Perlawanan Masyarakat Palestina untuk Merdeka dalam Dua Babak Intifada

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 13 Oktober 2023 | 14:00 WIB
Mahmoud Assadi mencium tangan ibunya saat wawancara dengan Reuters di kota Jenin, Tepi Barat, 25 Agustus 2010. Bagi Assadi, Intifada baru saja selesai. Dibebaskan oleh Israel beberapa bulan lalu, mantan pejuang tersebut mengatakan ini adalah waktu bagi warga Palestina untuk pulih dari pemberontakan terakhir mereka, bukan melancarkan pemberontakan baru. Gambar diambil 25 Agustus 2010. ( Ammar Awad/REUTERS)

Bagaimanapun, beberapa kelompok Palestina dan masyarakat mulai melakukan perlawanan. Beberapa kelompok seperti Fatah, Front Populer, Partai Komunis Palestina, dan Front Demokratik, bergerak sebagai afiliasi PLO. Kelompok luar PLO seperti Hamas dan Gerakan Jihad Islam Palestina di beberapa kota pun turut serta. Intifada pertama pun pecah.

Perlawanan atau kerusuhan yang dilakukan pihak Palestina berawal dari melemparkan batu untuk menyasar militer Israel. Lambat laun, mereka juga menggunakan bom molotov. Militer Israel pun kembali turut menyerang dengan senapan, granat tangan, dan bahan peledak lainnya.

Dilaporkan setidaknya ada 2.000 orang yang tewas selama intifada, dengan jumlah korban tiga banding satu antara warga Palestina dan Israel.

Akhirnya, intifada memberi kesempatan bagi Palestina. Pada tahun 1988, PLO menerima dialog dengan AS berupa penolakan aktivitas kekerasan, pengakuan hak Israel, dan menerima Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB. Resolusi ini sebelumnya diperuntukkan negara-negara Arab menerima hak Israel "agar dapat hidup dalam damai dalam batas aman dan diakui".

Israel pun melakukan negosiasi perdamaian dengan Palestina. Mereka menyadari, intifada merugikan perekonomian dan politik mereka. Pemerintahan baru setelah 1992, mengadakan pertemuan antara Israel dan PLO di bawah naungan Norwegia di Oslo. Pertemuan ini menjadi perjanjian agar Israel mengakui PLO sebagai perwakilan sah rakyat Palestina.

Tidak semua pihak di Palestina sepakat dengan langkah yang diambil PLO. Pihak seperti Hamas dan Gerakan Jihad Islam Palestina menilai PLO memanfaatkan keadaan. Sebagai pihak yang kontra dengan PLO, mereka pun menuju arah yang berlawanan dengan visi agar menjadikan Palestina sebagai negara Islam, dan menolak Perjanjian Oslo.

Lagi-lagi, Israel pun tak berhenti membangun pemukiman di wilayah pendudukan Palestina. Upaya perdamaian tampaknya belum berhasil. Sebagai cara membangun diri, Palestina juga mengimpor senjata dan membangun pasukan keamanan. Jelas, kedua belah pihak telah melanggar ketentuan Perjanjian Oslo.

Perundingan tahun 2000 pun gagal. Baik pihak Israel maupun Palestina saling menuduh. Kondisi kedua belah pihak kembali runyam, terutama ketika calon PM Israel Ariel Sharon mengunjungi Temple Mount di Yerusalem. Dia mengatakan bahwa Israel berdaulat di Masjid Al-Aqsa, sehingga memicu kerushan terjadi antara polisi Israel dan masyarakat.

Warga Palestina bertopeng menghadiri upacara memperingati 12 tahun pemberontakan Palestina, Intifada, di Jalur Gaza pada 9 Desember. Warga Palestina memulai Intifada mereka pada tahun 1987 yang menghasilkan perjanjian perdamaian Oslo antara Palestina dan Israel. (REUTERS)

Intifada kedua pun dimulai dan jauh lebih dahsyat. Perlawanan tersebut menyebabkan 4.300 korban jiwa, dan lagi-lagi warga Palestina yang lebih banyak. Hamas bahkan pada Maret 2002, melakukan bom bunuh diri yang menewaskan 30 orang.

Agar memobilisasi bantuan dari luar Palestina di Jalur Gaza, Hamas membangun terowongan bawah tanah yang terhubung ke Mesir. Tidak jarang, Israel membombardir Kota Gaza dengan tujuan untuk menutup terowongan tersebut.

Serangan Hamas memicu Israel melakukan serangan balasan yang luar biasa. Tentara Israel menduduki kembali Tepi Barat dan sebagian Gaza. Akibat kesengitan inilah Israel mulai membangun tembok pembatas di Tepi Barat, yang serupa dengan di Gaza pada 1996.

Pertikaian mulai mereda pada akhir 2005. Kondisinya cukup runyam karena Israel memblokir bantuan yang hendak masuk ke Palestina, dan pembangunan pemukiman terus berlanjut. Di satu sisi, Pemerintah Palestina sedang punya masalah salah satunya tuduhan korupsi. Isu ini akhirnya membuat warga Palestina beralih dukungan kepada Hamas dalam pemilihan legislatif 2006.

Usaha internasional untuk memberikan bantuan untuk Palestina dan Israel dari masing-masing sekutu meningkat. Tidak jarang berbagai upaya mendamaikan kedua belah pihak berlangsung setelah intifada sampai hari ini. Namun, upaya tidak jarang gagal akibat ketidaksepakatan dari Israel dan Palestina.