Nationalgeographic.co.id—Abad Pertengahan sering kali dicitrakan sebagai periode zaman kegelapan di Eropa yang ditandai dengan kemunduran peradaban. Citra tersebut tentu bukan tanpa alasan, seperti misalnya sastra dan sejarah Abad Pertengahan yang dipenuhi dengan mitos, dongeng dan takhayul yang sulit dibedakan.
Sastra dan sejarah Abad Pertengahan didefinisikan secara luas sebagai karya apa pun yang ditulis dalam bahasa Latin atau bahasa daerah. Kemudian karya itu ditulis antara tahun 476-1500 M.
Karya-karya tersebut meliputi filsafat, risalah keagamaan, kitab hukum, serta karya imajinasi. Namun secara lebih sempit, istilah ini berlaku untuk karya sastra puisi, drama, roman, prosa epik, dan tentu saja sejarah.
Semuanya ditulis dalam bahasa daerah, meskipun beberapa sejarah ditulis dalam bahasa Latin. Meskipun mungkin tampak aneh untuk menemukan sejarah dimasukkan ke dalam bentuk fiksi.
Perlu diingat bahwa banyak sejarah Abad Pertengahan mengandung unsur mitos, fabel, legenda dan takhayul. Dalam beberapa kasus, sebagian besar merupakan ciptaan para penulis yang hanya berupa imajinasi.
Bahasa & PembacaKarya sastra awalnya ditulis dalam bahasa Latin, tetapi penyair mulai menulis dalam bahasa sehari-hari (bahasa umum masyarakat) pada awal abad ke-7.
Sastra vernakular dipopulerkan lebih lanjut di Inggris pada masa Kerajaan Wessex oleh Alfred yang Agung (memerintah 871-899) dalam upaya untuk mendorong penyebaran literasi, dan wilayah lain pun kemudian mengikutinya.
Sastra vernakular adalah bahasa sastra yang tidak mempunya bentuk baku atau istilah lainnya, sastra yang dituturkan dengan bahasa rakyat jelata.
Penaklukan Norman pada tahun 1066 menetapkan bahasa Prancis sebagai bahasa sastra dan mengubah bahasa Inggris. Dari awalnya Bahasa Inggris Kuno (digunakan sekitar tahun 500-1100) menjadi Bahasa Inggris Pertengahan (sekitar tahun 1100-1500).
Cerita-cerita yang ditulis pada kedua era ini awalnya merupakan cerita rakyat (floklore) abad pertengahan. Itu adalah cerita-cerita yang disampaikan secara lisan, dan karena sebagian besar penduduknya buta huruf, buku-buku terus dibacakan dengan suara keras kepada penonton.
Cerita-cerita rakyat ini tidak dapat dibedakan dengan sejarah Abad Pertengahan. Mitos dan takhayul bercampur dengan cerita-cerita rakyat yang ada di seluruh Eropa.
Oleh karena itu, aspek aural sastra mempengaruhi cara penyusunannya. Penulis menulis untuk pertunjukan karyanya, bukan untuk bacaan pribadi dalam kesendirian.
Tingkat melek huruf meningkat pada abad ke-15, dan seiring dengan berkembangnya mesin cetak, semakin banyak buku yang tersedia. Tindakan membaca sendiri untuk kesenangan pribadi menjadi lebih umum dan ini mengubah cara penulis menulis.
Le Morte D'Arthur karya Thomas Malory (ditulis tahun 1469, diterbitkan tahun 1485) adalah novel paling awal di barat.
Novel itu adalah sebuah karya yang ditulis untuk pembaca individu dengan lapisan makna dan simbolisme pribadi. Nantinya novel ini menjadi landasan bagi perkembangan novel sebagaimana diakui dalam hari ini.
PerkembanganSastra vernakular abad pertengahan berkembang secara alami dari cerita rakyat yang merupakan cerita yang dibacakan, mungkin dengan pendongeng memerankan bagian-bagian yang berbeda di hadapan penonton.
Sastra Abad Pertengahan dari Inggris dimulai dengan Beowulf (abad ke-7-10) yang tidak diragukan lagi merupakan cerita yang diketahui jauh lebih awal. Sastra ini disebarkan secara lisan hingga ditulis.
Pola perkembangan yang sama juga terjadi pada literatur negara-negara lain. Pendongeng akan mengumpulkan penonton dan menampilkan kisahnya.
Biasanya dengan variasi berdasarkan penontonnya, dan anggota penonton tersebut kemudian akan menceritakan kembali cerita tersebut kepada orang lain.
Sastra abad pertengahan yang ditulis awal sebagian besar berupa legenda atau cerita rakyat yang dituangkan dalam sebuah halaman, bukan dibacakan.
Tetapi pendongeng masih perlu mengumpulkan dan menahan audiensi dan menulis dalam bahasa sehari-hari agar dapat dipahami dan dalam ukuran puisi untuk diingat.
Puisi, dengan irama yang teratur, jauh lebih melekat di pikiran daripada prosa. Puisi akan tetap menjadi media pilihan untuk ekspresi artistik sepanjang sejarah Abad Pertengahan.
Prosa Latin, kecuali dalam beberapa kasus luar biasa, disediakan untuk pembaca agama dan ilmiah. Untuk hiburan dan pelarian dari kehidupan sehari-hari, orang-orang mendengarkan pendongeng membacakan kitab syair yang bagus.
Karya sastra lainnya, termasuk puisi, lirik, balada, dan himne. Akan tetapi roman kesatria agung cinta sopan dan genre visi mimpi abad pertengahan yang tinggi juga ditulis dalam syair seperti halnya epik.
Awalnya, penulis dalam sejarah abad pertengahan adalah juru tulis anonim yang menuliskan cerita yang mereka dengar. Tulisan mereka sering kali dianggap sebagai sejarah Abad Pertengahan, meski cerita tersebut bisa jadi hanya mitos atau dongeng.
Orisinalitas tulisan pada Abad Pertengahan (seperti di dunia kuno) tidak termasuk dalam daftar nilai budaya dan para penulis awal tidak mau repot-repot menandatangani karya mereka.
Nama sebenarnya dari banyak penulis paling terkenal di Abad Pertengahan masih belum diketahui. Marie de France bukanlah nama sebenarnya dari wanita yang menulis karya yang terkenal.
Nama yang digunakan itu hanya 'nama pena' dan nama Chretien de Troyes diterjemahkan dari bahasa Perancis sebagai "seorang Kristen dari Troyes" yang dapat merujuk pada hampir semua orang.
Baru pada abad ke-13 dan ke-14 para penulis mulai menulis dengan nama mereka sendiri. Baik dikenal atau anonim, para penulis ini menciptakan beberapa karya sastra terbesar dalam sejarah.