Masa Lalu Socrates, Sebelum Jadi Filsuf Berpengaruh di Sejarah Dunia

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 22 Oktober 2023 | 12:00 WIB
Socrates adalah filsuf berpengaruh dalam sejarah dunia. (The Collector)

Nationalgeographic.co.id—Socrates adalah sosok terkenal dalam sejarah dunia. Sebelum ia menjadi salah satu filsuf Yunani kuno paling berpengaruh, Socrates merupakan seorang hoplite atau prajurit bersenjata lengkap, di tentara Athena Yunani kuno.

Babak kehidupannya yang kurang dikenal ini memainkan peran penting dalam membentuk gagasan dan ajaran filosofisnya. Lalu, bagaimana kehidupan awal Socrates?

Dalam catatan sejarah Yunani kuno, Socrates lahir pada tahun 469 SM di Athena. Ayahnya, Sophroniscus adalah seorang tukang batu atau pematung. Sementara ibunya, Phaenarete adalah seorang bidan.

Latar belakang sederhana ini menunjukkan bahwa Socrates tumbuh di lingkungan kelas pekerja, mungkin memperoleh beberapa keterampilan dalam bidang batu atau patung dari ayahnya.

Masa muda Athena pada masa Socrates adalah pusat aktivitas intelektual dan budaya. Kota ini sedang mengalami transformasi yang signifikan, baik secara politik maupun intelektual.

Pembentukan demokrasi, berkembangnya seni, dan perluasan kekaisaran Athena memberikan latar belakang yang dinamis pada tahun-tahun pembentukan Socrates.

Tumbuh di lingkungan ini, Socrates dihadapkan pada banyak sekali ide, perdebatan, dan praktik budaya yang nantinya akan memengaruhi penyelidikan filosofisnya.

Socrates Bergabung menjadi Tentara

Di Athena kuno, dinas militer merupakan kewajiban wajib bagi warga negara laki-laki. Dikenal sebagai "dinas singkat", pria muda Athena, biasanya berusia sekitar 18 tahun, diharuskan menjalani pelatihan militer dan kemudian bertugas sebagai tentara untuk jangka waktu yang ditentukan.

Layanan ini dipandang sebagai ritus peralihan menuju kewarganegaraan penuh dan sangat terkait dengan cita-cita Athena tentang demokrasi, kehormatan, dan tanggung jawab sipil.

Periode hidup Socrates ditandai dengan pergolakan politik dan konflik militer yang signifikan, terutama Perang Peloponnesia, konflik berkepanjangan antara Athena dan Sparta yang berlangsung hampir tiga dekade.

Mengingat seringnya terjadi pertempuran kecil, pertempuran, dan pengepungan yang terkait dengan perang ini dan konflik regional lainnya, permintaan akan tentara sangatlah tinggi.

Sebagai warga negara Athena, Socrates berkewajiban untuk berkontribusi pada pertahanan dan ambisi ekspansi negara kotanya.

Di luar sifat wajib dinas militer, etos pada masa itu merayakan keberanian dan pengorbanan demi polis atau negara kota.

Kesejahteraan kolektif masyarakat ditempatkan di atas kepentingan individu, dan bertugas di ketentaraan dipandang sebagai upaya mulia, kontribusi langsung terhadap pelestarian dan kejayaan Athena.

Sebelum menjadi filsuf berpengaruh dalam sejarah dunia, Socrates adalah tentara Athena Yunani kuno. (Historyskills)

Dalam catatan sejarah dunia, Socrates, seperti banyak orang sezamannya memandang dinas militer sebagai tugas pribadi dan komitmen yang lebih luas terhadap cita-cita dan kelangsungan demokrasi Athena.

Masa jabatan Socrates sebagai hoplite di tentara Athena ditandai dengan partisipasinya dalam beberapa pertempuran penting, tidak hanya menunjukkan kekuatan militer Athena tetapi juga keberanian pribadi masing-masing prajurit.

Ia bertugas sebagai anggota infanteri berat, yang dikenal sebagai 'hoplite', di tentara Athena melawan Spartan dalam Perang Peloponnesia.

Di antara konflik penting yang ia ikuti adalah Pertempuran Potidaea (432-430 SM), Pertempuran Delium (424 SM), dan Pertempuran Amphipolis (422 SM).

Di tengah-tengah pertempuran, Socrates menunjukkan keberanian yang luar biasa, kualitas yang membedakannya di antara rekan-rekan prajuritnya.

Selama Pertempuran Potidaea, ia menunjukkan komitmen yang tak tergoyahkan kepada rekan-rekannya, terutama menyelamatkan nyawa Alcibiades, seorang pemuda Athena yang menjanjikan yang kemudian menjadi terkenal sebagai negarawan.

Lingkungan medan perang yang penuh gejolak dan kompleks secara moral menjadi katalis bagi landasan filosofis Socrates.

Dihadapkan pada kenyataan pahit perang, ia mulai mendalami pertanyaan-pertanyaan mendalam mengenai kebajikan, keadilan, dan esensi kehidupan yang baik.

Dikotomi antara kebrutalan pertempuran dan persahabatan di antara para prajurit memicu rasa ingin tahu Socrates, membawanya untuk mengeksplorasi kompleksitas sifat dan moralitas manusia.

Dilema etika dan keputusan yang dihadapi dalam perang menjadi lahan subur bagi refleksinya tentang apa artinya menjalani kehidupan yang berbudi luhur dan peran akal dalam membimbing perilaku manusia.

Penekanannya pada pencarian pengetahuan diri, kebajikan, dan perilaku etis bergema di seluruh masyarakat Athena dan sekitarnya, meletakkan dasar bagi pemikiran filosofis selanjutnya.

Metode Socrates menjadi ciri khas warisan filosofisnya, menumbuhkan budaya berpikir kritis, dialog, dan eksplorasi intelektual.

Metode ini mendorong individu untuk mempertanyakan asumsi mereka, menganalisis keyakinan mereka, dan mencari kebenaran melalui wacana yang masuk akal, yang mencerminkan komitmen Socrates terhadap pertumbuhan intelektual dan moral.

Socrates sebagai Warga Athena

Socrates dikenang sebagai seorang filsuf dan guru Plato, namun ia juga merupakan warga negara Athena. Dia bertugas di militer sebagai hoplite selama Perang Peloponnesia di Potidaea (432–429).

Socrates menyelamatkan nyawa Alcibiades di sebuah pertempuran kecil, Delium (424), di mana dia tetap tenang sementara sebagian besar orang di sekitarnya panik. Socrates juga berpartisipasi dalam organ politik demokratis Athena.