejarawan Mesir, Walid Fikri mengungkapkan bahwa mitologi Timur Tengah tentang penciptaan manusia bercampur-campur dengan mitologi pra-Islam seperti Yunani kuno, Persia, dan Mesir kuno.

"Peristiwanya berbeda-beda, tetapi muatannya sama saja, penuh dengan simbol," tulis Fikri dalam buku Mitos-mitos Legendaris dalam Khazanah Klasik Muslim.

Masyarakat Timur Tengah pada masa klasik mengisahkan bahwa penciptaan manusia bermula ketika Allah memerintahkan malaikat Jibril membawa segenggam tanah dari bumi. Namun, bumi keberatan karena seorang malaikat akan mengambil tanah untuk menjadi makhluk yang akan masuk neraka. Sampai akhirnya, malaikat pencabut nyawa Izrail yang melaksanakannya.

Izrail pun mengambil tanah dari berbagai tempat di penjuru bumi. Allah kemudian memerintahkannya untuk mencampurkan tanah tersebut dengan ragam air (air tawar, pahit, dan asin), sehingga menjadi tanah liat.

Dari mitologi Timur Tengah klasik ini, punya makna simbolis. Bahan dasar yang beragam dalam penciptaan manusia menjadi alasan mengapa makhluk tersebut punya ragam ras dan bangsa.

Selanjutnya, Nabi Muhammad mulai diciptakan sebelum Nabi Adam. Padahal, menurut cerita Islam, Nabi Adam adalah manusia pertama yang diciptakan. Penciptaan Nabi Muhammad bermula dari Jibril bersama sejumlah malaikat mengambil segenggam tanah putih yang membawa kecermelangan bumi.

Tanah putih tersebut kemudian dicampur dengan tanah dari lokasi Nabi Muhammad kelak akan dimakamkan. Keduanya lalu dicampurkan dengan air Sungai Tasnim (nama sungai yang ada di surga). Tanah yang telah dicampurkan itu menjadi mutiara putih yang keluar 124.000 tetesan yang kelak menjadi para nabi yang tersebar di seluruh dunia.

Mutiara itu kemudian dibawa mengelilingi langit dan bumi. Perlahan-lahan, para malaikat pun mulai mengenal Nabi Muhammad sebelum Nabi Adam diperkenalkan dan diciptakan dari tanah liat.

Dalam ajaran Islam yang tertera dalam Al-Qur'an, Nabi Adam diciptakan dari tanah liat begitu saja. Namun, dalam mitologi Timur Tengah klasik, Nabi Adam diciptakan dari tanah liat yang dicampur dengan mutiara cikal bakal Nabi Muhammad selama 80 hari, sehingga menjadi tembikar.

Ada pula mitologi Timur Tengah klasik lainnya yang beredar pada masa kejayaan peradaban Islam tentang Nabi Adam. Disebutkan bahwa Nabi Adam diciptakan dari berbagai tanah yang ada di Bumi. Misalnya, wajah dan kepala dari ka'bah, dada dan punggungnya dari Yerusalem, dan telapak kakinya dari tanah di Hijaz.

Seniman Persia Rashid al-Din membuat lukisan tentang kelahiran Nabi Muhammad pada 1307. Pada masa itu, ada berbagai macam cerita tentang asal-usul Nabi Muhammad yang dikisahkan dengan mitologi Timur Tengah. (Rashid al-Din/Edinburgh University Library)

Dari dua mitologi Timur Tengah klasik tentang penciptaan manusia ini, Fikri berpendapat cerita tersebut mengindikasikan penyatuan semua kawasan Bumi dalam peradaban Islam.

Tidak kalah unik lagi, mitologi Timur Tengah meriwayatkan bahwa Nabi Adam diciptakan dari ragam tanah yang berasal dari tujuh lapis bumi. Secara berturut-turut, kepala hingga kaki berbahan dari lapis pertama hingga ketujuh.

Namun, mitologi Timur Tengah sangat mencolok yang muncul karena perkembangan ajaran agama Islam. Salah satunya adalah tentang "Cahaya Muhammad" dan "Pohon Keyakinan (syajarah al-Yaqin)" yang penuh simbolik dengan gaya riwayat aliran sufistik.

Disebutkan bahwa Allah menciptakan pohon yang memiliki empat ranting dengan nama Pohon Keyakinan. Kemudian Cahaya Muhammad berupa burung merak yang cantik dengan kulitnya berupa mutiara putih diciptakan, lalu diletakkan di atasnya untuk bertasbih selama 70.000 tahun.

Lalu, Allah menciptakan cermin kehidupan di depan burung merak putih tersebut. Karena melihat keindahan dirinya sendiri, burung merak tersebut berkeringat. Keringatnya sejumlah enam tetes yang disebutkan kelak menjadi empat khalifah (pemimpin Islam setelah Nabi Muhammad wafat), bunga mawar dan pohon aras.

Masih ada banyak lagi mitologi Timur Tengah yang berkembang pada masanya tentang penciptaan manusia, Nabi Adam, dan Nabi Muhammad. Fikri menilai, perkembangan mitologi ini merupakan peleburan kebudayaan seiring agama Islam yang menyebar di penjuru Timur Tengah.

Para ahli sejarah dan budaya berpendapat, kisah-kisah seperti ini muncul dari masyarakat di Timur Tengah dengan pemahaman kebudayaannya sendiri atas agama yang baru berkembang. 

Ada pula, perkembangan agama Islam itu sendiri di Timur Tengah menghadirkan berbagai aliran. Aliran-aliran tersebut memunculkan pemahaman baru dalam kisah-kisah yang masih belum dijelaskan dalam Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi.

Pada akhirnya, dua faktor tersebut memunculkan mitologi Timur Tengah klasik yang bertolak belakang dengan apa yang ada di kitab suci umat muslim sendiri pada masanya.

"Anda mungkin dapat menemukan kontradiksi riwayat tersebut dengan teks-teks Islam yang sahih, yang justru menjelaskan dengan gamblang bahwa penciptaan manusia pertama dari debu dan tanah, bukan dari cahaya," terang Fikri.

"Teks-teks suci ini, baik Al-Qur'an maupun hadis-hadis Nabi yang tersusun berdasarkan kesahihannya, berbeda sekali dari dongeng-dongeng [yang muncul pada  keemasan peradaban] Islam]."