Kisah Harald Hardrada sang Raja Viking Terakhir yang Berlumuran Darah

By Tri Wahyu Prasetyo, Minggu, 15 Oktober 2023 | 09:00 WIB
Harald Hardrada disebut-sebut sebagai pemimpin terakhir Viking. Ia adalah raja sekaligus prajurit terhebat yang menakutkan. (Colin Smith)

Nationalgeographic.co.id - Sebagai Raja Norwegia, Harald Hardada memimpin pasukan dalam sebuah invaasi ke Inggris untuk merebut mahkota pada tahun 1066 M. Namun nahas, ia harus gugur dalam pertempuran tersebut dan menandai akhir dari Zaman Viking.

Hardrada, yang namanya diterjemahkan menjadi "penguasa yang keras" atau "tegas", telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang dapat dipercaya.

Integritas dan keberanian Hardada dalam pertempuran, membawanya dalam perjalanan panjang dari Norwegia ke Rusia, Irak, Yerusalem, dan Sisilia. Pada September 1066, ia tiba di pantai Inggris dengan klaim takhta yang dapat diperdebatkan dan hampir 10.000 orang bersedia bertempur untuk itu.

Namun pada 25 September, Viking tertangkap basah oleh Raja Inggris Harold Godwinson dalam Pertempuran Stamford Bridge.

“Orang-orang Norwegia dibantai. Inggris tidak pernah mengalami ancaman Viking lagi–dan Raja Harald Hardrada dikenal sebagai ‘Viking terakhir’,” tulis Marco Margaritoff, pada laman allthatsinteresting.

Meskipun demikian, serangannya memiliki konsekuensi yang signifikan, sekalipun dalam kegagalan. 

Hanya tiga minggu kemudian, Godwinson sendiri dikalahkan oleh William sang Penakluk Normandia. Hal ini mengantarkan ratusan tahun kekuasaan Normandia di Inggris dan mengubah arah sejarah.

Kehidupan Awal dan Pengasingan Harald Hardrada

Terlahir dengan nama Harald Sigurdsson pada tahun 1015 di Ringerike, Norwegia. Ia dibesarkan oleh ibunya, Asta Gudbrandsdatter, dan suami keduanya, Sigur Syr.

Ia memiliki tiga saudara tiri, salah satunya adalah Raja Olaf II dari Norwegia, yang dimahkotai dalam beberapa bulan setelah kelahiran Hardrada.

Hardrada baru berusia 15 tahun ketika ia bergabung dengan saudara tirinya dalam sebuah pengejaran yang mematikan. Raja Olaf II tidak hanya digulingkan oleh Cnut yang Agung dari Denmark, tetapi juga diasingkan dari Norwegia. 

Hardrada mencoba membantunya dalam perjuangan berdarah untuk mendapatkan kembali kekuasaan. Namun, akhirnya raja yang dibuang itu jatuh dalam Pertempuran Stiklestad pada tahun 1030 M.

Meskipun ia telah menunjukkan kehebatannya dalam pertempuran, Hardrada terluka parah. Lolos dari serangan Denmark, ia kemudian melarikan diri.