Kisah Harald Hardrada sang Raja Viking Terakhir yang Berlumuran Darah

By Tri Wahyu Prasetyo, Minggu, 15 Oktober 2023 | 09:00 WIB
Harald Hardrada disebut-sebut sebagai pemimpin terakhir Viking. Ia adalah raja sekaligus prajurit terhebat yang menakutkan. (Colin Smith)

"Dari satu kuburan ke kuburan lain, saya merangkak dan merayap sekarang, tidak berharga," tulis Hardrada. "Siapa yang tahu seberapa tinggi saya akan digembar-gemborkan suatu hari nanti."

Hardrada mencari perlindungan di Staraya Ladoga, Rusia, di sana Pangeran Agung Yaroslav yang Bijaksana menyambutnya dengan tangan terbuka pada tahun 1031.

Istri Yaroslav masih memiliki hubungan keluarga dengan Hardrada. Hardrada mengabdi pada pasukan Yaroslav selama dua tahun, dan kemudian pergi ke selatan–ke Bizantium.

Bagaimana Seorang Prajurit Viking Bergabung dengan Pengawal Kekaisaran Bizantium

“Berlayar di sepanjang Sungai Dnieper, Hardrada menyeberangi Laut Hitam dan tiba di Konstantinopel pada Agustus 1034,” terang Marco.

Ibu kota Bizantium saat itu dikenal oleh orang-orang Skandinavia sebagai Miklagard, "Kota Besar", dan telah menjadi jantung agama Kristen.

Pasukan Garda Varangian, sebuah iluminasi dari kronik abad ke-11 karya John Skylitzes. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Hardrada telah tumbuh menjadi seorang pejuang yang terombang-ambing. Namun kemudian menemukan tujuan dalam Garda Varangian, yang terdiri dari pasukan elite Nordik yang melindungi kota dan kaisar.

Dengan kekaisaran yang membentang dari Italia hingga Yerusalem, kehadiran bangsa Skandinavia ini bukanlah hal yang mengejutkan atau anomali. Hardrada bergabung dengan pasukan ini dalam sebuah petualangan berdarah.

Mencukil sebuah sumber kontemporer, Marco mengatakan, “Mereka menyerang dengan kemarahan yang sembrono dan tidak peduli dengan kehilangan darah atau luka-luka mereka.” Hardrada sendiri digambarkan sebagai "petir dari utara, wabah penyakit bagi semua orang." 

Hardrada menghabiskan hampir satu dekade sebagai penjaga, berperang melawan bajak laut di Laut Tengah dan pasukan Arab di Kekaisaran Parthia. 

Ia bertempur hingga ke timur sungai Tigris dan Eufrat di Mesopotamia dan ke barat sampai ke Sisilia, yang saat itu diperintah oleh kerajaan Islam.