Kota Konstantinopel Selama Kekaisaran Bizantium hingga Jatuh

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 10 Oktober 2023 | 20:26 WIB
Lukisan peta Konstantinopel sebagai ibukota Kekaisaran Bizantium. Kota ini begitu pesat sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan dunia. Lukisan ini dibuat oleh seniman Venesia Giacomo Franco pada 1597. (Giacomo Franco)

Nationalgeographic.co.id—Kota Konstantinopel, atau yang kini dinamai Istanbul, merupakan kota tua yang mewarnai lelakon penting dalam sejarah dunia.

Awalnya, kota ini merupakan tempat bagi negara-kota (polis) Bizantium yang kemudian dikuasai dalam peradaban Yunani kuno dan Romawi pada abad ketujuh SM. Kota itu kemudian menjadi Konstantinopel ketika Kekaisaran Romawi terbagi menjadi dua bagian: barat dan timur.

Pemecahan ini karena Kaisar Diokletianus (berkuasa dari tahun 284—305 M) menganggap kekaisaran terlalu besar jika terpusat di Roma. Segera, ia pun memimpin kekuasaan di Timur dengan menjadikan Nicomedia (kini Izmit) sebagai ibukotanya.

Kaisar Konstantinus I (berkuasa 306—337 M) kemudian mempertimbangkan untuk ibukota Kekaisaran Bizantium. Pertimbangannya, banyak kota kosong di sekitar Kekaisaran Romawi dan Bizantium yang rentan menjadi serangan bangsa Jermanik dan Persia.

Kaisar Konstantiuns I memilih daerah di dekat kota kuno Bizantium, dengan mendirikan nama kota "Nova Roma of Constantinopolitana" atau Roma Baru di Konstantinopel pada 324 M. Pertimbangan lokasi ini karena letaknya yang strategis: berada di selat Bosporus, menghubungkan sisi Asia dan Eropa, dan menjadi pintu masuk dari Laut Mediterania ke Laut Hitam.

Kota baru Kekaisaran Bizantium itu mempertahankan sisa-sisa Bizantium lama. Konstantinopel dibagi menjadi 14 distrik dengan jalan lebar, yang konon terdapat beberapa patung seperti Aleksander Agung, Kaisar Augustus, Diokletianus, dan Konstanius I yang menggunakan pakaian Dewa Apollo.

Dalam tata kota Konstantinopel, Kaisar Konstantinus I menaruh perhatian untuk menyediakan air yang cukup bagi warga. Hal itu didasari karena iklim Turki membuat kota rentan kekeringan hebat pada musim panas dan hujan deras pada musim dingin.

Oleh karena itu, kota ini dilengkapi dengan saluran air, terowongan, dan saluran dari sungai ke penampungan air. Salah satu penyedia air bagi masyarakat Konstantinopel adalah Waduk Binbirderek yang dibangun pada tahun 330 M, dan masih ada hingga hari ini.

Nuansa Kristen juga terasa pada masa awal kota Konstantinopel karena Kaisar Konstantinus I mengeklaim dirinya kristiani. Walau bukti ini diragukan sejarawan, agama ini didukung penuh olehnya untuk diadopsi di kekaisaran dan kota. Gereja pertama yang dibangun di Konstantinopel adalah Hagia Irene.

Setelah Konstantinus I wafat, Konstantius II menggantikannya. Pembangunan Kota Konstantinopel semakin pesat dengan menambah fasilitas pemerintahan, dan memperbaiki birokirasi. Waduk sebagai sumber cadangan air pun ditambahkan.

Lukisan Hagia Sophia, Konstantinopel pada tahun 1852. (Gaspard Fossati)

Pada masa ini juga, Hagia Sophia sebagai Gereja Kebijaksanaan Suci dibangun. Tidak semua sejarawan sependapat jika gereja tersebut dibangun oleh Konstantius II, tetapi oleh Konstantinus I. Kelak, gereja ini terbakar dan hancur pada 404 M akibat kerusuhan dan dibangun kembali pada 532 M oleh Kaisar Yustinianus I (memerintah 527—565).