Bagaimana Kekaisaran Inca Membangun Pertanian dan Ketahanan Pangan?

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 7 Oktober 2023 | 14:00 WIB
Sistem terasering pertanian masyarakat dalam Kekaisaran Inca. (Creative Commons)

Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Inca merupakan kerajaan terbesar yang pernah ada di wilayah Amerika. Pada masanya, Kekaisaran Inca adalah peradaban yang makmur dengan ketahanan pangan dan sistem pertanian yang baik.

Seperti diketahui, Kekaisaran Inca menguasai empat zona iklim dan akibatnya hasil pertanian mereka beragam. Masyarakat Andean kuno sebagian besar adalah vegetarian, mereka melengkapi makanan dengan daging hewan sejenis unta dan makanan laut jika mereka bisa.

Suku Inca mengembangkan sistem pertanian yang sangat besar. Hasil panen dan ternak disita dari masyarakat yang ditaklukkan dan masyarakatnya secara berkala diharuskan bekerja di pertanian milik negara.

Manfaat yang lebih positif bagi masyarakat lokal pada masa pemerintahan Kekaisaran Inca adalah jaringan luas fasilitas penyimpanan. Fasilitas itu mereka kembangkan untuk menjamin ketahanan pangan, sehingga bisa bertahan terhadap kekeringan dan bencana.

Selain itu, bahan makanan juga sering kali dibagikan oleh pejabat Inca sebagai hadiah. Dengan harapan, itu dapat meningkatkan popularitas mereka, menurut para arkeolog.

Sistem pertanianPada tingkat mikro, setiap unit keluarga memproduksi makanannya sendiri. Unit keluarga adalah bagian dari kelompok kerabat yang lebih luas atau ayllu yang secara kolektif memiliki lahan pertanian.

Idealnya, sebuah ayllu memiliki setidaknya sebagian lahan di dataran tinggi dan dataran rendah beriklim sedang. Sehingga keanekaragaman bahan makanan dapat dibudidayakan.

Misalnya, dataran tinggi dapat menyediakan padang rumput yang baik dan memungkinkan produksi kentang dan jagung, sedangkan koka hanya dapat ditanam di dataran rendah.

Sebidang tanah untuk budidaya jagung (mungkin sekitar 1,5 hektar) yang disebut tupu diberikan kepada pengantin baru oleh ayllu mereka agar mereka bisa mandiri.

Selain itu, anak pertama mereka memberi pasangan itu hak atas setengah tupu lagi. Jika pemilik tanah meninggal tanpa ahli waris, maka tanah tersebut dikembalikan kepada ayllu untuk dibagikan kembali di kemudian hari.

Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan alat sederhana seperti cangkul, pemecah gumpalan, dan bajak kaki chakitaqlla, yaitu berupa tiang runcing dari kayu atau perunggu yang ditancapkan ke dalam tanah dengan cara meletakkan kaki pada palang mendatar.

Bilah cangkul biasanya dibuat menggunakan batu bulat yang diasah. Pertanian adalah praktik masyarakat, dan para petani bekerja dalam tim kecil yang terdiri dari tujuh atau delapan orang.