Jatuhnya Konstantinopel: Serangan Terakhir Hancurkan Kekaisaran Romawi

By Sysilia Tanhati, Kamis, 5 Oktober 2023 | 13:00 WIB
Konstantinopel bertahan melawan pengepungan dan serangan selama berabad-abad. Tapi akhirnya, sebuah meriam besar Kekaisaran Ottoman berhasil merobohkan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur. (Palma Le Jeune)

Nationalgeographic.co.id—Konstantinopel bertahan melawan pengepungan dan serangan selama berabad-abad. Tapi akhirnya, meriam besar Kekaisaran Ottoman berhasil merobohkan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur.

Konstantinopel adalah ibu kota Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium dan juga menjadi salah satu kota utama agama Kristen. Nama kota ini diambil dari nama Kaisar Konstantinus yang memerintah pada abad ke-4.

Jatuhnya Konstantinopel pada bulan Mei 1453 merupakan akhir dari era bagi sebagian besar Eropa dan Timur Dekat.

Setelah senjata-senjata besar melakukan tugasnya, pasukan Ottoman menjarah kota kuno itu dan membunuh penduduknya. “Hampir 4.000 orang meninggal dan 50.000 lainnya dijadikan budak,” tulis Mark Miller di laman Ancient Origins. Banyak warga yang bunuh diri karena takut menghadapi tentara Kekaisaran Ottoman atau hidup sebagai budak.

Akibat jatuhnya Konstantinopel, penduduk kota menghadapi pemerkosaan, pembantaian, dan perbudakan.

Kekaisaran Romawi Timur bertahan dari berbagai serangan

Pada abad ke-15, Kekaisaran Romawi Timur menyusut ketika Ottoman mulai mengambil alih wilayah mereka.

Serangan Ottoman bukanlah yang pertama. Konstantinopel berhasil bertahan dari berbagai serangan:

Serangan Tentara Salib pada abad ke-13 dan pendudukan singkat berikutnya berhasil karena gerbang di tembok dibiarkan terbuka.

Pasukan Kekaisaran Romawi di dalam kota dan armada di pelabuhan berhasil memukul mundur penjajah selama berabad-abad. Angkatan bersenjata Konstantinopel memiliki senjata rahasia yang disebut api Yunani. Senjata itu merupakan cairan yang sangat mudah terbakar.

Tembok Konstantinopel, penjaga Kekaisaran Romawi Timur

Namun aset terbesar yang dimiliki kota ini adalah tembok pertahanan dan paritnya. Pada abad ke-5 Kaisar Theodosius II membangun pertahanan kota dengan membangun serangkaian tiga tembok berukuran panjang 6,5 kilometer.