Hari Valentine Diyakini Terinspirasi dari Budaya Pagan Mitologi Yunani

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 14 Oktober 2023 | 08:00 WIB
Dewa Cupid atau Eros menyelamatkan Psyche yang tertidur abadi dalam mitologi Yunani. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Setiap tanggal 14 Februari saban tahun, beberapa orang merayakan hari Valentine yang mulai populer sejak abad ke-14 dalam budaya barat. Hari Valentine diyakini terinspirasi dari budaya pagan dalam mitologi Yunani, berkaitan dengan Cupid atau Eros yang merupakan dewa cinta dan nafsu. 

Seperti diketahui, hari Valentine selalu dirayakan dengan saling memberi cokelat kepada mereka yang dicintai. Pada hari itu, industri coklat dan kartu berkembang pesat, dengan orang-orang memberikan hadiah kecil kepada orang yang mereka cintai atas nama Cupid.

Cupid adalah dewa cinta dan nafsu dalam mitologi Romawi. Dewa Cupid memiliki akar dan terinspirasi oleh dewa bersayap Yunani kuno, yaitu Dewa Eros.

Sejatinya, asal muasal perayaan hari Valentine agak kabur dan tidak jelas. Ada banyak tokoh yang mengaku sebagai inspirasi sebenarnya di balik perayaan bulan Februari tersebut.

Dalam sejarahnya, perayaan Santo Valentine tidak memiliki konotasi romantis bahkan hingga abad ke-14. Sampai kemudian Geoffrey Chaucer menulis puisinya tentang Valentine, ketika tradisi cinta romantis mulai berkembang.

Pada abad ke-15, perayaan ini telah berkembang menjadi sebuah kesempatan bagi sepasang kekasih untuk mengekspresikan cinta. Mereka satu sama lain akan mempersembahkan bunga, menawarkan kue-kue, dan mengirimkan kartu ucapan yang dianggap simbol kasih sayang.

Sumber-sumber modern yang populer mengklaim adanya kaitan perayaan hari Valentine dengan perayaan Lupercalia Romawi. Perayaan itu dirayakan sekitar tanggal 13-15 Februari, sebuah ritual yang berhubungan dengan kesuburan.

Meskipun memang, tidak ada bukti yang menghubungkan Hari Santo Valentine dengan ritual pemujaan dewa. Baik itu pemujaan dewa dalam mitologi Romawi kuno atau mitologi Yunani kuno.

Lupercalia adalah festival lokal di kota Roma yang disebut festival Juno Februa. Festival itu berarti Juno sang penyuci atau Juno yang suci, dirayakan pada tanggal 13-14 Februari.

Ilustrasi Hari Valentine. (Kelly Sikkema/Unsplash)

Namun Paus Gelasius I (492–496) sempat menghapuskan festival Lupercalia. Sebab, mungkin itu dianggap sebagai budaya pagan yang tidak sesuai dengan ajaran kristen.

Untuk diketahui, Juno adalah nama Romawi kuno untuk dewi Hera. Dewi Hera adalah pasangan raja dari segala dewa, yaitu Dewa Zeus dalam mitologi Yunani kuno.